Hidup Seperti Semilir Angin, Menyejukkan Meski Hanya Sesaat

Monday, June 3, 2013

LAPORAN KKL JURUG BAB 3 - 5

BAB III
EKOWISATA SEBAGAI FOKUS PERENCANAAN


1.        Pengertian Ekowisata
            Secara umum Ekowisata  atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pada mulanya ekowisata dijalankan dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun memberikan dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi.
2.        Prinsip Ekowisata
            Menurut Cooper (1997), suatu kegiatan pariwisata dapat dikategorikan sebagai ekowisata jika memiliki 5 prinsip, sbb: (1) Sustainable, adalah pariwisata yang berkonsentrasi pada penyokongan pelestarian lingkungan alam. (2) Lingkungan alam harus aman dan terjamin keselamatannya untuk dijadikan warisan bagi generasi mendatang. (3) Pemeliharaan berbagai makhluk yang ada di sekitarnya, manusia, hewan, tumbuhan, dan sebagainya apa pun yang hidup di alam bersangkutan. (4) Merumuskan perencanaan dan pengimplementasian secara holistik, sehingga tercipta harmonisasi yang terintegrasi antara alam, manusia dan lingkungan secara total (environmental integrity). (5) Carying capacity, artinya seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pariwisata tersebut mendapat manfaat. Tingkat kemanfaatan harus diperoleh secara dimensional baik bagi penyedia maupun wisatawan.
3.    Karakteristik Ekowisata
            Karakteristik ekowisata yang membedakannya dengan wisata massal/konvensional. Pertama, kegiatan wisata, berkaitan dengan konservasi lingkungan. Meskipun motif ekowisata memiliki keterkaitan dengan beberapa prinsip pengembangan ekowisata namun di dalamnya terkandung makna untuk turut serta melestarikan ekonomi lingkungan. Bilamana wisatawan memiliki keterlibatan langsung dalam pelestarian lingkungan, diharapkan kesadaran akan keberadaan sumber daya dan lingkungan memudahkan wisatawan untuk terlibat dalam berbagai upaya pelestarian/konservasi. Ke-dua, usaha pariwisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi wisata, akan tetapi menawarkan pula peluang untuk menghargai lingkungan secara berkesinambungan. Ke-tiga, usaha pariwisata memiliki tanggung jawab ekonomi dalam pelestarian lingkungan hijau yang dikunjungi dan dinikmati wisatawan melalui berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dikembalikan bagi kepentingan konservasi lingkungan dan kunjungan wisatawan untuk pengembangan lingkungan yang berkelanjutan yang dapat dinikmati oleh para pecinta dan pemelihara lingkungan berikutnya. Ke-empat, usaha pariwisata yang lebih banyak menggunakan sarana transportasi lokal, sarana akomodasi lokal, yang dikelola masyarakat setempat dan membedakan kehidupan masyarakat setempat dalam menumbuhkan pendapatan masyarakat dari berbagai kegiatan yang diakibatkan oleh kegiatan wisatawan di lokasi ekowisata yang dikunjunginya dan berdampak kepada tumbuhnya inovasi, kreativitas masyarakat dalam menggali berbagai sumber kegiatan positif yang menunjang terhadap interaksi lingkungan. Bilamana terdapat interaksi positif antara inovasi dan kreativitas masyarakat dengan wisatawan-eko, diharapkan terdapat saling pengertian terhadap apa yang boleh dilakukan wisatawan atau apa yang harus dibatasi oleh masyarakat terhadap potensi sumber daya yang dijadikan dasar pengembangan ekowisata dan dasar pengembangan inovasi kreativitas masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekowisata di daerahnya.

4.        Karakteristik pasar wisata
Karakteristik Pasar Ekowisata. Di tingkat global pertumbuhan pasar ekowisata tercatat jauh lebih tinggi dari pasar wisata secara keseluruhan. Berdasarkan analisis The International Ecotourism Society (2000) pertumbuhan pasar ekowisata berkisar antara 10-30 persen pertahun sedangkan pertumbuhan wisatawan secara keseluruhan hanya 4 persen. Tahun 1998 WTO memperkirakan pertumbuhan ekowisata sekitar 20 persen. Di Indonesia diperkirakan sekitar 25 persen wisman pada tahun 1996 merupakan ekowisatawan (ecotourist). Statistik ini menunjukkan bahwa pergeseran perilaku pasar wisata sedang berlangsung saat ini dan ekowisata diperkirakan akan menjadi pasar wisata yang sangat prospektif di masa depan (The International Ecotourism Society, 2000).
            Selain sisi permintaan dari sudut penawaran juga terlihat fenomena menarik dalam pasar ekowisata. Sekitar empat tahun yang lalu telah tercatat tidak kurang 600 penyelenggara perjalanan ekowisata yang – ini sangat penting dalam kaitan dengan karakteristik ekowisata – 85 persen di antaranya berskala kecil, yakni mempekerjakan kurang dari 20 orang. Meskipun berskala kecil, namun bisnis ekowisata ini mampu memutar omset sebesar US$ 250 juta (The International Ecotourism Society, 2000).
            Di samping itu ada beberapa kriteria lagi yang menjadi pertimbangan mereka untuk memilih produk – produk ekowisata (The International Ecotourism Socienty, 2000), yakni :
a.         Aspek pendidikan dan informasi. Wisatawan biasanya mempelajari lebih dahulu latar belakang sosial dan budaya masyarakat di daerah tujuan sebelum mereka memilih daerah tujuan wisata itu. Lebih dari 50 persen wisatawan Amerika dan Inggris mengaku menikmati pengalaman yang lebih baik dalam perjalanan ketika mereka sebelumnya mempelajari kebiasaan – kebiasaan, budaya, lingkungan, dan geografi masyarakat di negara tujuan.
b.          Aspek sosial budaya daerah tujuan wisata. Wisatawan menaruh perhatian besar pada budaya masyarakat di daerah tujuan wisata.
c.          Aspek lingkungan. Seperti disebutkan di atas, aspek lingkungan yang alamiah pada produk wisata menjadi incaran sebagian besar wisatawan global, mulai dari Amerika Utara sampai Eropa.
d.        Aspek estetika. Keindahan dan otensititas daya tarik wisata merupakan kebutuhan yang elementer dalam berwisata. Konservasi DTW menjadi penting dalam ekowisata.
e.          Aspek etika dan reputasi. Meskipun iklim, biaya dan daya tarik menjadi kriteria pilihan berwisata, namun wisatawan sangat peduli pada etika kebijakan dan pengelolaan lingkungan.






















BAB IV
PROSES PERENCANAAN EKOWISATA

1.        PENGANTAR
Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Para pencinta lingkungan menyatakan bahwa perlindungan dan pelestarian lingkungan hidup hanya dapat tercapai dengan melibatkan orang-orang yang tinggal dan mengantungkan hidupnya pada daerah yang akan dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata dan menjadikan mereka partner dalam upaya pengembangan wisata tersebut. Metode ini diperkenalkan oleh Presiden World Wild Fund (WWF) pada konfrensi tahunan ke-40 Asosiasi Perjalanan Asia Pasifik (PATA). Ekowisata pada saat sekarang ini menjadi aktivitas ekonomi yang penting yang memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk mendapatkan pengalaman mengenai alam dan budaya untuk dipelajari dan memahami betapa pentingnya konservasi keanekaragaman hayati dan budaya lokal. Pada saat yang sama ekowisata dapat memberikan generating income untuk kegiatan konservasi dan keuntungan ekonomi pada masyarakat yang tingal di sekitar lokasi ekowisata.
Kegiatan ekowisata biasanya berada didaerah tropis yang mempunyai keanekaragaman yang tinggi dan banyak flora dan fauna yang bersifat endemik sehingga kondisi tersebut rentan untuk mengalami perubahan. Dari sisi nilai tambah ekowisata, ada kemungkinan dalam implementasi program tersebut apabila tidak direncanakan dengan baik maka akan sebaliknya yang asalnya mendukung terhadap kelestarian lingkungan hidup malah menjadi mendorong terjadinya kerusakan lingkungan hidup di daerah tersebut. Oleh karena itu dalam pengembangan ekowisata perlu adanya rencana pengelolaan yang mengacu kepada tujuan utama awalnya yaitu mendorong dilakukannya pengawetan lingkungan hidup, sehingga ekowisata perlu di rencanakan pengelolaannya dengan mengintergrasikan dalam pendekatan sistem untuk konservasi yang menggunakan desain konservasi.
Perencanaan ekowisata adalah alat untuk membimbing pengembangan pariwisata pada daerah yang dilindungi dengan melakukan sintesis dan menggunakan visi dari semua pemangku kepentingan untuk tujuan konservasi pada lokasi tersebut. Perencanaan pengelolaan ekowisata seharusnya mengambarkan jenis ekowisata apa yang dapat dilakukan atau kegiatan publik apa yang bisa dilakukan di daerah yang dilindungi tersebut. Perencanaan pengelolaan ekowisata ini juga biasanya mengembangkan pewilayahan (zoning) yang didesain dan yang diperbolehkan untuk kegiatan kepariwisataan.
Perencanaan pengelolaan ekowisata harus mengacu kepada rencana pengelolaan umum (General Mangement Plan) dan rencana daerah konservasi (Site Conservation Plan). Rencana pengelolaan umum ini menjelaskan tujuan dan umum dan tujuan khusus yang telah disusun untuk sistem konservasi pada daerah yang dilindungi. Pada rencana ini terdapat pewilayahan, strategi, program dan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus. Rencana daerah konservasi merupakan komponen dari perencanaan pengelolaan umum yang lebih fokus pada kasus-kasus dan alternatif strategi untuk mengatasi ancaman-ancaman terhadap kegiatan konservasi yang dilakukan dan mungkin salah satunya adalah kegiatan ekowisata.
2.        Perumusan gagasan
            Dalam menyiapkan rencana pengelolaan ekowisata tim penyusun harus terlebih dahulu menyepakati formatnya terlebih dahulu, akan tetapi secara umum format rencana pengelolaan ekowisata adalah sebagai berikut:
2.1  Visi, tujuan dan strategi
Pada rencana pengelolaan ekowisata harus dituliskan visi dari kegiatan ini yang berisi tentang projeksi secara komprehensif mengenai daerah yang dilindungi beberapa tahun kedepan. Tujuan adalah cita-cita yang lebih spesifik dari pada visi yang diharapkan dari pelaksanaan ekowisata didaerah tersebut misalnya dampak pariwisata yang rendah, ada keuntungan bagi komunitas lokal, ada dukungan finasial dan pendidikan untuk konservasi dll. Strategi adalah tahapan essensial yang menjembatani tujuan dengan aktivitas-aktivitas, kadang-kadang strategi dalam kondisi praktis digantikan tujuan khusus.
2.2 Tujuan khusus
Tujuan khusus adalah tujuan dari program-program yang dikembangkan dari strategi-strategi yang ada. Kumpulan dari tujuan khusus secara resultan harus menjadi tujuan dari rencana pengelolaan ekowisata.
2.3  Aktivitas
 Aktivitas adalah kegiatan-kegiatan untuk mewujudkan tujuan khusus
2.4 Pewilayahan
Sistem pewilayahan adalah pengaturan wilayah-wilayah yang dapat dan  tidak dapat digunakan untuk kegiatan ekowisata.
2.5  Memfasilitasi pelaksanaan
Untuk memfasilitasi pelaksanaan maka diperluakan jadwal pelaksanaan, rencana khusus untuk wilayah tertentu, membentuk komite penasehat pelaksanaan ekowisata, dan melakukan monitoring dan evaluasi.
3.    Analisis SWOT
3.1     Keunggulan
Jenis flora dan Fauna yang Beragam : di TSTJ banyak fauna yang dapat menjadi potensi wisata untuk sarana edukasi terutama anak-anak. Bukan hanya fauna, tetapi di TSTJ juga terdapat beragam flora dari berbagai jenis yang dapat menjadi sarana edukasi, rekreasi dan membuat TSTJ menjadi lebih sejuk dan nyaman.
Lokasi : Lokasi yang berada di daerah pinggir Bengawan Solo yang terletak di sebelah timur kota Surakarta, membuat TSTJ mudah untuk diakses dan menjadi salah satu wisata unggulan kota Surakarta.
3.2     Kelemahan
Kondisi lingkungan dan fasilitas yang tidak bersih, tidak terawat dan kumuh dengan keberadaan pedagang yang tidak tertata; Prasarana & sarana/ fasilitas (operasional, pelayanan, taman satwa, wahana rekreasi) yg perlu direhab/ direvitalisasi. Telaga yg airnya tercemar. Kondisi kebun binatang yang sudah uzur; banyak kandang satwa yang memerlukan perbaikan dan direvitalisasi, fasilitas tdk lengkap/ belum standar Taman Satwa/ tidak standar konservasi;  beberapa satwa kelebihan populasi dan ada tidak mempunyai pasangan
3.3               Kesempatan
TSTJ dapat dijadikan tempat rekreasi edukasi yang berwawasan lingkungan yang populer skala nasional.
3.4               Ancaman
Anggapan masyarakat terhadap TSTJ yang menilai bahwa TSTJ merupakan tempat wisata yang kurang menarik dan populer dapat menyebabkan tidak maksimalnya jumlah pengunjung. Kurang sadarnya pengunjung untuk menjaga kebersihan, keindahan dan keamanan TSTJ juga dapat menyebabkan fasilitas yang ada cepat rusak dan tidak terawat
4          Studi Kelayakan
            TSTJ merupakan tempat wisata yang menyimpan banyak potensi yang dapat dikembangkan. Mulai dari tempat yang strategis, flora dan fauna hingga sajian budaya dan kuliner. Taman Jurug atau Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) merupakan obyek wisata Kota Sala yg berisi “kebun binatang”, taman yg di dalamnya terdapat ribuan flora dan ratusan pohon besar, permainan anak/ wahana rekreasi keluarga, Sanggar Gesang, terletak di pinggir Sungai Bengawan Solo. Taman Jurug menjadi Taman Satwa Taru Jurug pada tahun 1980-an. Namun dalam perkembangannya, TSTJ mengalami penurunan kualitas dari sisi daya tarik wisata, manajemen, citra serta pengelolaan Taman satwa.
5          Strategi Untuk Meningkatkan Daya Tarik TSTS
5.1     Peningkatan Produk Wisata
                                    Revitalisasi TSTJ => Kawasan Wisata yang yang memadukan sarana Konservasi Fauna, Flora dan Lingkungan; Edukasi; Budaya; Rekreasi Hiburan dan Jasa Wisata, serta mempunyai daya tarik wisata yang tinggi.
5.2     Manajemen
Penerapan peraturan/ tata tertib perusahaan dan Prosedur untuk
pengelolaan yang mengacu Tata Pengelolaan Taman Satwa dan Tata Kelola Perusahaan yang Baik, Manajemen Pariwisata dan Manajemen Pelayanan.
5.3               Pengembangan SDM & memenuhi kesejahteraan Pegawai
5.4               Pembiayaan
Pendanaan revitalisasi TSTJ ditempuh melalui kerjasama dengan investor.
5.5               Pemasaran
Memperluas area pasar wisatwan : DIY & Jateng,  Jawa Timur bagian Barat, Jawa Barat bagian pantura & timur, wisatawan  yang ke Solo. Segmentasi : Anak-anak & keluarga,  remaja, pelajar dan profesional serta komunitas. Program promosi  yang efetif  dan event.


BERSAMBUNG YA,,,^^

















Share:

0 comments:

Post a Comment

Menulis adalah salah satu cara untuk mengubah, menyimpan dan menyampaikan

Q n A

Mau diskusi dan bertanya soal Biologi? Silahkan kirim email ke kazebara20@gmail.com
See me on Instagram @wardhaayu