Monday, June 3, 2013

MACAM-MACAM BUKTI HUBUNGAN DIET DAN PENYAKIT KRONIS


Bukti utama yang menghubungkan antara diet dengan penyakit kronis secara epidemiologi yaitu penelitian pada hewan yang digunakan untuk menguji hipotesis dan efek spesifik perubahan nutrisi serta menyelidiki mekanisme biologis untuk menjelaskan penemuan epidemiologi. Ketika ada bukti yang substansial, maka akan ada studi intervensi untuk melihat apakah intervensi memiliki efek pada penyakit atau kematian.
1.       Perubahan Sekuler Dalam Diet Dan Timbulnya Penyakit
Bukti pertama dengan mempelajari perubahan penyakit yang muncul dan diet (serta faktor-faktor lainnya) dari waktu ke waktu. Sekarang terjadi transisi gizi di negara berkembang. Terdapat peningkatan ketersediaan makanan, dengan peningkatan pesat konsumsi lemak dan gula serta penurunan konsumsi karbohidrat kompleks, sereal gandum, buah dan sayuran. Pada saat yang sama, aktivitas fisik menurun sebagai akibat dari meningkatnya mekanisme di tempat kerja, meningkatnya transportasi mekanik, dan aktivitas rekreasi rendah. Hal tersebut dapat menjadi faktor dalam perkembangan penyakit jantung koroner. Perubahan ini terjadi lebih dari satu abad atau lebih di Eropa Barat dan Amerika Utara dan sekarang terjadi lebih dari satu dekade di negara berkembang.
2.       Korelasi Internasional Antara Diet Dan Kejadian Penyakit
Penyakit jantung koroner menyebabkan 4,8% kematian di Jepang dan 31,7% kematian di Irlandia Utara. Hal tersebut karena konsumsi lemak jenuh di Irlandia lebih besar daripada di Jepang. Asupan lemak dari makanan adalah faktor signifikan dalam perkembangan obesitas dan  cadangan lemak tinggi pada tubuh. Satu masalah dalam menafsirkan korelasi antara diet dan penyakit adalah bahwa data nasional untuk ketersediaan pangan menyembunyikan perbedaan-perbedaan yang besar antara kemungkinan di perkotaan dan pedesaan. Di India pada tahun 1980 sekitar 17% dari masyarakat miskin pedesaan memiliki sedikit bahkan tidak ada minyak  atau lemak dalam diet mereka, sementara elit perkotaan menerima lebih dari 30% energi dari lemak, 5% dari populasi dikonsumsi 40% dari lemak yang tersedia . Makanan yang tersedia per orang di Sahara Afrika jatuh selama periode 1980-2005, namun penyakit jantung merupakan penyebab meningkatnya angka kematian di kota-kota Afrika.
3.      Studi migrant
Orang-orang yang bermigrasi dari satu negara ke negara lain memberikan kesempatan yang sangat baik untuk mempelajari efek dari faktor makanan dan lingkungan pada penyakit. Kanker payudara dan kanker prostat jarang terjadi di China dan Jepang dibandingkan dengan kejadian ini di Amerika Serikat. Studi orang yang bermigrasi dari Cina dan Jepang ke Hawaii atau San Francisco pada abad kedua puluh menunjukkan bahwa mereka memiliki insiden lebih tinggi dari kedua kanker dibanding kerabat mereka di rumah yang mempertahankan diet tradisional mereka dan gaya hidup. Ada perbedaan yang sama dalam kematian akibat penyakit jantung koroner.
Studi imigran di pertengahan abad kedua puluh dari Polandia (di mana kanker lambung lebih umum dari pada kanker kolorektal) ke Australia (di mana kanker lambung jarang dan kanker kolorektal lebih umum) menunjukkan peningkatan signifikan pada kanker kolorektal. Hal ini menunjukkan bahwa faktor makanan atau lingkungan yang terlibat dalam perkembangan kanker kolorektal dapat bertindak relatif lambat dalam hidup, daripada kanker lambung. Infeksi Helicobacter pylori dengan, yang lebih umum di Polandia daripada di Australia, merupakan faktor terjadinya kanker lambung. Diet tinggi daging asin dan diawetkan terkait dengan insiden yang lebih tinggi kanker lambung, dan diet tinggi lemak dan rendah polisakarida nonstarch berhubungan dengan insiden yang lebih tinggi dari kanker kolorektal. Sebagai kejadian kanker lambung pada populasi berkurang, kejadian kanker kolorektal meningkat.
4.       Studi kasus-kontrol
Cara alternatif mempelajari hubungan antara diet dan penyakit adalah dengan membandingkan orang yang menderita penyakit dengan subyek bebas penyakit yang cocok untuk jenis kelamin, etnis, usia, gaya hidup, dan banyak faktor lain sebanyak mungkin. Masalah yang jelas di sini adalah bahwa studi status gizi saat orang datang dengan penyakit tidak memberikan informasi apapun tentang diet mereka pada saat penyakit itu berkembang. Diet mereka mungkin telah berubah selama bertahun-tahun dan, tentu saja, penyakit dapat mempengaruhi apa yang mereka makan sekarang.
5.       Studi prospektif
Penelitian epidemiologi yang paling berguna melibatkan mengikuti sekelompok orang selama jangka waktu yang panjang, dengan penilaian gizi, kesehatan mereka, dan status lainnya pada awal studi, dan pada interval sesudahnya. Mungkin studi tertua adalah survei nasional Kesehatan dan Pembangunan Inggris, yang telah mengikuti 16.500 anak yang lahir selama satu minggu Maret 1946 kohort lanjut yang terdaftar pada tahun 1970 dan 2000. Studi Framingham telah mengikuti setiap penduduk kota Framingham, Massachusetts, dari tahun 1948, penelitian kesehatan perawat di Amerika Serikat mengikuti beberapa 85.000 perawat. Dalam beberapa studi tersebut, sampel darah dan urin disimpan, dan diet dan catatan lain yang tersedia selama jangka waktu yang panjang, sehingga dimungkinkan untuk mengukur penanda status gizi yang tidak dianggap penting atau relevan pada awal penelitian . The European Prospective Investigation into Cancer and Nutrition (EPIC) adalah studi prospektif multicenter lebih dari setengah juta subyek, dengan sampel darah yang tersedia untuk 75%, dan pada tahun 2006 24.000 kasus kanker dicatat. Hasil awal menunjukkan efek perlindungan dari kedua ikan dan polisakarida nonstarch terhadap kanker kolorektal, peningkatan risiko terkait dengan konsumsi daging merah dan olahan, serta asosiasi antara asupan lemak jenuh dan kanker payudara, dan efek perlindungan dari konsumsi buah sehubungan dengan kanker paru-paru.
6.       Studi Intervensi
Langkah berikutnya adalah untuk menguji hipotesis yang telah diperoleh dari studi epidemiologi, yang didukung oleh mekanisme biologis atau kimia yang masuk akal, bahwa suplemen gizi atau perubahan dalam diet akan mengurangi risiko pengembangan penyakit.


LAPORAN KKL JURUG BAB 8 - PENUTUP

BAB VIII
PEMBAHASAN

1.        Upaya penanggulangan analisis SWOT

Dari hasil analisis SWOT, dapat dilakukan beberapa upaya penanggulangan yang dapat meningkatkan kelemahan-kelamahan maupun menguatkan kelebihan yang terdapat pada Taman Satwa Taru Jurug. Upaya yang dapat dilakukan antara lain:
·         Dilakukan pengeloaan pembuangan sampah, seperti pembagian kategori sampah menjadi organik (kertas, sisa makanan, daun), anorganik (plastik, sterofoam), dan logam. Atau bisa juga menerapkan sistem seperti yang dilakukan di Taipei atau Jepang, sampah dibagi ke dalam 5 kategori, yaitu sampah organik(daun-daun, sisa makanan), plastik, kertas, logam, dan pecah belah. Kemudian sampah-sampah yang sudah terpisahkan tersebut dapat diolah sesuai jenis sampahnya.
-          Kertas dapat didaur ulang kembali menjadi kertas daur ulang.
-          Sampah dedaunan dapat dijadikan pupuk, dengan membangun suatu tempat pengolahan khusus pupuk (rumah kompos).
-          Sampah logam yang kandungannya dapat mencemari lingkungan dapat diolah dengan dimanfaatkan kembali atau diserahkan kepada pengumpul logam (bagi yang sudah tidak dapat dimanfaatkan). Pemanfaatan kembali logam, dapat dijadikan barang kerajinan.
-          Barang pecah belah dapat diserahkan ke pengumpul untuk diuraikan kembali agar bisa digunakan lagi.
-          Plastik yang masih dapat di daur ulang, dapat direcycle kembali. Seperti plastik botol minuman atau sedotan dapat dimanfaatkan menjadi produk kerajianan. Sedangkan plastik yang sudah tidak dapat dimanfaatkan lagi, dapat dihancurkan dengan di bakar atau mencari solusi lain lebihramah lingkungan.
·         Pengelola TSTJ seharusnya berasal dari pakar atau mereka yang mengerti mengenai  hewan, tumbuhan, maupun lingkungan. Dengan mengerti porsinya masing-masing, maka pengelolaan TSTJ dapat lebih baik, dan tertata.
·         Agar TSTJ dapat berkembang sesuai harapan pemerintah seharusnya memberikan sokongan dana yang cukup untuk menjalankan pengelolaan dan mendukung penuh upaya yang akan dilakukan untuk memajukan TSTJ. Serta diberikan pengawas atau bidang khusus yang mengelola TSTJ.
·         Fasilitas yang disediakan oleh pengelola harus sesuai dengan tiket masuknya.
·         Pengelola harus memberikan rasa nyaman, tenang, dan aman bagi pengunjung, sehingga akan semakin banyak pengunjung yang mau datang ke TSTJ.
·         Dilakukan penambahan jenis fauna agar lebih bervariasi dan lebih menarik minat pengunjung. Namun, disertai ketersediaan tenaga ahli dalam bidang hewan serta fasilitas kandang yang baik dan menyesuaikan habitat aslinya agar hewan merasa betah dan tidak tertekan. Selain itu, pembuatan kandang yang aman, agar tercipta kandang yang aman, sehingga tidak mengancam pengunjung. Menambahkan deskripsi di setiap depan kandang satwa untuk sarana edukasi pengunjung.
·         Penanaman berbagai jenis flora yang berwarna seperti berbagai jenis bunga yang ditata sedemikian rupa sehingga terbentuklah estetika taman yang indah. Letak penanaman pohon-pohon besar juga perlu dipertimbangkan,agar tidak malah merusak atau mengancam pengunjung atau hewan.
·         Peremajaan warung tempat dagang. Warung dapat dikelompokkan menjadi satu tempat khusus yang menjual aneka jenis makanan. Sehingga terkesan lebih tertata. Selain itu, ada tempat khusus yang menjual souvenir-souvenir yang berhubungan dengan TSTJ.
·         Dilakukan pembersihan rumput-rumput liar yang tinggi dan penebangan pohon-pohon besar secara berkala.
·         Dilakukan pembentukan sistem jalan satu arah ke seluruh area kebun binatang agar semua hewan yang ada dapat dilihat oleh pengunjung dan pengunjung pun tidak harus berbalik arah untuk kembali pulang.
·         Mencari investor untuk Taman Satwataru Jurug, sehingga beban biaya dalam perawatan kebun binatang tersebut tidak membebani pemerintah daerah.
·         Penataan letak kandang yang terstruktur. Misalnya penempatan hewan dikelompokkan sesuai kelasnya, satu wilayah berisi Aves semua atau Reptil semua, dan sebagainya.
·         Pembersihan area danau dan sekitar danau, karena banyak pemancing di area tersebut sehingga tidak dipungkiri jika terdapat banyak sampah. Seharusnya tidak boleh ada yang memancing disana karena merusak estetika. Selain itu, dilakukan pembersihan danau secara berkala agar air tidak terlihat begitu kotor. Karena air di danau juga berasal dari luar TSTJ, hendaknya dilakukan pembuatan saluran air baru yang memisahkan antara air limbah dengan air danau agar tidak tercampur. Untuk mengatasi kekeruhan air danau dapat dilakukan dengan pengerukan endapan dan salitasi perairan
·         Menggaungkan slogan-slogan animal welfare, kepedulian terhadap lingkungan, satwa dan flora pada papan- papan di berbagai sudut lokasi taman.
·         Memperbaiki diorama yang berisi hewan awetan dan diberi deskripsi lengkap bernilai sejarah agar menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
·         Memperbaiki dan meningkatkan fasilitas kemudian promosi tentang TSJ dilengkapi dengan berbagai fasilitas untuk memanjakan pengunjung seperti masjid yang berada di pinggiran danau, arena bermain anak, kereta mini untuk mengelilingi Taman Jurug, taman Gesang, aneka barang dagangan dan warung yang bervariasi serta fasilitas menunggang gajah dan unta, penampilan budaya pada waktu tertentu (promosi Taman Jurug sebagai Taman Satwa Taman Budaya Surakarta sekaligus) digalakkan.
·         Melakukan perawatan pada taman Gesang yaitu memperbaiki jalan-jalan dan tembok yang runtuh dan licin, monumen pesawat  dan arena bermain anak yang rusak, serta pemotongan berkala pohon- pohon besar di taman Gesang tersebut untuk menambah intensitas cahaya yang masuk sehingga mengurangi suhu yang terlalu lembab.
·         Memperbaiki fondasi terutama dipinggiran sungai agar tidak mudah longsor akibat banjir, sehingga dapat mencegah banjir atau mengancam keselamatan pengunjung yang kurang berhati-hati, terutama anak-anak.

2. Kajian pendekatan ekonomi dari segi untung dan rugi jika dilihat dari analisis SWOT
Berbagai keuntungan ekonomi dapat diperoleh apabila memaksimalkan keunggulan-keunggulan dari TSTJ atau bahkan malah menimbulkan kerugian.
·           Keuntungan:
-          Karena merupakan satu-satunya kebun binatang di daerah Surakarta, tentu akan menjadi destinasi wisata utama bagi mereka yang ingin mengenal lebih lebih banyak tentang satwa, seperti anak-anak sekolah. Semakin banyaknya jumlah pengunjung, tentu akan memperbanyak penghasilan dari TSTJ.
-          Koleksi flora dan fauna yang beragam juga menjadi daya tarik untuk pengunjung.
-          Adanya tempat-tampat yang menjual aneka makanan dan souvenir khas TSTJ juga dapat menjadi daya tarik bagi pengunjung.
-          Pengelolaan sampah yang dilakukan secara mandiri, dapat menambah pemasukkan dari hasil menjual kerajinan sampah. Selain itu, mengurangi biaya pembuangan sampah.
·         Kerugian:
-          Karena saat ini kondisi TSTJ yang masih belum tertata rapi, biasanya akan menyurutkan keinginan pengunjung yang sudah pernah ke sana untuk datang kembali. Sehingga dapat mengurangi jumlah pemasukan.
3.  Perubahan
3.1  Kompleks
                   Keberadaan TSTJ  di tengah kota Solo pastinya akan membawa banyak pengaruh baik pengaruh terhadap lingkungan,sistem sosial,ekonomi dan politik yang akan  membawa pengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang tinggal di sekitar TSTJ
3.2  Ketidakpastian
              Banyaknya ketidakpastian akan kebijakan yang diturunkan oleh pemerintah pemkot. Juga akan  berpengaruh terhadap perkembangan dan pengelolaan TSTJ . belum lagi rencana pengelola TSTJ yang ingin melakukan revitalisasi TSTJ menjadi wisata ecowisata yang pastinya diperlukan banyak dukungan dari berbagai pihak.
3.3 Konflik
Dalam kaitannya dengan pengembangan taman satwa taru jurug. perlu dilakukan berbagai tindakan menyangkut konflik yang terjadi antara investor yang akan menginvestasikan sahamnya di sana. serta untuk menghindari konflik dengan masyarakat sekitar. hal-hal yang perlu dilakukan adalah melakukan perjanjian dengan investor yang benar-benar serius dan peduli terhadap ekosistem dan keberlangsungan hidup satwa yang hidup di TSTJ, serta menghindari investor yang mendahulukan kepentingan ekonomi tanpa memikirkan dampak ekologis yang akan timbul. Dengan pemililhan investor yang tepat, kemungkinan terjadinya konflik akan lebih kecil karena sudah terjadi kesepakatan yang baik antara pihak TSTJ dengan pihak investor. Degan begitu juga konflik dengan masyarakat akan terhindar karena dalam perkembangan daerah wisata biasanya hal yang akan menjadi konflik yang besar adalah tentang lingkungan sekitar daerah wisata tersebut. Apabila lingkungan daerah wisata tersebut semakin baik maka konflik lingkungan akan dapat
dihindari. juga bisa memperkerjakan masyarakat sekitar sebagai karyawan.
1.1  Partisipasi
Pengembangan daerah wisata TSTJ juga diperlukan partisipasi dari pihak-pihak pengambil keputusan. seharusnya pengambilan keputusan tidak terjabak oleh birokrasi yang rumit sebab akan menghambat bahkan menggagalkan daerah wisata tersebut berkembang. dalam hal ini kaitannya dengan pemkot solo. sebab yang menjadi ujung tombak TSTJ adalah pemkot solo. serta pihak investor yang akan menginvestasikannya tidak merasa rugi menginvestasikan sahamnya.
2.      Pendekatan
Konsep pembangunan berwawasan lingkungan (ecologically sustainableDevelopment) adalah merupakan upaya interaksi atau mengintegarasikanpembangunan ekonomi dengan pembangunan lingkungan, sehingga dicapaikeselarasan antara kepentingan ekonomi dan lingkungan hidup. MenurutLonergan (1993:77) untuk menjamin terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan ada tiga dimensi penting yang harus dipertimbangkan yaitu:
Pertama dimensi ekonomi yang menghubungkan pengaruh-pengaruh makroekonomi danmikroekonomi pada lingkungan dan bagaimana sumber daya alam diperlakukandalam analisa ekonomi. Kedua adalah dimensi politik yang mencakup prosespolitik yang turut menentukan penampilan dan sosok pembangunan, pertumbuhanpenduduk, dan degradasi lingkungan. Ketiga adalah dimensi sosial dan budayayang mengkaitkan antara tradisi, ilmu pengetahuan serta pola pemikiranmasyarakat. Interaksi ke tiga dimensi ini akan mendukung terwujudnya konseppembangunan berwawasan lingkungan.
3.      Adaptif

LAPORAN KKL JURUG BAB 6 DAN 7

BAB VI
GAGASAN AWAL RENCANA PROYEK

A.  Penentuan Tujuan Dan Sasaran
Tujuan didirikannya Tawan Satwa Taru Jurug (TSTJ)  adalah sebagai berikut :
·         Untuk mengembangkan aspek sosial dan budaya kota Solo
·         Untuk mengembangkan hiburan dan kepariwisataan di kota Solo
·         Untuk meninngkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Solo
Dari tujuan berdirinya TSTJ tersebut dengan berjalannya waktu, ketiga tujuan tersebut belum sepenuhnya terwujud, karena terhalang oleh danayang diperolehdan dukungan dari pemerintah kota sendiri serta kepemilikan tanah TSTJ yang belum resmi menjadi milik TSTJ karena masih merupakan milik PEMDA SOLO. Sehingga pengelolaan TSTJ belum bisa leluasa dalam melakukan revitalisasi atau peremajaan TSTJ sendiri.
Sementara itu, sasaran yang ingin dicapai atau dituju dalam pembangunan TSTJ adalah memberikan edukasi atau pengetahuan tentang flora dan fauna yang terdapat di TSTJ khususnya bagi anak-anak, sehingga setelah datang atau mengunjungi TSTJ anak-anak tersebut dapat mengenal lebih jauh tentang flora dan fauna, terutama jenis fauna (hewan) yang ada di TSTJ. Selain itu, bagi mahasiswa terutama mahasiswa Biologi dapat menjadi obyek penelitian baik flora, fauna maupun ekologi atau lingkungan yang ada di TSTJ. Bagi orang tua dapat digunakan sebagai rekreasi atau hiburan untuk menghilangkan atau mengurangi kepenatan akibat pekerjaan dan kesibukan sehari-hari. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk refreshing dan waktu untuk bersama keluarga. Sejauh ini sasaran yang sudah dicapai TSTJ sudah mencapai kira-kira 70%, dari pemanfaaatan sarana prasarana yang ada di TSTJ oleh wisatawan yang berkunjung. Dengan pembangunan TSTJ ini, tidak hanya wisatawan terutama anak-anak saja yang diuntungkan, tetapi pihak PEMDA kota Solo juga diuntungkan dalam hal penambahan atau peningkatan PAD kota Solo. 
B.  Analisis Terhadap Kebijakan Ekowisata Lokal
Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan
industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Ekowisata pada saat sekarang ini menjadi aktivitas ekonomi yang penting yang memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk mendapatkan pengalaman mengenai alam dan budaya untuk dipelajari dan memahami betapa pentingnya konservasi keanekaragaman hayati dan budaya lokal. Pada saat yang sama ekowisata dapat memberikan generating income untuk kegiatan konservasi dan keuntungan ekonomi pada masyarakat yang tingal di sekitar lokasi ekowisata.
Dalam pengembangan ekowisata perlu adanya rencana pengelolaan yang mengacu kepada tujuan utama awalnya yaitu mendorong dilakukannya pengawetan lingkungan hidup, sehingga ekowisata perlu di rencanakan pengelolaannya dengan mengintergrasikan dalam pendekatan sistem untuk konservasi yang menggunakan desain konservasi.
Perencanaan ekowisata adalah alat untuk membimbing pengembangan pariwisata pada daerah yang dilindungi dengan melakukan sintesis dan menggunakan visi dari semua pemangku kepentingan untuk tujuan konservasi pada lokasi tersebut. Perencanaan pengelolaan ekowisata seharusnya mengambarkan jenis ekowisata apa yang dapat dilakukan atau kegiatan publik apa yang bisa dilakukan di daerah yang dilindungi tersebut. Perencanaan pengelolaan ekowisata ini juga biasanya mengembangkan pewilayahan (zoning) yang didesain dan yang diperbolehkan untuk kegiatan kepariwisataan.
Perencanaan pengelolaan ekowisata harus mengacu kepada rencana pengelolaan umum (General Mangement Plan) dan rencana daerah konservasi (Site Conservation Plan). Rencana pengelolaan umum ini menjelaskan tujuan dan umum dan tujuan khusus yang telah disusun untuk sistem konservasi pada daerah yang dilindungi. Pada rencana ini terdapat pewilayahan, strategi, program dan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus. Rencana daerah konservasi merupakan komponen dari perencanaan pengelolaan umum yang lebih fokus pada kasus-kasus dan alternatif strategi untuk mengatasi ancaman-ancaman terhadap kegiatan konservasi yang dilakukan dan mungkin salah satunya adalah kegiatan ekowisata.
            Dalam menyiapkan rencana pengelolaan ekowisata tim penyusun harus
terlebih dahulu menyepakati formatnya terlebih dahulu, akan tetapi secara umum format rencana pengelolaan ekowisata adalah sebagai berikut:
1. Visi, tujuan dan strategi
2. Tujuan khusus
3. Aktivitas
4. Pewilayahan
5. Memfasilitasi pelaksanaan
6. Lampiran
7. Peta dan grafik pendukung
C. Pemilihan Prioritas Strategi Pelaksanaan Proyek

            Menurut Gamal Suwantoro (1997:19), unsur pokokyang harus mendapat perhatian guna menunjangpengembangan pariwisata di daerah tujuan yangmenyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan danpengembangan meliputi lima unsur :
(1)   Objek dan daya tarik wisata
Merupakan sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu yang menjadi inti dari berkembangnya industry pariwisata.
(2)   Prasarana wisata
Merupakan semua fasilitas yang dapatmemungkinkan proses perekonomian berjalan denganlancar sedemikian rupa, sehingga dapat mempermudahkegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya, disamping itu merupakan sumber daya alam dansumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan olehwisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan pariwisata,seperti jalan, listrik, air, rumah sakit, telekomunikasi,terminal, jembatan, dan lain sebagainya.
(3)   Sarana wisata
Merupakan perusahaan-perusahaanyang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secaralangsung atau tidak langsung dan merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yangdiperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalammenikmati perjalanan wisatanya.
(4)   Tata laksana/infrastruktur
Menyangkut pemilihan cara penanganan rencana proyek yang tepat dan efektif beserta komponen yang mendukung pembangunan objek wisata.
(5)   Masyarakat/lingkungan
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akanmenyambut kehadiran wisatawan tersebut dansekaligus akan memberikan layanan yang diperlukanoleh para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitarobjek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dankualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Lingkungan alam di sekitar objek wisatapun perludiperhatikan dengan seksama agar tak rusak dantercemar. Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alamdi suatu objek wisata merupakan lingkungan budayayang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidupmasyarakat (Gamal Suwantoro, 1997: 24).

LAPORAN KKL JURUG BAB 3 - 5

BAB III
EKOWISATA SEBAGAI FOKUS PERENCANAAN


1.        Pengertian Ekowisata
            Secara umum Ekowisata  atau ekoturisme merupakan salah satu kegiatan pariwisata yang berwawasan lingkungan dengan mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal serta aspek pembelajaran dan pendidikan. Ekowisata dimulai ketika dirasakan adanya dampak negatif pada kegiatan pariwisata konvensional. Dampak negatif ini bukan hanya dikemukakan dan dibuktikan oleh para ahli lingkungan tapi juga para budayawan, tokoh masyarakat dan pelaku bisnis pariwisata itu sendiri. Dampak berupa kerusakan lingkungan, terpengaruhnya budaya lokal secara tidak terkontrol, berkurangnya peran masyarakat setempat dan persaingan bisnis yang mulai mengancam lingkungan, budaya dan ekonomi masyarakat setempat. Pada mulanya ekowisata dijalankan dengan cara membawa wisatawan ke objek wisata alam yang eksotis dengan cara ramah lingkungan. Proses kunjungan yang sebelumnya memanjakan wisatawan namun memberikan dampak negatif kepada lingkungan mulai dikurangi.
2.        Prinsip Ekowisata
            Menurut Cooper (1997), suatu kegiatan pariwisata dapat dikategorikan sebagai ekowisata jika memiliki 5 prinsip, sbb: (1) Sustainable, adalah pariwisata yang berkonsentrasi pada penyokongan pelestarian lingkungan alam. (2) Lingkungan alam harus aman dan terjamin keselamatannya untuk dijadikan warisan bagi generasi mendatang. (3) Pemeliharaan berbagai makhluk yang ada di sekitarnya, manusia, hewan, tumbuhan, dan sebagainya apa pun yang hidup di alam bersangkutan. (4) Merumuskan perencanaan dan pengimplementasian secara holistik, sehingga tercipta harmonisasi yang terintegrasi antara alam, manusia dan lingkungan secara total (environmental integrity). (5) Carying capacity, artinya seluruh pihak yang terlibat dalam kegiatan pariwisata tersebut mendapat manfaat. Tingkat kemanfaatan harus diperoleh secara dimensional baik bagi penyedia maupun wisatawan.
3.    Karakteristik Ekowisata
            Karakteristik ekowisata yang membedakannya dengan wisata massal/konvensional. Pertama, kegiatan wisata, berkaitan dengan konservasi lingkungan. Meskipun motif ekowisata memiliki keterkaitan dengan beberapa prinsip pengembangan ekowisata namun di dalamnya terkandung makna untuk turut serta melestarikan ekonomi lingkungan. Bilamana wisatawan memiliki keterlibatan langsung dalam pelestarian lingkungan, diharapkan kesadaran akan keberadaan sumber daya dan lingkungan memudahkan wisatawan untuk terlibat dalam berbagai upaya pelestarian/konservasi. Ke-dua, usaha pariwisata tidak hanya menyiapkan sekedar atraksi wisata, akan tetapi menawarkan pula peluang untuk menghargai lingkungan secara berkesinambungan. Ke-tiga, usaha pariwisata memiliki tanggung jawab ekonomi dalam pelestarian lingkungan hijau yang dikunjungi dan dinikmati wisatawan melalui berbagai kegiatan yang dapat menghasilkan pendapatan yang dapat dikembalikan bagi kepentingan konservasi lingkungan dan kunjungan wisatawan untuk pengembangan lingkungan yang berkelanjutan yang dapat dinikmati oleh para pecinta dan pemelihara lingkungan berikutnya. Ke-empat, usaha pariwisata yang lebih banyak menggunakan sarana transportasi lokal, sarana akomodasi lokal, yang dikelola masyarakat setempat dan membedakan kehidupan masyarakat setempat dalam menumbuhkan pendapatan masyarakat dari berbagai kegiatan yang diakibatkan oleh kegiatan wisatawan di lokasi ekowisata yang dikunjunginya dan berdampak kepada tumbuhnya inovasi, kreativitas masyarakat dalam menggali berbagai sumber kegiatan positif yang menunjang terhadap interaksi lingkungan. Bilamana terdapat interaksi positif antara inovasi dan kreativitas masyarakat dengan wisatawan-eko, diharapkan terdapat saling pengertian terhadap apa yang boleh dilakukan wisatawan atau apa yang harus dibatasi oleh masyarakat terhadap potensi sumber daya yang dijadikan dasar pengembangan ekowisata dan dasar pengembangan inovasi kreativitas masyarakat untuk mendorong pertumbuhan ekowisata di daerahnya.

4.        Karakteristik pasar wisata

Laporan KKL Jurug BAB 1 DAN 2



BAB I
SISTEM KEPARIWISATAAN DI TAMAN SATWA TARU JURUG

A.    Aspek Permintaan Pariwisata
Menurut Medlik, 1980 (dalam Ariyanto, 2005), faktor-faktor utama dan faktor lain yang mempengaruhi permintaan pariwisata dapat dijelaskan sebagai berikut:
a)        Harga; harga yang tinggi pada suatu daerah tujuan wisata akan memberikan imbas atau timbal balik pada wisatawan yang akan bepergian, sehingga permintaan wisatapun akan berkurang begitu pula sebaliknya.
b)        Pendapatan; apabila pendapatan suatu negara tinggi, kecendrungan untuk memilih daerah tujuan wisata sebagai tempat berlibur akan semakin tinggi dan bisa jadi calon wisatawan membuat sebuah usaha pada Daerah Tujuan Wisata jika dianggap menguntungkan.
c)        Sosial Budaya; dengan adanya sosial budaya yang unik dan bercirikan atau berbeda dari apa yang ada di negara calon wisata berasal maka, peningkatan permintaan terhadap wisata akan tinggi hal ini akan membuat sebuah keingintahuan dan penggalian pengetahuan sebagai khasanah kekayaan pola pikir budaya wisatawan.
d)       Sospol (Sosial Politik); dampak sosial politik belum terlihat apabila keadaan Daerah Tujuan Wisata dalam situasi aman dan tenteram, tetapi apabila hal tersebut berseberangan dengan kenyataan, maka sospol akan sangat terasa dampak dan pengaruhnya dalam terjadinya permintaan.
e)        Intensitas keluarga; banyak atau sedikitnya keluarga juga berperan serta dalam permintaan wisata hal ini dapat diratifikasi, jumlah keluarga yang banyak maka keinginan untuk berlibur dari salah satu keluarga tersebut akan semakin besar, hal ini dapat dilihat dari kepentingan wisata itu sendiri.
f)         Harga barang substitusi; disamping kelima aspek di atas, harga barang pengganti juga termasuk dalam aspek permintaan, dimana barang-barang pengganti dimisalkan sebagai pengganti DTW yang dijadikan cadangan dalam berwisata seperti: Bali sebagai tujuan wisata utama di Indonesia, akibat suatu dan lain hal Bali tidak dapat memberikan kemampuan dalam memenuhi syarat-syarat Daerah Tujuan Wisata sehingga secara tidak langsung wisatawan akan mengubah tujuannya ke daerah terdekat seperti Malaysia dan Singapura.
g)        Harga barang komplementer; merupakan sebuah barang yang saling membantu atau dengan kata lain barang komplementer adalah barang yang saling melengkapi, dimana apabila dikaitkan dengan pariwisata barang komplementer ini sebagai objek wisata yang saling melengkapi dengan objek wisata lainnya.
Sedangkan Jackson, 1989 (dalam Pitana, 2005) melihat bahwa faktor penting yang menentukan permintaan pariwisata berasal dari komponen daerah asal wisatawan antara lain, jumlah penduduk (population size), kemampuan finansial masyarakat (financial means), waktu senggang yang dimiliki (leisure time), sistem transportasi, dan sistem pemasaran pariwisata yang ada.
Dari kedua pendapat di atas, aspek permintaan pariwisata dapat diprediksi dari jumlah penduduk dari suatu daerah asal wisatawan, pendapatan perkapitanya, lamanya waktu senggang yang dimiliki yang berhubungan dengan kemajuan teknologi informasi dan transportasi, sistem pemasaran yang berkembang, keamanan, sosial dan politik serta aspek lain yang berhubungan dengan fisik dan non fisik wisatawan.
Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) merupakan kebun binatang yang melakukan upaya perawatan dan pengembangbiakan terhadap jenis satwa yang dipelihara berdasarkan etika dan kaidah kesejahteraan satwa sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis dan dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sarana rekreasi yang sehat. Namun sekarang ini TSTJ mengalami penurunan permintaan yang lebih disebabkan antara lain obyek maupun fasilitas yang disediakan kurang terawat dengan baik. Sehingga menimbulkan citra yang kurang menarik bagi konsumen wisatawan.
Tempat wisata TSTJ tampaknya mengalami pasang surut mengenai permintaan. Surut saat hari-hari biasa dan pasang saat akhir pekan, hari libur sekolah dan hari besar lainnya. Hal ini dikarenakan TSTJ memang cocok untuk tempat rekreasi dan wisata keluarga karena disana disediakan sarana edukasi, penelitian, rekreasi dan tempat bermain. 
Tapi disamping itu Taman Jurug memiliki kelebihan dari letak tempat dan penambahan binatang yang menjadikan komoditi utama dan daya tarik sendiri. Lebih utamanya lagi adalah, tempat ini tepat berada di samping aliran sungai bengawan Solo, sungai terkenal di Jawa Tengah. Di sini kita bisa mendapatkan dua objek sekaligus dalam satu tempat, Taman Jurug dan Sungai Bengawan Solo.
B.       Penawaran Wisata Di Taman Satwa Taru Jurug(TSTJ)          
              Kota Surakarta atau lebih dikenal dengan Kota Solo  merupakan daerah yang dekat dengan Kota Yogyakarta yang sangat berpotensi dalam menarik wisatawan untuk datang dan singgah menikmati keunggulan objek wisata di Kota Surakarta. Kota Surakarta tidak hanya dijadikan sebagai daerah penghubung melainkan sebagai daerah singgah yang mampu meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat Kota Surakarta dengan keberadaannya tersebut. Cara yang dapat ditempuh adalah dengan menonjolkan sisi pariwisata di Kota Surakarta sesuai ciri khas dan identitas Kota Surakarta sendiri. Dominasi sektor-sektor pariwisata di kota lain di Propinsi Jawa Tengah mengakibatkan sektor pariwisata di Kota Surakarta menjadi bukan merupakan sektor unggulan.

Saturday, June 1, 2013

Diagram Bunga

Diagram bunga adalah gambar proyeksi pada bidang datar seluruh bunga yang dipotong melinyang, sehingga dijumpai penampang daun pelindung, daun kelopak, daun mahkota, benang sari, dan putik. gambar diagram dinyatakan sebagai penampang melintang dari setiap bagian bunga. sebagai contoh adalah sebagai berikut:
  1. Aksis Batang : bentuk bulat kecil dapat diluar diagram bila posisi bunga aksilar dan dapat di pusat lingkaran diagram bila posis bunga terminal.
  2. Daun pelindung : bentuk pipih pilateral dengan tonjolan ditengah bagian sisi luar.
  3. Daun kelopak : bentuk pipih peilateral dengan tonjolan di tengah bagian sisi luar.
  4. Daun mahkota : bentuk pipih bilateral dengan tonjolan di bagian tengah sisi luar sehingga meyerupai bulan sabit.
  5. Alat kelamin jantan : bentuk dua bulatan penampang melintang kepala sari.
  6. Alat kelamin betina : bentuk bulat tunggal penampang mellintang bakal buah, dengan beberapa daun buah penyusunnya, serta biji dengan posisinya pada daun buah.
Terdapt dua macam diagram bunga, yaitu diagram empirik dan diagram teoritik. Diagram empirik menggambarkan bagian bunga yang benar-benar ada sesungguhnya, sedangkan diagram teoritik menggambarkan bagian sesungguhnya dan bagian bunga yang sudah tidak ada lagi, tetapi menurut teori seharusnya ada.

Langkah-langkah menyusun diagram bunga adalah menentukan hal-hal sebagai berikut:
  1. Posisi bunga : diujung cabang atau batang (terminalis) atau di ketiak daun (aksilaris)
  2. Garis median : yaitu garis penghubung antar bunga, aksis batang, dan daun.
  3. Jumlah setiap bagian bunga : jumlah kelopak bunga, jumlah mahkota, jumlah alat kelamin jantan, jumlah alat kelamin betuna.
  4. Posisi antar daun kelopak, daun mahkota, benag sari\, dan daun buah : terjadi perlekatan tipe connate atau adnate.
  5. Tipe aestivatio bagian-bagian bunga.