Hari ini aku lihat seorang ibu-ibu pengemis. Dari pada disebut ibu-ibu, sebenarnya lebih cocok jika disebut dengan nenek. Karena dilihat secara fisik dia sudah tua. Pakai kerudung dan bawa sebuah tas dan karung yang lusuh sama seperti bajunya. Juga sebuah tongkat untuk membantu berjalan atau mengorek sampah. Entahlah aku tidak tahu pasti. Aku mengambil uang seribu dan aku berikan pada ibu itu dari balik pintu kos. Dia berjalan tertatih mendekatiku. Aku lihat kakinya, memakai sepasang sendal karet dan ada luka yang sebagian tertutup kapas. Dulu, di dekat pintu gerbang belakang kampus juga ada nenek pengemis. Kalau pagi di sisi selatan jalan, kalau siang di sisi utara jalan. Tapi sekarang sudah tidak ada. Terakhir ketemu, memang sepertinya sudah mulai menurun penglihatannya. Setiap melihat wanita yang bekerja kasar, kayak pengemis, pengamen, pemulung, tukang bangunan (mereka banyak di kampus) i make promise with my self. Aku tidak akan membiarkan Ibu, wanita yang paling aku cintai, harus melewati masa tuanya dengan kerja keras. Kerja keras yang sekarang mereka lakukan, setiap peluh yang diabaikan dan setiap doa tulus yang mereka panjatkan, tidak akan aku sia-siakan. Oke, semoga aku tetap konsisten. Satu yang berat, melawan bakat penundaan kebaikan yang benihnya sudah ada dalam mindku.^^
Manny love for you, although i cant see you every day but i know you have pray for me in every day.
Saturday, December 24, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
T.T
ReplyDeletekomentar apa itu?
ReplyDelete