Wednesday, March 14, 2012

Laporan KKL Bogor

LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

TAKSONOMI TUMBUHAN

STUDI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN TINGKAT TINGGI
DI MUSEUM ETNOBOTANI, HERBARIUM BOGORIENSE,
KEBUN RAYA BOGOR, KEBUN RAYA CIBODAS
DAN TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO


Disusun oleh :
Kelompok IV

1. Aditya Ferdi
2. Arum Asri
3. Chatarina Prastiwi
4. Dhimas Sandhiatma
5. Faradina Kusumanigtyas
6. Lintang Amilatun
7. Rohmatul Laily
8. Syarafina Ratna Putri
9. Wardha Ayu Andriyuni
10. Yan Bagus MF


Asisten Pembimbing: Siska Dyah Kusuma Putri
NIM : M040805

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Mata kuliah Taksonomi Tumbuhan, merupakan pelajaran yang mempelajari tentang seluk beluk tumbuhan mengenai bentuk morfologi, anatomi dan juga tentang identifikasi dari spesies tumbuhan tersebut sehingga dapat dibuat klasifikasi. Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam yang berlimpah, terutamanya keanekaragaman hayati. Kekayaan alam hayati tersebut menyangkut keanekaragaman tumbuhan maupun keanekaragaman hewan dan merupakan sumber plasma nutfah yang dapat memberikan manfaat bagi hidup manusia.

Hal yang penting dalam mata kuliah ini disamping praktikum indoor ada juga kegiatan KKL yang mana merupakan suatu bentuk kegiatan pengamatan terhadap objek (spesies) yang dilakukan di luar kampus untuk menunjang teori yang ada. Pada kegiatan ini difokuskan pada tumbuhan tingkat tinggi atau Phanerogamae. Untuk memahami keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi dilakukan kunjungan dan pengamatan ke Kebun Raya Bogor yang juga berdekatan dengan instansi LIPI, khususnya Museum Bogoriense. Taman Nasional Cibodas. Kebun Raya Bogor dan Taman Nasional Cibodas menyediakan spesies-spesies langka yang jarang kita temui di lokasi lain atau di sekitar tempat tinggal kita. Museum Bogoriense menyediakan segudang wawasan tentang Etnobotani dan herbarium yang sangat penting untuk digali.

B. TUJUAN
Berdasarkan latar belakang yang ada tersebut maka didapat tujuan dari pelaksanaan Kuliah Kerja Lapangan Taksonomi Tumbuhan ini, yaitu sebagai berikut:
1. Mengetahui koleksi berbagai jenis tumbuhan di Museum Etnobotani yang dapat dimanfaatkan manusia untuk menunjang kehidupan sehari-hari.
2. Mengetahui tata cara pembuatan, penyimpanan, dan pendataan koleksi herbarium di Herbarium Bogoriense.
3. Mengadakan pengamatan terhadap spesies untuk mengetahui ciri khusus/karakteristik dari masing-masing spesies.
4. Menambah perbendaharaan pengetahuan lewat pengamatan secara langsung baik berupa spesies awetan maupun spesies yang asli sekaligus habitatnya.
5. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan tingkat tinggi di Kebun Raya Bogor, Kebun Raya Cibodas, dan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango.
6. Mengetahui setting atau penyusunan jenis-jenis tanaman di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas.

C. MANFAAT
1. Dapat mengetahui karakteristk dari masing-masing spesies sehingga dapat mengkarakteristikannya.
2. Mengetahui jenis-jenis tanaman dari Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas.
3. Mengetahui perbedaan antara Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas.
4. Mengetahui perbedaan fungsi konservasi antara Kebun Raya Cibodas dan Taman Nasional Gunung Pangrango.
5. Dapat mengetahui cara pembuatan herbarium.
6. Dapat mengetahui pemanfaatan tanaman sebagai bagian dari kebudayaan melalui etnobotani.






BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. STRUKTUR VEGETASI HUTAN TROPIKA BASAH
Persebaran hutan di dunia masih kurang merata, meskipun begitu masih dimungkinkan untuk menghitung jumlahnya secara kasar. Luas hutan di dunia sekitar 7.500.000.000 ha atau 22,5% dari luas permukaan bumi. Hutan-hutan tersebut tersebar pada berbagai benua, antara lain: 28% di Asia; 28% di Amerika Selatan; 19,3% di Amerika Utara; 10,6% di Afrika; 10,3% di Eropa; dan 3,8% untuk wilayah Australia dan Oceania. Jenis-jenis hutan di daerah tersebut berbeda-beda, ada yang merupakan hutan tropik dan ada pula yang merupakan hutan subtropik. Hal tersebut disesuaikan dengan kondisi iklim di wilayahnya masing-masing. Sebagai contoh hutan-hutan di Asia (terutama di Asia Tenggara) kebanyakan berupa hutan tropik, sedangkan hutan subtropik dapat dijumpai di Amerika (Hill, 1979).

1. Vegetasi Pohon Penyusun Hutan Tropika Basah
Tumbuhan Angiospermae menyusun vegetasi di seluruh permukaan bumi, baik di daerah tropik maupun subtropik. Tipe vegetasi di daerah tropik khususnya di daerah khatulistiwa merupakan vegetasi paling lebat dari semua tipe vegetasi di bumi. Vegetasi hutan tropik basah terdapat pada kondisi tanah yang baik di dataran rendah daerah tropik yang basah dan hampir tidak ada musim kering. Perkembangan utama terdapat di Amerika Selatan, Afrika Tengah, Afrika Barat, India, Srilanka, Malaya, Filipina, dan Indonesia (Polunin, 1990).
Tumbuhan utama penyusun hutan tropika basah biasanya terdiri atas tujuh kelompok berikut:
a. Pohon-pohon hutan
Merupakan penyusun kanopi yang terdiri dari tiga tingkat, yaitu : A. terdiri dari tumbuhan tertinggi, B. tumbuhan yang lebih rendah, dan C. tumbuhan yang terendah.
b. Terna
c. Tumbuhan pemanjat
d. Epifita.
Merupakan golongan tumbuhan yang melekat pada batang, cabang bahkan pada daun-daun pohon.
e. Pencekik pohon.
Pada awalnya merupakan epifit, namun kemudian mengirimkan akar-akarnya turun ke tanah dan menjadi tidak tergantung lagi pada inang, bahkan terkadang membunuh inangnya.
f. Saprofita.
g. Parasit (Polunin, 1990).
Tipe vegetasi ini, yang khususnya terdapat di daerah khatulistiwa, merupakan yang paling lebat dari semua tipe vegetasi di bumi. Hutan tropika basah terutama terdapat dengan kondisi tanah yang baik di dataran rendah daerah tropika yang basah dan dimana hampir tidak ada musim kering. Perkembangan utama terdapat di Amerika Selatan, Afrika Tengah, Afrika Barat, India, Srilanka, Malaysia, Filipina, dan Indonesia (Polunin, 1990).

2. Golongan Spermatophyta Penyusun Hutan Tropika Basah
Tumbuhan biji (Spermatophyta) merupakan golongan tumbuhan dengan tingkat perkembangan filogenetik tertinggi, yang sebagai ciri khasnya ialah adanya suatu organ yang berupa biji. Tumbuhan biji ini juga merupakan tumbuhan kormus sejati, dimana tubuhnya sudah jelas dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya yaitu akar, batang, dan daun. Daun tergolong pada bentuk makrofil dengan susunan tulang daun yang bermacam-macam. Akar tumbuh di kutub akar, sporofil terangkai sebagai strobillus atau bunga Selain itu tubuh tumbuhan biji juga memiliki bagian-bagian lain yang merupakan metamorfosis bagian-bagian pokok tersebut ditambah dengan berbagai macam organ tambahan. Spermatophyta disebut juga dengan tumbuhan bunga (Anthophyta), Phanerogamae, dan Embryophyta siphonogamae. Ciri khas lain untuk golongan tumbuhan biji ialah bahwa embrionya bersifat bipolar atau dwipolar, dimana tidak hanya kutub batang yang tumbuh dan berkembang membentuk batang, cabang-cabang dan daun, tetapi kutub akarnya pun tumbuh dan berkembang membentuk sistem perakarannya (Tjitrosoepomo, 2002).

Tumbuhan biji yang sekarang ada kurang lebih mencapai 170.000 jenis, dimana pada waktu sekarang golongan tumbuhan biji mendominasi tumbuhan yang ada di muka bumi, sehingga jaman sekarang disebut juga jaman tumbuhan biji. Divisi tumbuhan biji secara klasik dibedakan dalam dua subdivisi yaitu tumbuhan biji tertutup yang dikenal dengan angiospermae dan tumbuhan biji terbuka dikenal dengan gymnospermae (Tjitrosoepomo, 2002).
Spermatophyta dicirikan oleh generasi sporofit yang sangat kompleks dan bentuk generasi gametofit yang sangat tereduksi. Gametofit jantan ditemukan pada awal pembentukan serbuk sari (pollen) dan akhirnya tereduksi menjadi dua sampai tiga sel, sedangkan gametofit betina (kantong embrio) tereduksi menjadi delapan sel. Gamet jantan biasanya tanpa silia. Megaspora tidak pernah terlepas dari megasporangium (ovulum, bakal biji), pertumbuhan bakal serbuk sari menghasilkan tabung saluran serbuk sari (micropyle). Biji dibentuk dari gametofit betina dan integumentum, berisi sporofil, dinding megasporangium, dan kadang-kadang endosperm (Setyawan, 2002).

Tumbuhan yang termasuk golongan Gymnospermae memiliki ciri berupa biji telanjang yang tumbuh pada megasporofil (daun buah: carpela). Sedangkan tumbuhan Angiospermae memiliki bakal biji yang selalu dilindungi oleh suatu badan yang berasal dari daun buah yang disebut dengan bakal buah. Tumbuhan ini memiliki organ yang disebut sebagai buah dalam pengertian sehari-hari (Pudjiarianto dkk, 1993).

Angiospermae terdiri dari tumbuhan berkayu dan berbatang basah. Bunga tersusun berkarang dan hiasan bunga dapat dibedakan antara mahkota dan kelopak bunga. Daun bertulang menyirip atau menjari, pada tumbuhan Dikotil memiliki tulang daun sejajar, sedangkan pada Monokotil bertulang daun melengkung (Tjitrosoepomo, 2002).

B. IKLIM DAERAH TROPIKA
a. Curah Hujan
Curah Hujan pada umumnya berjumlah 200-400 mmHg setiap tahun, meskipun di tempat-tempat tertentu mungkin lebih banyak. Di beberapa daerah hujan turun setiap siang dan malam praktis sepanjang tahun, di tempat tertentu terdapat satu atau dua musim kering yang masing-masing lamanya tidak melebihi tiga bulan. Sering kali hujan turun selama berhari-hari atau berminggu-minggu, dan semuanya menjadi terendam dalam kabut tebal yang berwarna kelabu (Polunin, 1990).
b. Suhu
Suhu relatif tinggi dan seragam, rata-rata tahunan adalah sekitar 25-26 derajat Celcius ( Polunin, 1990).
c. Kelembaban
Kelembaban nisbi cenderung tinggi, biasanya melebihi 80 %, meskipun nilai-nilai yang komparatif rendah dapat diperoleh untuk jangka waktu yang pendek. Suatu gambaran bagaimana iklim di daerah tropika basah dapat diperoleh dari rumah-rumah palma tropic dalam kebun raya. Sebagian sinar matahari dapat menembus ke dalam, sehingga di dalam hutan terdapat noda-noda cahaya matahari ( Polunin, 1990).

C. KEBUN RAYA DAN PELESTARIAN KEANEKAAN PLASMA NUTFAH
Kebun raya merupakan tempat yang dibuat dan dipelihara sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai kebun botani untuk kepentingan ilmiah dan pelestarian (Tirtawinata dan Lisdiana, 1996).
Kebun Raya ada dua macam. Yang pertama adalah untuk koleksi tumbuhan yang tidak mempunyai nilai ekonomi. Tujuan utamanya adalah ilmiah. Kebun Raya untuk tumbuhan non-ekonomi ialah yang kita kenal di Bogor. Salah satu Kebun Raya lainnya ialah di Cibodas, kira-kira 30 km sebelah selatan Bogor di kaki Gunung Gede-Pangrango (Soemarwoto, 1991).

1. Kebun Raya Bogor

Kebun Raya Bogor sebagai Kebun Raya tropis yang terkenal di seluruh dunia dan berfungsi sebagai tempat riset tanaman tropis, juga merupakan kebun rekreasi. Kebun Raya Bogor merupakan bagian dari Monumen Batu Tulis yang didirikan pada jaman kerajaan Pajajaran pada tahun 1474-1513 yang bertujuan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan memelihara benih-benih kayu langka (Soemarto, 1992).

Kebun Botani yang didirikan pada 18 Mei 1817 oleh Prof. Dr. C.G.L. Reinwardt yang kemudian dinamakan Land’s Plantentuite Buttenzorg tersebut kemudian lebih dikenal dengan nama Kebun Raya Bogor. Kebun Raya Bogor selama perjalanan sejarahnya mempunyai berbagai nama yaitu: Land’s Plantentuin, Syokubutzves, Botanical Garden of Buitenzong, Botanical

Garden of Indonesia, Kebun Gede dan Kebun Jodoh (Soemarto, 1992).
Kebun Raya Bogor yang memiliki luas 87 ha berfungsi untuk melestarikan tumbuh-tumbuhan secara ex-situ (memindahkan tanaman dari tempat asalnya ke tempat baru yang dibuat sedemikian rupa sehingga sesuai dengan habitat asalnya). Pada tahun 1995, koleksi Kebun Raya Bogor berjumlah + 4.300 jenis tanaman. Koleksinya berasal dari luar negeri, seperti dari kawasan tropis Asia, Australia, Amerika, dan Afrika, serta koleksi dari dalam negeri. Kebun ini juga mengkoleksi tanaman langka yang terkenal, misalnya bunga bangkai dan anggrek racun. Penataan tanaman didasarkan pada tempat asal, habitat, dan familia tanaman. Konsep penyusunan berdasarkan sistem familia yakni kekerabatan dan urutan perkembangan evolusi dari yang paling sederhana sampai yang termodern. Pengunjung dapat mengetahui nama dan familia tanaman tersebut dengan melihat papan nama yang ditempelkan pada batang tanaman (Tirtawinata dan Lisdiana, 1996).

Tatanan tumbuhan yang ada di Kebun Raya Bogor tidak mementingkan arsitektur yang apik, tapi lebih mementingkan pada pengelompokan tanaman yang berada pada takson yang sama, sehingga di tempat tersebut tidak terlihat adanya keindahan arsitektur tanaman (Soemarto, 1992).

2. Kebun Raya Cibodas

Kebun Raya Cibodas berada di sebelah gerbang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Kebun ini mengkoleksi tanaman yang berasal dari wilayah barat Indonesia. Dalam penataannya, taman ini lebih mengutamakan nilai estetika (keindahan), sehingga kita dapat melihat arsitektur yang menarik dan tertata dengan indah. Kebun Raya Cibodas yang memiliki luas 83 ha terletak di Desa Cimacam, kira-kira 85 km dari Bandung. Terletak di lereng Gunung Gede, pada ketinggian 1500 m. Kebun Raya Cibodas dibangun pada tahun 1862 dan merupakan bagian dari Kebun Raya Bogor. Koleksi tumbuhan berasal dari berbagai negara (Soemarto, 1992).

3. Taman Nasional Gede Pangrango

Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan lembaga pemerintah yang mengelola hutan konservasi secara in-situ. Sebagai lembaga pemerintah, Taman Nasional Gunung Gede Pangrango mempunyai kewajiban untuk menyediakan berbagai kebutuhan masyarakat. Salah satunya adalah dengan menyebarluaskan informasi konservasi, antara lain tentang potensi alam dan manfaatnya (Agustini dkk, 2003).

Lokasi Taman Nasional Gede-Pangrango mudah dicapai dari beberapa kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Bogor, dan Sukabumi. Kawasan Taman Nasional ini luasnya 15.000 ha dan terletak di tiga Kabupaten, yaitu Bogor, Sukabumi, dan Cianjur (Sastrapradja, dkk., 1992).

Sejarah Taman Nasional Gede-Pangrango berawal ketika pemerintah kolonial Belanda meresmikan Cagar Alam Cibodas pada tahun 1889, sebagai cagar alam pertama di Indonesia. Pada tanggal 6 Maret tahun 1980, kawasan ini diresmikan sebagai Taman Nasional pertama di Indonesia (Sastrapradja, dkk., 1992).
Pada mulut masuknya, terdapat hutan dengan berbagai jenis pohon yang besar-besar dan tinggi-tinggi. Di sini terlihat tiga lapisan tajuk pohon (Sastrapradja, dkk., 1992).

Di Taman Nasional ini diperkirakan terdapat 208 jenis anggrek atau 35 % anggrek yang ada di Jawa Barat. Di dinding
batuan yang basah dan lembab di sekitar air terjun Cibereum terdapat sejenis lumut yang berwarna agak kemerahan (Sphagnum gedeanum) yang tidak terdapat di tempat lain. (Sastrapradja, dkk., 1992).
Perbedaan vegetasi terlihat pada hutan-hutan yang terletak di ketinggian yang berbeda. Berdasarkan ketinggiannya, hutan-hutan di Taman Nasional Gede Pangrango dikelompokkan menjadi sub-montana (1.000-1.500 m), montana (1.500-2.400 m), dan sub-alpine (2.400 ke atas) (Sastrapradja, dkk., 1992).

Taman Nasional Gede-Pangrango juga kaya akan satwa liar. Terdapat lebih dari 200 jenis burung, 12 di antaranya hanya terdapat di Pulau Jawa. Di Taman Nasional ini terdapat empat macam primata yaitu owa, surili, lutung, dan kera ekor panjang. Jenis satwa liar yang lain diantaranya adalah macan tutul, anjing liar, dan babi hutan (Sastrapradja, dkk., 1992).

D. PENGELOLAAN KOLEKSI HERBARIUM

Bagi dunia ilmu pengetahuan, koleksi herbarium merupakan obyek studi utama yang tak ternilai harganya. Tidak mengherankan bila gedung-gedung untuk menyimpan koleksi itu merupakan bangunan yang megah dengan tokoh-tokoh kenamaan. Sesuai dengan ruang yang tersedia dalam gedung herbarium, koleksi herbarium baik kering maupun basah dipisah-pisah dan ditata di ruang yang tersedia untuk masing-masing takson menurut klasifikasi yang dibuat oleh para ahli dalam lembaga tersebut. Terdapat ruang-ruang khusus untuk Cryptogamae, Phanerogamae, Algae, Fungi, Bryophyta, Pteridophyta, Gymnospermae dan Angiospermae. Selanjutnya, koleksi disusun lagi berdasarkan takson yang lebih rendah dan ditata menurut abjad (Tjitrosoepomo, 1993).

Dalam herbarium-herbarium tertentu, spesimen herbarium yang disimpan dimasukkan dalam map/sampul dengan warna yang berbeda-beda, yang masing-masing menunjukkan wilayah geografis asal spesimen-spesimen tersebut. Dengan demikian berarti untuk masing-masing spesimen yang tersimpan dalam herbarium mengandung informasi mengenai distribusi geografisnya (Tjitrosoepomo, 1993).

Koleksi herbarium basah disimpan dalam ruang tersendiri yang terpisah dari ruang untuk herbarium kering. Penataan dalam ruang diatur seperti yang dilakukan terhadap koleksi herbarium kering, yaitu dipisah-pisah menurut takson kategori besar, selanjutnya dalam masing-masing takson kategori di bawahnya disusun menurut abjad (Tjitrosoepomo, 1993).
Bila herbarium basah itu merupakan bagian dari suatu spesimen, bagian lainnya diproses sebagai herbarium kering (misalnya bunga, buah, atau organ lain yang terlepas dan dianggap perlu untuk tetap dipertahankan dalam koleksi dalam bentuk herbarium basah), maka nomor dan informasi-informasi yang harus dicantumkan dalam tabel selain yang langsung menyangkut sifat-sifat bahan yang diawetkan secara basah itu sendiri (nama kolektor, data taksonomi, dan lain-lain) harus disesuaikan dengan yang dimuat dalam label pada herbarium kering (Tjitrosoepomo, 1993).



BAB III
METODE PENELITIAN

Waktu : 24-25 November 2011
Lokasi : LIPI Cibinong
Herbarium Bogoriensis
Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Cibodas
Gunung Gede Pangrango

B. Alat dan Bahan
Alat
1. Buku lapang
2. Label gantung
3. Pisau
4. Kantong plastik
5. Koran

Bahan
1. spesimen yang diamati

C. Cara Kerja
• LIPI Cibinong
Mencatat informasi yang diberikan oleh pemandu di LIPI Cibinong mengenai pembuatan herbarium basah maupun kering.

• Herbarium Bogoriensis
Mencatat informasi yang diberikan oleh pemandu di Herbarium Bogoriensis mengenai pemanfaatan tumbuhan di Indonesia.

• Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas
1. Mengamati tumbuhan yang ada di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas (terutama pohon)
2. Mencatat informasi tentang tumbuhan yang diamati
3. Membuat diskripsi tentang tumbuhan yang diamati.

• Taman Nasional Gede Pangrango
Kegiatan yang dilakukan dengan mencatat informasi yang diberikan oleh pemandu dan mengamati beberapa tumbuhan yang ada di TN Gede Pangrango



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. HERBARIUM BOGORIENSE

Herbarium Bogorinese yang sebelumnya berada di Bogor kemudian dipindah ke Cibinong dikarenakan keterbatasan ruang yang menampung dan sarana prasarana yang tidak lagi mencukupi untuk melaksanakan kegiatannya, dengan demikian LIPI yang merupakan pengelola memiliki niat untuk memindahkannya. Niat ini kemudian diambut baik oleh pemerintah Jepang melalui Japanese Internasional Cooperation Agency (JICA) mengucurkan hibah pada LIPI berwujud pembangunan gedung tiga lantai serta fasilitas dan peralatan laboratorium modern, seperti alat untuk mengetraksi bahan pada tumbuhan,alat pendeteksi logam berat dalam air, mikroskop elektron, kamera digital, dan GPS yang merupakan kawasan Cibinong Science Center (CSC) yang menjadi pusat kegiatan penelitian, pengembangan, inovasi, serta sistem manajemen informasi sains bidang ilmu hayati.

Sejarah CSC ( Cibinong Science Centre) berawal dari kecintaan bung Karno sebagai presiden RI pada ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1964 dilaksanakan peletakan batu pertama oleh bung Karno yaitu di jembatan depan bangunan gedung LIPI ini. Lingkungan CSC ini terdiri dari beberapa PUSLIT antara lain : biologi, biotek, limnologi, zoologi, botani dan mikrobiologi. Aktivitas riset yang dilakukan meliputi diantaranya :
- Inventarisasi, karakterisasi dan valuasi keanekaragaman jenis biota tropika Indonesia beserta tipe - tipe ekosistem
- Penggalian dan pengungkapan keanekaragaman pemanfaatan biota untuk kelompok etnik

PUSLIT yang dikunjungi adalah PUSLIT Botani dimana tempat ini digunakan untuk melakukan riset keanekaragaman hayati tumbuhan tropika di Indonesia. PUSLIT Botani yang ada di Cibinong ini dilihat dari sisi jumlah menempati urutan nomor 3 di dunia, dimana tempat ini menyimpan koleksi herbarium yang merupakan duplikat dari pusat penelitian di Belanda yang menjadi rujukan penelitian flora tropika. Fasilitas penelitian yang disediakan di PUSLIT Botani ini diantaranya : ruang dan fasilitas untuk kultur jaringan, database yang dinamakan IBIS database akan tetapiu dikarenakan aplikasi tidak sepadan sehingga tidak semua data masuk, mikroskop, perpustakaan yang juga dibuka untuk umum (Sutaryansah dkk, 2008)
Koleksi spesimen kering berjumlah 1.405.229 spesimen yang sebagian besar adalah dikotil sejumlah 843.890 spesimen. Untuk menjaga spesimen dari serangga dan jamur, atau dari kerusakan- kerusakan yang lain maka setiap takson memiliki penanggung jawab selain itu masing-masing peneliti bertanggung jawab terhadap pengelolaan spesimen yang ada di PUSLIT Botani. Selain PUSLIT Botani terdapat PUSLIT Zoologi yang didirikan oleh wakil presiden Try Sutrisno dimana tempat ini kemudian dijadikan referensi koleksi fauna. Puslit Zoologi memiliki kolekasi keanekaragaman fauna baik yang mati ada juga yang hidup yang digunakan untuk penelitian tingkah laku. Terdapat juga PUSLIT Mikrobiologi yang masih relatif baru dan masih dalam taraf pengembangan akan tetapi penelitian sudah dilakukan sejak lama. PUSLIT yang ada di CSC juga malakukan kerjasama dengan luar negeri seperti Jepang dalam penelitian- penelitian fitokimia, Jerman dan Perancis untuk penelitian zoologi dan lain- lain.
Kegiatan PUSLIT LIPI Cibinong untuk bidang botani antara lain yang dilakukan di lapangan yaitu bidang :
- Taksonomi
- Ekologi
- Etnobotani
Sedangkan untuk penelitian yang dilakukan di laboratorium antara lain bidang :
- Kultur jaringan
- Fisiologi
- Fitokimia

Herbarium Bogoriense merupakan salah satu kelompok penelitian dari Pusat Penelitian Biologi (Puslit Bio) di bidang botani. Herbarium Bogoriense memiliki kegiatan antara lain :
1. Penelitian, taksonomi, etnobotani, fenologi, dan fitogeografi.
2. Pendidikan dan Pengembangan Biologi di Indonesia.
3. Pelayanan masyarakat yang berupa : jasa pengidentifikasian, khususnya identifikasi tumbuhan, jasa Amdal (konsultan) bagi para pelajar dan sebagainya, menjadi sarana atau tempat penelitian bagi para mahasiswa, dan bimbingan penelitian (dengan menunjukkan surat dari instansinya)

Koleksi di Herbarium Bogorinese meliputi herbarium basah dan kering. Herbarium adalah kumpulan tumbuhan kering yang dipress dan ditempelkan pada lembaran kertas, biasanya kertas manila yang menghasilkan suatu label dan data yang rinci serta disimpan dalam rak-rak atau lemari besi dalam urutan menurut aturan dimana herbarium itu disimpan. Herbarium sangat penting untuk digunakan dalam pekerjaan taksonomi. Herbarium yang dibuat memiliki manfaat sebagai alat peraga dalam kegiatan pembelajaran, sebagai media penelitian, maupun digunakan sebagai alat bantu identifikasi. Herbarium juga menunjukkan adanya keanekaragaman tumbuhan (sebagai bukti) dan menjadi spesimen acuan untuk mempublikasikan spesimen baru.

Pada ruang koleksi herbarium, ruangan yang digunakan terpisah-pisah oleh pintu-pintu besi yang dimaksudkan untuk menjaga kehighenisan sehingga apabila ada bakteri yang masuk, maka bakteri akan segera terisolasi pada ruangan itu dan tidak menyebar. Beberapa ruangan juga dibuat lebih dingin untuk menjaga kontaminan agar tidak merusak herbarium.
Proses Pembuatan Herbarium Kering

1. Pengambilan spesimen
Saat pengambilan spesimen perlu memperhatikan beberapa hal antara lain spesimen diambil bagian-bagiannya selengkap mungkin. Apabila tanaman berukutan kecil maka dikoleksi secara menyeluruh namun apabila tanaman berupa pohon-pohon yang tinggi, liana dan epifit dilakukan dengan mengumpulkan apa saja yang dimiliki oleh tanaman tersebut yang diseleksi tanpa merusak tanaman tersebut. Pada pengoleksian idealnya harus berisi semua bagian tanaman seperti akar, batang, daun, buah, biji dan sebagainya.Tanaman yang diambil dari lapangan dikumpulkan kedalam plastik sementara atau masukkan diantara kertas koran.
2. Tumbuhan diberi etiket gantung dan diberi nama spesimen, nama kolektor dan tanggal pengambilan dengan menggunakan pensil agar tidak mudah luntur. Kemudian pada buku koleksi dibuat catatan yang datanya tidak terbawa pada spesimen yang diambil yaitu tempat tumbuh, tinggi tempat, keadaan lingkungan, warna, bau, bagian-bagian dalam tumbuhan (besar populasi), dan lain-lain.
3. Pemberian alkohol 70 % atau 90 %
Setelah spesimen diperoleh, dimasukkan dalam alkohol sebelum memasuki ruangan pengeplakan. Hal ini bertujuan untuk untuk mengawetkan beberapa spesimen yang tergolong mudah rusak.
4. Memasukkan ke dalam kertas koran baru ( mengganti kertas koran)
Setelah memasuki ruang pengeplakan spesimen, koran- koran yang digunakan untuk mengeplak spesimen yang tidak mudah rusak diganti sedangkan untuk spesimen yang mudah rusak setelah pemberian alkohol diletakkan ke dalam koran baru untuk menyerap alkohol.
5. Menata spesimen pada sasak
Pada tahapan ini, spesimen ditata pada sasak dengan urutan : sasak, seng gelombang, kertas koran, spesimen, kertas koran, seng gelombang, dan selanjutnya hingga 5 – 8 tumpukan kemudian diikat tali hingga kuat. Hal ini dilakukan untuk mengepress spesimen agar mendapatkan panas yang merata sehingga spesimen tidak mudah rusak.
6. Pengeringan

Pengeringan dilakukan dengan tujuan untuk mengeringkan spesimen agar tidak membusuk dan tahan lama untuk digunakan pada proses selanjutnya selain itu juga bertujuan untuk menata spesimen agar rapi sehingga memudahkan langkah yang akan ditempuh selanjutnya. Pengeringan dapat dilakukan dengan memasukkannya pada oven maupun dengan menjemur di bawah sinar matahari hasilnya sama namun waktu penjemuran lebih lama. Untuk pengeringan yang dilakukan dengan menggunakan oven maka membutuhkan suhu sekitar 60 0C dengan lama waktu pengeringan tergantung dari ketebalan spesimen yang akan dikeringkan . Pada proses ini perlu memperhatikan banyak hal diantaranya beberapa jenis spesimen seperti tumbuhan rendah, buah,jamur besar tidak dioven sedangkan jamur payung dioven. Untuk jamur jika jamur itu parasit maka ia cukup dikering anginkan bersama inangnya sedangkan jika jamurnya saprofit maka perlakuan yang diberikan untuk mengeringkan adalah cukup dengan dikering anginkan bersama substratnya. Pengeringan menggunakan oven tidak memiliki ketentuan harus menggunakan oven khusus karena semua oven dapat digunakan bahkan salah satu pegawai LIPI ada yang menggunakan oven yang dibuat sendiri dari bohlam dan hal itupun sangat mungkin untuk dilakukan karena prinsip mengoven adalah untuk mengeringkan saja.
7. Tahap pembunuhan kuman penyakit dan hama
8. Penataan spesimen
Dalam penataan spesimen harus memperhatikan beberapa hal misalnya dalam hal penataan daun dimana dalam penataan daun harus diperlihatkan permukaan atas dan permukaan bawah daun
9. Identifikasi
Tahap identifikasi bertujuan untuk mengetahui ciri-ciri suatu tanaman. Alat dan bahan yang digunakan adalah herbarium, buku pedoman identifikasi, pembanding spesimen yang sudah ada. Langkah yang dilakukan dalam proses ini adalah mengamati secara jeli karakter dan habitus herbarium kemudian membandingkan spesimen yang sudah ada.
10. Mounting
Mounting merupakan proses penempelan spesimen pada kertas plak. Dalam proses ini ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya menempel yaitu pada kertas yang standar umumnya acid free. Dalam proses penempelan, apabila daun banyak atau batang besar maka diikatkan dengan cara menjahitnya, ada juga penempelan dengan teknologi terbaru yang sedang diterapkan di LIPI saat ini yaitu dengan menggunakan isolatip khusus yang hanya bisa menempel dengan menggunakan alat pemanas yang bentuknya seperti solder. Cara ini memudahkan proses remounting karena isolatip tidak menempel langsung pada spesimen, selain itu isolatip khusus ini lebih tahan lama daripada isolatip biasa.
11. Proses penyimpanan dalam freezer – 20 0C
Proses ini dilakukan di dalam ruang aklimatisasi selama 5 hari agar serangga mati. Untuk menjaga agar tidak terjadi kerusakan yang diakibatkan oleh serangga maupun jamur yang merupakan musuh herbarium utama di daerah tropis maka diberi poison sebagai sublimat akan tetapi hal ini ternyata berbahaya bagi manusia oleh karenanya diganti dengan fumigasi yaitu diasapkan dalam jangka waktu tertentu. Meskipun demikian tidak menutup kemungkinan asap akan terhirup manusia dan berdampak buruk lagi bagi kesehatan, oleh karenanya ditemukan cara terbaru yang sedang digunakan di LIPI saat ini yaitu dengan freezing. Hal ini ternyata efektif dalam mencegah adanya serangga akan tetapi jika menggunakan metode ini harus lebih sering diadakan pemeriksaan dikarenakan kelembaban udara di negara cukup tinggi.
12. Penyimpanan sebagai herbarium kering
Spesimen yang telah lengkap dimasukkan dalam amplop/ folder dengan warna dan ukuran yang berbeda-beda. Jika melakukan pengoleksian spesimen yang pertama kali ditemukan, harus menggunakan map yang bergaris merah, namun jika tidak, map yang digunakan adalah map yang tidak bergaris (putih polos). Penyimpanan dilakukan ditempat yang bersuhu 18⁰C dan kelembapan 50 %. Penyimpanan herbarium pada almari besi dipisah-pisahkan antara jamur, alga, lichen, paku, gymnospermae, monokotil dan dikotil setelah itu masih diurutkan lagi berdasarkan alphabet dari famili, genus hingga ke spesies dan lokasi ditemukannya semua diurutkan secara alphabet. Selain yang dapat diurutkan berdasarkan abjad dari nama kelas, genus dan spesies ada juga yang tidak dapat diurutkan berdasarkan abjad karena merupakan spesimen yang undefinied. Untuk herbarium yang berukuran besar penyimpanan diurutkan secara berseri. Penyimpanan herbarium yang demikian ini dilakukan agar memudahkan dalam pencarian datanya. Musuh dari spesimen yang dibuat herbarium di daerah tropis adalah jamur dan serangga oleh karena itu harus memeriksa secara rutin. Di LIPI cabang botani ini, untuk herbarium setiap takson memiliki beberapa teknisi tersendiri dan frekuensi pemeriksaan yang kadang berlainan misal seminggu sekali atau dua kali. Apabila pada saat pemeriksaan didapati herbarium alas kertasnya sudah hampir rusak karena termakan usia maka pertanda harus segera dilakukan remounting (penempelan ulang).


Informasi dari koleksi herbarium tercantum dalam etiket. Terdapat dua macam etiket yaitu etiket gantung dan etiket tempel. Etiket gantung berisi tentang nomer koleksi, inisial nama kolektor, tanggal pengambilan spesimen, dan daerah tingkat II tempat pengambilan (untuk bagian depan) dan nama ilmiah spesimen (untuk bagian belakang). Sedangkan pada etiket tempel yang harus dicantumkan antara lain kop (kepala surat) sebagai pengenal indentitas kolektor/lembaga yang menaungi, (No) nomer koleksi, (dd) tanggal ambil, familia, genus, spesies, Nom. Indig (nama lokal), (dd) tanggal menempel, (determinasi) nama orang yang mengidentifikasi spesimen itu, (insula) pulau tempat mengambil, (m. alt) ketinggian tempat pengambilan dari permukaan air laut, (loc) kabupaten tempat pengambilan, dan (annotatione) deskripsi spesimen tersebut.
Sumber koleksi di herbarium Bogorinese yang sudah dipindahkan di I Cibinong ini sebagian besar ditemukan sudah sejak zaman belanda. Kawasan fitogeografi adalah di Malaysia, Brunei Darussalam, Timor Leste, Papua Nugini, Amerika, dan Hawai. Untuk mendapatkan spesimen dari beberapa negara tersebut diatas yang biasa dijadikan mitra kerjasama menggunakan sistem tukar. Apabila spesimen yang dapat ditemukan jumlahnya banyak dapat dibuat sekitar 5 kali copy herbarium yang dibuat. Kolekasi herbarium yang dimiliki LIPI Cibinong bidang botani ini kemungkinan dapat terus bertambah oleh karenanya disediakan lemari persediaan yang kosong yang dinamakan lemari unproccess. Koleksi tertua yang dimiliki sejak berdiri di Bogor didapat sekitar tahun 1700 an. Semua koleksi sejak dari pertama ditemukan harus dijaga keorisinilitasannya agar semua informasi spesimen pada saat itu tidak hilang.
Di pusat herbarium ini juga terdapat bagian khusus yang menangani pembuatan gambar spesimen yang telah diawetkan. Tenaga penggambar harus menggambar spesimen sesuai dengan keaslian keadaaan tumbuhan. Proses penggambaran satu spesimen dapat terselesaikan dalam waktu kurang lebih 10 hari. Spesimen yang akan digambar, awalnya dibuat sket terlebih dahulu baru kemudian digambar menggunakan tinta. Bagian bunga merupakan bagian paling sulit dalam proses penggambaran, oleh karena itu tenaga penggambar juga membutuhkan mikroskop dalam proses penggambaran. Proses penggambaran yang dilakukan sebenarnya bertujuan untuk publikasi dalam bentuk jurnal.

Herbarium basah
Spesimen yang diawetkan dengan metode herbarium basah ditujukan terhadap spesimen yang memiliki tingkat ketebalan yang tinggi dan tidak memungkinkan diawetkan dengan cara koleksi kering. Koleksi basah sebenarnya bertujuan agar bentuknya tetap atau tidak berubah sehingga dapat menunjukkan perawakannya pada saat masih hidup atau belum diawetkan.
Hal yang terpenting dilakukan untuk herbarium basah adalah spesimen terendam alkohol 70 % atau 90 % agar tidak diserang jamur. Apabila alkohol yang digunakan untuk merendam spesimen yaitu alkohol 70 % atau alkohol 90 % surut dan sudah keruh maka diganti dengan alkohol yang baru. Botol yang digunakan sebagai wadah diisi dengan peratin agar kedap udara. Jika dibandingkan dengan herbarium kering maka pembuatan herbarium basah lebih mudah. Namun demikian herbarium basah memiliki kelemahan yaitu warna spesimen akan hilang dan juga harus dilakukannya penggantian alkohol selama beberapa tahun sekali (tergantung sifat spesimen) jika warna alkohol telah berubah menjadi hitam.
Larutan umum yang dipakai dalam herbarium basah adalah alkohol 95% sebanyak 3500 ml (70 %) dan aquades 1500 ml (30%) sehingga total larutan keseluruhan adalah 5000 ml. sedangkan untuk larutan blangko terdiri dari alkohol 95% sebanyak 3100 ml (62%) , aquades 1050 ml (33) , dan gliserin 250 ml (5%). Spesimen yang diawetkan kemudian dimasukkan dalam toples kaca. Ukuran toples disesuaikan dengan besar kecilnya spesimen yang diawetkan. Pada spesimen tertentu, kandungan alkohol akan berubah, sehingga harus dilakukan penggantian alkohol secara rutin. Koleksi basah yang disimpan di Herbarium Bogoriense selalu terdapat koleksi keringnya. Namun untuk koleksi kering belum tentu disimpan koleksi basahnya.
Koleksi Karpologi dan Fosil
Koleksi yang dimiliki Herbarium Bogorinese di Cibinong ini juga meliputi buah, biji, kayu dalam bentuk kering (koleksi karpologi ) dan bahkan fosil tumbuhan.Koleksi karpologi berwujud kering, tanpa pengawet, dapat menggunakan sinar matahari atau dengan proses penggarangan. Koleksi-koleksi ini juga memerlukan pengecekan yang berkala apalagi untuk koleksi buah. Hal ini disebabkan buah banyak mengandung selulosa sehingga sangat rentan dengan serangga. Untuk koleksi buah, biji, dan kayu tidak melalui proses sasak. Koleksi fosil tumbuhan yang ada, sebagian teridentifikasi dan sebagian ada juga yang belum teridentifikasi. Fosil tumbuhan berupa batu yang merupakan substrat dimana tumbuhan pernah tumbuh diatas tanah membentuk cetakan-cetakan kemudian cetakan- cetakan mengeras menjadi batu.
Spesimen Herbarium Bogoriense
Spesimen yang ada di Herbarium Bogoriense meliputi tanaman dari Malaysia, Asia, Australia, dan Pasifik serta daerah lainnya. Spesimen tersebut terdapat dalam dua kelompok yaitu kelompok khusus dan kelompok umum. Spesimen khusus ialah spesimen tipe, yaitu spesimen yang pertama kali diberi nama atau yang digunakan sebagai acuan dalam pemberian nama ilmiah yang disimpan dalam ruangan tersendiri. Macam-macam spesimen tipe antara lain:
a. Holotipe yang merupakan suatu spesimen asli yang dijadikan dasar bagi author untuk mengusulkan nama baru untuk pertama kalinya.
b. Isotipe (duplikat holotipe) yang merupakan spesimen tipe yang dipilih dari spesimen asli (spesimen yang dikumpulkan dari tumbuhan yang sama untuk holotipe) apabila holotipe hilang atau hancur.
c. Lektotipe yang merupakan satu dari beberapa spesimen tipe yang disertakan dalam publikasi pertama nama yang bersangkutan dan holotipenya belum ditentukan.
d. Neotipe yang merupakan spesimen tipe yang ditentukan dari spesimen manapun apabila spesimen asli sudah tidak ada sama sekali (tipe baru).
e. Syntipe yang merupakan sederetan spesimen tipe yang dicantumkan dalam publikasi pertama nama yang bersangkutan, namun belum ditentukan holotipenya sehingga menjadi tipe bersama.
Sedangkan kelompok umum terdiri dari kelompok dikotil, monokotil, gymnospermae, kriptogamae, dan tumbuhan paku.

B. Museum Etnobotani
Etno Botani berasal dari bahasa Yunani, terdiri dari dua kata yaitu etno yang artinya suku, etnis dan botani yang artinya tumbuh-tumbuhan. Jadi etno botani adalah ilmu yang membahas tentang penggunaan tumbuh-tumbuhan oleh berbagai suku. Etno botani diperkenalkan oleh seorang ahli antropologi berkebangsaan Amerika yang bernama Hansberger pada tahun 1985. Hansberger juga mempelajari suku Aborigin terutama mempelajari ritual keagamaan.
Herbarium pertama kali ada di Kebun Raya Bogor pada tahun 1941 yang disponsori oleh Reinward. Herbarium dibangun pada tahun 1962 dan selesai pada tahun 1970 ( pembangunan gedung sampai lantai 3 ).
Gagasan untuk mendirikan Museum Etnobotani (MEI) mula-mula dicetuskan oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo, yang ketika itu menjabat sebagai Ketua Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) sekarang Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), bertepatan dengan peletakan batu pertama pembangunan Herbarium Bogoriense pada tahun 1962. Gagasan tersebut dimantapkan kembali ketika Dr. Setiaji Sastrapraja yang menjabat sebagai Direktur Lembaga Biologi Nasional (LBN) pada tahun 1975 mengadakan pertemuan dengan para tokoh permuseuman, ahli ilmu sosial, kemasrakatan dan antrofologi serta pakar-pakar botani.
Koleksi aretefakta dikumpulkan dari berbagai daerah di Indonesia oleh para peneliti yang khususnya dari Lembaga Biologi Nasional atau Puslit Biologi sekarang. Setelah melalui proses yang panjang, Museum Etnobotani terwujud dan diresmikan oleh Prof. Dr. Ing. B.J. Habibie pada tanggal 18 Mei 1982 yang bertepatan dengan hari ulang tahun Kebun Raya Indonesia di Bogor yang ke 165.
Gedung tersebut terdiri dari beberapa lantai yaitu :
 Lantai dasar → Museum Etno Botani
 Lantai 2 → tempat spesimen basah
 Lantai 3 → tempat herbarium kering
 Lantai 4 → pembangunan lantai 4 ini baru selesai pada tahun 1982
dan diresmikan pada tanggal 18 Mei 1982 oleh B.J.Habibie yang pada saat itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi, pada saat itu juga bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kebun Raya Bogor yang ke 105.

Adapun pengumpulan herbarium dimulai pada tahun 1970 dan saat ini jumlah herbarium basah sebanyak ± 2.500.000 spesimen. Pada tahun 1982 mulai diadakannya penelitian tentang Etno Botani. Disiplin ilmu yang digunakan untuk penelitian tentang Etno Botani antara lain ekonomi botani, sejarah budaya, sastra, antropologi, geografi, pertanian, fitokimia dan farmasi. Sedangkan disiplin ilmu di Herbarium antara lain etno botani, ekologi, morfologi genetika dan fisiologi. Pada bulan April 2007, Herbarium dipindahkan ke Cibinong karena Cibinong akan dijadikan sebagai pusat penelitian. Sedangkan museum etnobotani tetap berada di tempat tersebut, tepatnya pada lantai dasar.
Adapun tema yang diamati di museum Etnobotani ini adalah Pemanfaatan Tumbuhan Indonesia. Pemanfaatannyapun beragam, seberagam anggota flora yang menghuni Indonesia dengan beribu manfaatnya.
Tiap artefak disusun sedemikian rupa dalam diorama-diorama yang menggambarkan pemanfaatannya berdasarkan daerah atau bahan penyusunnya. Tiap diorama bisa berisi berbagai macam benda dengan berbagai asal daerah.


C. Kebun Raya Bogor
Kebun Raya Bogor dari sisi koleksi dan kegiatan ilmiahnya tercatat sebagai kebun botani terbaik nomor enam di dunia dan nomor satu di Asia Tenggara. Sebagai museum hidup, kebun raya yang berada di tengah kota Bogor ini pada tahun 1997 mempunyai 3.504 spesies, terbagi dalam 1.273 genera dan 199 familia.
Kebun Raya Bogor dipimpin oleh direktur Kebun Raya yang membawahi beberapa kurator. Setiap kurator ini membawahi satu wilayah yang ada tiga bagian, yaitu bagian I, II, dan III. Setiap wilayah ini dikelola oleh dua pengawas untuk penanaman dan koleksi, serta pemeliharaan. Ada juga dua pengamat personalia yang tiap bagiannya membawahi beberapa karyawan. Mereka ini ada yang mengkoleksi (misalnya: koleksi biji), melakukan pembibitan (baik dari dalam maupun dari luar instansi), produksi (misalnya: produksi kompos), menjaga kebersihan (misalnya: memotong rumput, membersihkan bokokot), adanya bengkel, mengurusi transportasi (misalnya: pengangkutan sampah), dan mengurusi keuangan. Pada bagian koleksi, mereka memonitor setiap keadaan yang terjadi pada tanaman (misalnya: waktu pembungaann, penanaman, dan mulai munculnya buah). Kurator dibantu oleh staf pengawas dan staf ahli (misalnya: sarjana yang melakukan riset).
Di kebun Raya Bogor ini pembagian kelompok tanaman dilakukan berdasarkan pada kelompok familia, sehingga kanopinya rimbun dan daunnya lebar-lebar. Tiap bagian namanya disebut “Fag”. Ada kode Romawi yang dimulai Fag I sampai dengan Fag terakhir dan kode huruf yang tercantum dalam label dari setiap tanaman yang dilabel. Tiap Fag ini dibagi menjadi Fag IA, IB, dan seterusnya. Nama-nama spesies yang ada diurutkan berdasarkan penanaman. Setiap nomor koleksi yang ditanam di Kebun Raya Bogor dicatat di buku koleksi, bahkan yang memiliki nilai sejarah maka juga dicatat (Sudarsono, 2009).
Berikut adalah beberapa familia dan spesies Phanerogamae yang diamati di Kebun Raya Bogor.


Berikut adalah klasifikasi dan deskripsi dari masing-masing spesies yang berpengaruh terhadap kepentingan klasifikasi tumbuhan-tumbuhan tersebut.

Alocasia macrorrhiza Schott.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Alocasia
Spesies : Alocasia macrorrhiza Schott (Steward,1994)
Merupakan tanaman herba, tahunan dengan tinggi 1 – 2 m. Batang tegak tidak berkayu, berbentuk bulat berwarna putih kekuningan. Memiliki daun tunggal yang berbentuk jantung, pangkal berlekuk, ujung runcing, tepi rata, panjang 25 – 75 cm, lebar 30 – 60 cm, hijau.
Bunga tongkol, silindris, di ketiak daun, tangkai 20 – 30 cm, ramping, hijau. Buah buni, diameter ± 5 cm, hijau. Biji bulat panjang, beralur membujur, hijau. Akar serabut, berwarna putih (Alamendah,2009).

Aglonema sp.
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Liliopsida
Ordo :Alismatales
Famili :Araceae
Genus :Aglaonema
Spesies :Aglaonema sp. (Steward,1994)
Habitat asli tanaman ini adalah di bawah hutan hujan tropis, tumbuh baik pada areal dengan intensitas penyinaran rendah dan kelembaban tinggi.Tanaman ini memiliki akar serabut serta batang yang tidak berkambium (Berkayu).Daun Menyirip serta memiliki pembuluh pengangkut berupa xilem dan floem yang tersusun secara acak.
Kini berbagai macam Aglaonema hibrida telah dikembangkan dengan penampilan tanaman yang sangat menarik dengan bermacam-macam warna, bentuk, dan ukuran daun sehingga jauh berbeda dari spesies alami (Mogea,1991).

Amorphophallus titanum
Kingdom : Plantae
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arales
Famili : Araceae
Genus : Amorphophallus
Spesies : Amorphophallus titanum (Steward,1994)
Tumbuhan ini memiliki dua fase dalam kehidupannya yang muncul secara bergantian, fase vegetatif dan fase generatif. Pada fase vegetatif muncul daun dan batang semunya. Tingginya dapat mencapai 6 meter. Setelah beberapa waktu (tahun), organ vegetatif ini layu dan umbinya dorman. Apabila cadangan makanan di umbi mencukupi dan lingkungan mendukung, bunga majemuknya akan muncul. Apabila cadangan makanan kurang tumbuh kembali daunnya (Mogea,1991).
Bunganya sangat besar dan tinggi, berbentuk seperti stupa pada candi (sebenarnya adalah tongkol atau spadix) yang dikelilingi oleh seludang bunga yang juga berukuran besar. Bunganya berumah satu dan protogini: bunga betina reseptif terlebih dahulu, lalu diikuti masaknya bunga jantan, sebagai mekanisme untuk mencegah penyerbukan sendiri. Bunga mekar untuk waktu sekitar seminggu, kemudian layu. Apabila pembuahan terjadi, akan terbentuk buah-buah berwarna merah dengan biji di pada bagian bekas pangkal bunga. biji-biji ini dapat ditanam. Setelah bunga masak, seluruh bagian generatif layu. Pada saat itu umbi mengempis dan dorman. Apabila mendapat cukup air, akan tumbuh tunas daun dan dimulailah fase vegetatif kembali (Mogea,1991).

Calocasia esculentum
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Calocasia
Spesies : Calocasia esculentum (Steward,1994)
Tumbuhan berupa terna, tegak. Sistem perakaran liar, berserabut, dan dangkal. Batang yang tersimpan dalam tanah yang umum disebut umbi berbentuk pejal, menyilinder atau membulat, biasanya coklat tua, dilengkapi dengan kuncup ketiak yang terdapat di atas lampang daun tempat munculnya umbi baru, tunas atau stolon. Daun memerisai dengan tangkai panjang dan besar. Perbungaan tongkol dikelilingi oleh seludang dan didukung oleh gagang yang lebih pendek dari tangkai daun, bunga jantan dan betina kecil, bunga betina di bagian pangkal, hijau, bunga jantan pada bagian atasnya warna putih steril, ujung tongkol dilengkapi dengan organ steril. Perbuahan seperti kepala yang berisi buah buni yang rapat. Biji membundar telur (Steward,1994).

Cynometra cauliflora L.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Bangsa : Detarieae
Genus :Cynometra
Spesies :Cynometra cauliflora L. (Steward,1994)
Perdu atau pohon kecil, tinggi antara 3-15 m. Batang berbonggol-bonggol, dengan kulit batang yang halus berbintil, kecoklatan atau abu-abu. Bertajuk agak rapat, dengan ranting yang berkelak-kelok zigzag (Moore,1953).
Daun majemuk dengan sepasang anak daun, bertangkai 2-8 mm. Anak daun lonjong sampai bundar telur miring tidak simetris, 5,5-16,5 x 1,5-5,5 cm, hampir tak bertangkai, seperti jangat, menggantung, hijau tua berkilap. Daun muda berwarna putih atau merah jambu terang, menggantung lemas serupa saputangan (Moore,1953).
Karangan bunga berupa tandan kecil dengan deretan daun pelindung, 4-5 tandan berjejal pada tonjolan-tonjolan yang muncul di batang, hingga dekat ke tanah. Bunga kecil-kecil; kelopaknya berwarna merah jambu pucat atau putih, berbagi dalam menjadi 4, panjang taju kelopak 2-4 mm; mahkota bentuk lanset, putih, 5 helai, panjang 3-4 mm. Benang sari lepas-lepas, 8-10 helai; tangkai putik lk. 5-6 mm . Buah polong berdaging tebal, berbentuk ginjal keriput berujung meruncing, 3-9 x 2-6 x 1-4 cm, bergantungan di batang, coklat bersisik ketika muda dan kehijauan atau kekuningan apabila masak, masam sampai masam manis. Berbiji sebutir, berbentuk ginjal pipih, 3-6 x 2-4 cm.
(Moore,1953).

Costus speciosus (J. Konig) Sm.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Bangsa : Zingiberales
Suku : Costaceae
Marga : Costus
Jenis : Costus speciosus (J. Konig) Sm. (Steward,1994)
Herba tegak, 0,5-1,5 m. Daun pacing nyaris tak bertangkai, kalaupun ada hanya 1,5 cm panjangnya, berlidah pendek. Helaian daun berbentuk mata tombak, ukuran 9-37 kali 3-10 cm. Bunga duduk berbentuk terminal rapat, berwarna merah muda atau putih. Daun pelindung memanjang runcing berdiri tempel. Kelopak tidak rontok, serupa tulang segitiga, mahkota membentuk tabung 1×0,5 cm. Tajuk bulat telur, ujung runcing pendek. Buahnya bersegi tiga merupakan buah kotak berwarna merah dengan biji. Tumbuh liar di hutan, di ladang dan di tempat-tempat yang tanahnya agak lembab. Ada juga ditanam di halaman sebagai tanaman hias (Alamendah,2009).

Heliconia colinsiana
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Zingiberidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Heliconiaceae
Genus : Heliconia
Spesies : Heliconia colinsiana (Steward,1994)
Bunga pisang-pisangan (Heliconia), adalah jenis tanaman hias khas tropis, sering disebut sebagai pisang hias, termasuk golongan Musaceae yang mirip dengan keluarga Strelitzia berasal dari amerika latin, namun Heliconia memiliki tiga buah atau lebih seludang sedang Strelitza hanya dua buah.Sebagian orang menjadikannya sebagai penghias taman di rumah, perkantoran, hotel, sampai pelengkap rangkaian bunga. Bunga Heliconia dipotong pada saat bunga belum sepenuhnya mekar (Mogea,1991).

Baccaurea macrocarpa
Kingdom : Plantae
Divisi :Magnoliophyta
Kelas :Magnoliopsida
Ordo :Malpighiales
Famili :Phyllanthaceae
Genus :Baccaurea
Spesies :Baccaureamacrocarpa (Steward,1994)
Pohon kecil berumah dua (dioesis); tinggi hingga 27 m dan gemang hingga 64 cm, batang tampui kerap beralur-alur dalam hingga setinggi 5 m. Kadang-kadang berbanir kecil dan rendah. Daun-daun tersebar, daun penumpu panjang hingga 9 mm. Helaian daun jorong hingga bundar telur atau bundar telur sungsang, (7,2–)9–37 × 3,1–17,5 cm, bertangkai panjang hingga 14,5 cm. Perbungaan kebanyakan muncul pada cabang (ramiflory) atau pada batang (cauliflory), tandan bunga jantan panjang hingga 13 cm, yang betina hingga 18 cm, bercabang-cabang. Bunga-bunga berukuran kecil, yang jantan dengan diameter hingga 2 mm, hijau, kuning, atau putih; yang betina sedikit lebih besar hingga 4,5 mm.Buah-buah terangkai dalam tandan panjang hingga 15 cm, dengan tangkai setebal 4-6 mm. Berbentuk bulat atau hampir bulat, buah tampui merupakan buah kotak berdinding tebal mengayu, coklat hingga kelabu di bagian luar, berukuran 30–65 × 34–75 × 34–75 mm. Berbiji (2–) 3–6 butir, yang tertutup oleh salut biji berwarna putih hingga kuning, kadang-kadang jingga (Dransfield,1991).

Wodyetia bifurcata
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Wodyetia
Spesies : Wodyetia bifurcata (Steward,1994)

Memiliki bunga yang berwarna putih bertangkai yang berasal dari pangkal daun. Daun berwarna dari hijau tua sampai hijau muda,berbentuk seperti ekor kuda. Buahnya berbentuk oval dengan panjang 2 inci. Pohonnya menyerupai pohon sawit, berwarna abu-abu memiliki struktur mirip cincin atau berruas, tinggi pohonnya bisa mencapai 30 kaki (Moore,1953).

Livistona rotundifolia
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Livistona
Spesies : Livistona rotundifolia (Steward,1994)

Palem yang bentuk daunnya setengah lingkaran, mirip kipas yang sedang terbuka, diameter daunnya 30—50 cm dengan tinggi tanaman 60—90 cm (Tinggi dapat mencapai 24 m), memiliki serat seperti benang yang tergantung di antara segmen benang yang seperti jari dan menutup separuh bagian bawah dari tiap-tiap tangkai. Batang ditutupi dengan daun basa. Batang luar meliputi gumbar setebal sekitar 2 jari, dan pada batang yang tua, batang seperti tanduk. Daun lebar, bulat, pendek-pendek dibagi, hijau mengilap. Usia daun menjadi lebih terbagi dan kurang bulat. Bunganya seperti bunga kelapa menghasilkan perbungaan panjang. Buahnya bulat, berwarna merah kemudian hitam, beruang seperti buah kelapa dan dapat dimakan (Dransfield,1991).

Gronophyllum sp.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Gronophyllum
Spesies : Gronophyllum sp. (Steward,1994)
Tumbuahan ini banyak dijumpai di kepulauan Maluku, tumbuh di hutan dammar sampai ketinggian 1000m dpl, di tempat yang agak terbuka. Tumbuh menyendiri, batang tegak,tingginya dapat mencapai 10meter. Daun majemuk bersirih dengan anak daun yang ujungnya bergerigi. Bunga majemuk kelaur dari pelepah daun, buah kecil berwarna merah mirip salea sehingga tumbuhan ini disebut dengan pinang selea (Mogea,1991).

Cycas revoluta
Kingdom : Plantae
Division : Cycadophyta
Class : Cycadopsida
Order : Cycadales
Family : Cycadaceae
Genus : Cycas
Species : Cycas revoluta (Steward,1994)

Tanaman ini sangat simetris mendukung mahkota mengkilap, daun hijau gelap pada batang berbulu tebal yang biasanya sekitar 20 cm (7,9 in) diameter, kadang-kadang lebih luas.Batang adalah sangat rendah untuk bawah tanah pada tanaman muda, tapi memanjang di atas tanah dengan usia. Hal ini dapat tumbuh menjadi spesimen yang sangat lama dengan 6-7 m (lebih dari 20 kaki) dari batang, namun, tanaman ini tumbuh sangat lambat dan membutuhkan sekitar 50-100 tahun untuk mencapai ketinggian ini. Batang dapat cabang beberapa kali, sehingga menghasilkan beberapa kepala daun. Daun hijau semiglossy dalam dan sekitar 50-150 cm (20-59 in) panjang saat tanaman adalah dari usia reproduksi. Mereka tumbuh menjadi roset bulu-ingin 1 m (3,3 kaki) dengan diameter.Itu, ramai kaku, sempit selebaran 8-18 cm (3,1-7,1 dalam) panjang dan sudah sangat recurved atau tepi revolute. Selebaran basal menjadi lebih seperti duri. Para tangkai atau batang dari Cycad sagu adalah 6-10 cm (2,4-3,9) panjang dan memiliki duri pelindung kecil yang harus dihindari (Steward,1991).

Dioscorea sp.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Liliidae
Ordo : Liliales
Famili : Dioscoreaceae
Genus : Dioscorea
Spesies : Dioscorea sp. (Steward,1991)

Deskripsi
Tumbuhan perambat, berumur menahun (perenial), panjang +/- 10 m. Akar serabut. Batang berkayu, silindris, membelit, warna hijau, bagian dalam solid, permukaan halus, berduri.. Daun majemuk, bertangkai, beranak daun tiga (trifoliolatus), warna hijau, panjang 20 - 25 cm, lebar 1 - 12 cm, helaian daun tipis lemas, bentuk lonjong, ujung meruncing (acuminatus), pangkal tumpul (obtusus), tepi rata, pertulangan melengkung (dichotomous), permukaan kasap (scaber). Bunga majemuk, bentuk bulir (spica), muncul dari ketiak daun (axillaris). Buah lonjong, panjang +/- 1 cm (Moore,1953).

Sabal causiarum
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Sabal
Spesies : Sabal causiarum (Steward,1994)

Para causiarum Sabal, umumnya dikenal sebagai sawit topi, adalah asli barat daya Puerto Rico; pulau Hispaniola (Republik Dominika dan Haiti) dan berdekatan Kepulauan Karibia. Nama umum; Puerto Rico Hat Palm berasal dari wilayah asalnya dan memang, daun muda dipanen, dikeringkan dan ditenun menjadi topi dan keranjang. Ini adalah pohon toleran sangat dingin yang telah dilaporkan untuk bertahan hidup rentang temperatur pertengahan remaja dengan kerusakan daun minimal. Daun hijau tua dengan semburat biru-hijau dan costapalmate. Para causiarum S. adalah salah satu yang paling mencolok dari spesies Sabal. Hal ini dibedakan dari Sabals lain oleh batang besar lemak. Batang dapat tumbuh sebesar 4 meter dengan diameter. Pohon-pohon dengan batang halus dewasa terlihat sangat mengesankan sebagai spesimen soliter atau dengan deretan dari mereka lapisan jalan masuk menciptakan pilar hidup. Daun costapalmate dari para causiarum S. biasanya 6 kaki lebar dan 6 kaki panjang, yang sangat terpecah dan terkulai di ujung. Costapalmate berarti bahwa tangkai daun (daun batang) meluas melalui pusat daun palmate. Sebuah tajuk yang rimbun S. causiarum akan berisi sekitar 40 daun jatuh tempo pada satu waktu. S. causiarum telah menjadi favorit bagi orang Sabal di Central Florida karena karakteristik yang luar biasa, perawatan yang mudah dan ketersediaan. Baru-baru ini telah menjadi favorit banyak di seluruh dunia untuk, daya tahan keindahan dan memang dari spesies Sabal paling mencolok. Sangat sedikit pemeliharaan diperlukan, karena daunnya pemangkasan diri dan semua yang diperlukan adalah bahwa Anda mengambil daun-daun jatuh. Sabals lain cenderung untuk mempertahankan ilalang mereka tetapi causiarum akan menumpahkan daun dan basa karena mereka pudar dan terkulai di bawah 90 derajat ke bagasi. Pohon ini menghasilkan panjang tangkai bunga yang menggantung keluar dari tinggi di atas kanopi. Bunga biasanya putih sampai krem dalam warna, benih itu ½ inci bulat dan buah biasanya berwarna hitam atau coklat. Benih akan berkecambah dalam waktu sekitar 2 sampai 3 bulan. Kondisi tanah yang tidak kritis sebagai pohon yang sangat mudah beradaptasi dan bahkan toleran kekeringan membuat ini pilihan yang sangat baik untuk xeriscape kebun. Hasil terbaik akan dicapai di Sun penuh dengan tanah yang berdrainase baik, penyiraman secara teratur dan rutin pemupukan. Spesimen muda kadang-kadang tersedia secara lokal di Pembibitan Palm Tree khusus, tetapi juga mungkin memerlukan pesanan khusus (Alamendah,2009).

Borassus flabellifer
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Borassus
Spesies : Borassus flabellifer (Steward,1994)

Tumbuhan dapat dijumpai di Afrika Tropika, India, Burma, Malaysia dan Indonesia yang tumbuh pada tempat terbuka dekat pantai. Tumbuh menyendiri, batang lurus dapat mencapai tinggi 30 m. Permukaan batang halus dan berwarna kehitam-hitaman. Daun bundar berbentuk seperti kipas, tepinya banyak mempunyai lekukan yang lancip. Bunga jantan dan betina terdapat pada pohon yang berbeda. Buahnya besar, bulat, didalamnya banyak serabut, berair, dan berbiji 3. Di Jawa Timur, Madura dan Nusa Tenggara Timur, nira tumbuhan ini merupakan hasil yang sangat popular dari tumbuhan ini. Nira tersebut kadang-kadang dibuat gula, tuak atau minuman segar. Nira ini kabarnya memiliki khasiat untuk menyembuhkan penyakit batuk darah. Di Jawa, buah mudanya di makan orang. Tandan bunga jantannya digunakan untuk obat pegal-pegal, sedangkan sabutnya dapat digunakan untuk bahan pewangi dalam pembuatan kue. Sagunya dapat dimakan, tetapi produksinya sedikit sehingga jarang diusahakan. Kayunya kuat sehingga sering digunakan untuk bahan bangunan dan kerajinan (Dransfield,1991).

Cyrtostachys lakka
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Sub Kelas : Arecidae
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cyrtostachys
Spesies : Cyrtostachys lakka (Steward,1994)

Tumbuhan ini banyak dijumpai di Sumatera bagian timur, Kalimantan bagian barat, dan semenanjung Malaysia pada tanah rawa bergambut. Tumbuhan berumpun, berabatang lurus, yang tingginya dapat mencapai 6-14 meter. Batangnya tidak besar sehingga kelihatan tinggi semampai. Daun majemuk bersisik agak melengkung, anak daun agak kaku. Pelepah daun berwarna merah menyala (Moore,1953).

Roystonea regia
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Roystonea
Spesies : Roystonea regia (Alamendah,2009)

Palem raja adalah sekelompok palem yang dikelompokkan dalam genus Roystonea. Palem Raja yang diperkirakan berasal dari Karibia dan Amerika sedikitnya terdiri atas 10 spesies. Salah satu spesies yang umum di Indonesia adalah Roystonea regia (Alamendah,2009).
Garcinia mangostana
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Familia : Sapindaceae
Genus : Garcinia
Species : Garcinia mangostana
Merupakan pohon, daun bentuk lanset berujung runcing. Bunga banci berumah satu, malai dan berambut. Berasal dari Sumatra dan Lampung.

Durio cuteyensis
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Bombacaceae
Genus : Durio
Species : Durio cuteyensis
Habitus pohon, tinggi 10-30 m, ujung ranting bersisik. Daun bertangkai, bentuk memanjang dengan pangkal membulat, ujung meruncing, daun seperti kulit, dibawah bersisik rapat. Daun penumpu cepat rontok. Bunga dalam payung, tambahan samping menggantung. Calyx berbentuk lonceng. Petala besar berbentuk solet memanjang. Selaput biji dapat dimakan.

Durio zibethinus
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Malvales
Familia : Bombacaceae
Genus : Durio
Species : Durio zibethinus
Pohon, tinggi 10-30 m, ujung ranting bersisik. Daun bertangkai, memanjang, dengan pangkal daun membulat dan ujung meruncing. Bunga dalam payung tambahan samping dan menggantung. Daun pelindung bersatu mengelilingi kuncup, kemudian berbelah terbuka. Kelopak berbentuk lonceng. Daun mahkota lepas, bentuk solet memanjang. Buah bulat memanjang, tertutup rapat oleh duri tempel yang kasar.

D. Kebun Raya Cibodas
Kebun Raya adalah suatu kawasan yang mengkoleksi berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan yang dikoleksinya memiliki dasar ilmiah. Informasi ilmiah mengenai koleksinya terdokumentasi dengan baik. Fungsi dari Kebun Raya adalah sebagai tempat konservasi ex-situ, tempat penelitian, tempat pendidikan lingkungan, dan tempat wisata. Sampai saat ini, sebagian masyarakat masih memandang Kebun Raya Cibodas (Kebun Raya Indonesia) hanya sebagai tempat wisata. Sebagian lainnya juga belum memahami benar bahwa Kebun Raya bukan hanya sekedar tempat untuk menanam spesimen koleksi tumbuhan.
Tugas besar masih dihadapi oleh Kebun Raya untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap arti penting tumbuhan bagi kehidupan. Dalam tataran yang lebih pragmatis, tugas besar tersebut terutama terletak pada arti nyata atau nilai manfaat langsung Kebun Raya bagi masyarakat, khususnya masyarakat sekitarnya. Dalam kenyataannya, pengelolaan Kebun Raya memang harus mempertimbangkan aspek ekonomi dan sosial masyarakat di sekitarnya dan tidak cukup hanya mempertimbangkan aspek konservasi dan kompetensi ilmiahnya saja.
Seiring dengan perjalanan waktu, Kebun Raya Cibodas telah mengalami berbagai perkembangan. Selain sebagai kebun pengembangan tanaman berpotensi ekonomi, Kebun Raya Cibodas telah berkembang menjadi sebuah lembaga ilmiah yang berperan penting dalam konservasi tumbuhan. Dari segi ekonomi, keberadaan Kebun Raya Cibodas bahkan mampu menggerakan ekonomi lokal dan kawasan, terutama sebagai tempat menggantungkan hidup bagi para pedagang bunga dan tanaman hias, perajin cinderamata, pengusaha makanan dan minuman, pengusaha penginapan dan hotel, biro perjalanan wisata, usaha perparkiran, serta menciptakan Pendapatan Asli Daerah (PAD) (Windadri, 1995)
Didirikan pada tanggal 11 April 1852 oleh Johannes Ellias Teijsmann, seorang kurator Kebun Raya Bogor pada waktu itu, dengan nama Bergtuin te Tjibodas (Kebun Pegunungan Cibodas). Pada awalnya dimaksudkan sebagai tempat aklimatisasi jenis-jenis tumbuhan asal luar negeri yang mempunyai nilai penting dan ekonomi yang tinggi, salah satunya adalah Pohon Kina (Cinchona calisaya). Kemudian berkembang menjadi bagian dari Kebun Raya Bogor dengan nama Cabang Balai Kebun Raya Cibodas. Mulai tahun 2003 status Kebun Raya Cibodas menjadi lebih mandiri sebagai Unit Pelaksana Teknis Balai Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Cibodas di bawah Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor dalam kedeputian Ilmu Pengetahuan Hayati Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Lokasi Kebun Raya Cibodas – LIPI berada di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango pada ketinggian kurang lebih 1.300 – 1.425 meter di atas permukaan laut dengan luas 84,99 hektar. Temperatur rata-rata 20,06 °C, kelembaban 80,82 % dan rata-rata curah hujan 2.950 mm per tahun. Kebun Raya Cibodas merupakan tempat yang nyaman untuk beristirahat sambil menikmati keindahan berbagai jenis tumbuhan yang berasal dari Indonesia dan negara-negara lain. Kebun Raya Cibodas berjarak ±100 KM dari Jakarta dan ± 80 KM dari Bandung.
iscus sp.

Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Liliales
Family : Amaryllidaceae
Genus : Doryanthes
Spesies : Doryanthes palmeri
Herba perennial (tanpa batang kayu) dengan panjang, lanset, daun hijau terang yang membentuk roset raksasa. Daun dapat mencapai panjang tiga meter. Para batang (atau tangkai bunga) adalah dua sampai lima meter panjangnya. Para batang dimahkotai dengan lonjakan bunga hingga satu meter panjangnya. Spike bunga terdiri besar bunga coklat kemerahan.

Agathis araucaria
Klsifikasi
Kindom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Class : Pinopsida
Ordo : Pinales
Family : Araucariaceae
Genus : Agathis
Spesies : Agathis araucaria
Habitus pohon berdaun sepanjang tahun. Pohon-pohon ini bercirikan batang yang sangat besar dan percabangan sedikit atau tidak pada beberapa bagian ke atas. Pohon muda biasanya berbentuk kerucut, hanya saat dewasa tajuknya menjadi lebih membulat atau tidak beraturan. Kulit kayunya lembut dan berwarna abu-abu muda atau cokelat abu-abu, biasanya mengelupas menjadi serpihan-serpihan yang menebal pada pohon yang lebih tua. Struktur cabangnya seringkali horizontal, atau menaik saat lebih besar. Daun muda lebih besar daripada daun tua, lebih atau kurang lancip, bermacam-macam bentuknya di antara spesies dari bentuk ovata (membulat telur) hingga lanceolata (panjang, lebar di tengah). Daun tua berlawanan, bentuk elips hingga linier, sangat kasar dan cukup tebal. Daun muda seringkali berwarna merah tembaga, kontras dengan dedaunan musim sebelumnya yang biasanya hijau atau hijau-berserbuk. Runjung serbuk sari jantan muncul biasanya hanya muncul pada pohon yang lebih besar setelah runjung biji muncul. Runjung biji betina biasanya berkembang pada anak cabang samping yang pendek, menjadi dewasa setelah dua tahun. Bentuknya umumnya oval atau globe. Berbagai damar memberikan beragam resin seperti kopal kauri, getah damar.

Araucaria cunninghamii
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Class : Pinopsida
Ordo : Pinales
Family : Araucariaceae
Genus : Araucaria
Spesies : Araucaria cunninghamii
Hibitus pohon besar dengan batang tegak yang besar, mencapai tinggi 30-80 m. Cabang horizontal yang menyebar tumbuh dalam gelungan dan ditutupi daun yang kasar atau mirip jarum. Pada beberapa spesies, daunnya berbentuk jarum dan lanceolate (panjang, lebar di tengah), sedikit tumpang-tindih satu sama lain, pada spesies lain daunnya lebar dan pipih, dan bertumpang tindih. Pohon-pohon ini kebanyakan bersifat dioecious, runjung jantan dan betina berada pada pohon yang terpisah, meskipun kadang ada individu yang monoecious (junjung jantan dan betina dalam satu pohon) atau berganti kelamin sewaktu-waktu. Runjung betina biasanya berada tinggi di atas pohon, berbentuk bulat, dan beragam ukurannya antar spesies dari diameter 7-25 cm . Runjung-runjung itu mengandung 80-200 biji besar yang dapat dimakan, seperti kacang pinus meski lebih besar. Runjung jantan lebih kecil dengan panjang 4-10 cm, bentuk silindris sempit hingga lebar, lebarnya 1,5-5 cm.

Nandina domestica
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Ranunculales
Family : Berberidaceae
Genus : Nandina
Spesies : Nandina domestica
Habitus semak, dengan daun muda di musim semi cerah merah muda berwarna merah sebelum menjadi hijau; daun tua berubah menjadi merah atau ungu lagi sebelum jatuh. Bunga berwarna putih, ditanggung di awal musim panas diadakan dalam kelompok kerucut di atas dedaunan. Buah adalah merah terang berbentuk berry dengan 5-10 mm, pematangan pada akhir musim gugur dan sering bertahan selama musim dingin.

Canna hybrida
Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Family : Cannaceae
Genus : Canna
Spesies : Canna hybrida
Sejenis tumbuhan penghasil umbi yang cukup populer namun kelestariannya semakin terancam karena tidak banyak orang yang menanam dan mengonsumsinya. Umbi ganyong mengandung pati, meskipun tidak sebanyak ubi jalar. Bunga-bunga terdiri dari tiga sepal dan tiga kelopak yang jarang diperhatikan oleh orang-orang, mereka kecil dan tersembunyi di bawah boros benang sari. Benang sari yang sangat termodifikasi atau staminodes. Jumlah staminodes 3-4 dengan setidaknya satu anggota staminodal disebut labelum.

Casuarina rigida
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Fagales
Family : Casuarinaceae
Genus : Casuarina
Spesies : Casuarina rigida
Habitus perdu atau pohon. Daun jarum mirip pinus (tapi berbeda). Daun berbentuk sisik dalam karangan bunga/roset. Pada daun bentuk roset, jumlah sisik menentukan jenis. Buah berkeping dua, bersegmen, susunan segmen sesuai dengan jumlah sisik dalam kedudukan roset. Dahan besar kelihatan seperti jarum, dan buahnya mirip runjung kecil. Bunga betinanya nampak seperti berkas rambut, kecil dan kemerah-merahan.

Corynocarpus laevigatus
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Rosidae
Ordo : Cucurbitales
Family : Corynocarpaceae
Genus : Corynocarous
Spesies : Corynocarpus laevigatus
Pohon kanopi rimbun dengan cabang tegak atau menyebar. Tumbuh ke ketinggian hingga 15 meter dan memiliki batang kokoh hingga 1 meter dengan diameter. Daun mengkilap, bunga malai tegak dengan petioles 10-15 mm. Bunga individu 4 sampai 5 mm diameter. Buah ini ellipsoid, berbiji bulat telur, ukuran 25-46 mm, dengan warna kuning pucat pada daging, dan biji adalah sebuah kernel.

Senna multijuga
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Farbales
Family : Fabaceae
Genus : Senna
Spesies : Senna multijuga
Habitus semak, herbal atau pohon kecil. Daun mejumuk, bunga majemuk dengan bracteolus. Tidak menghasilkan nektar. Kelopak berjumlah 5 sering berwarna kuning. Benang sari biasanya berjumlah 4, sedangkan gymnoecium biasanya enantiostylous, yaitu dapat dibelokkan ke kanan dan kiri. Bentuk buah lgum.

Couroupita guianensis
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Ericales
Family : Lecythudaceae
Genus : Couroupita
Spesies : Couroupita guianensis
Herba bentuk pohon berukuran besar (dapat mencapai 15 sampai 25m) yang bunganya beraroma khas. Bunga dan buahnya tumbuh langsung pada batang utama.

Hibiscus sp.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Malvales
Family : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus sp.
Pada umumnya tinggi tanaman sekitar 2 sampai 5 meter Bunga berbentuk trompet, Bunga terdiri dari 5 helai daun kelopak yang dilindungi oleh kelopak tambahan (epicalyx) sehingga terlihat seperti dua lapis kelopak bunga. Mahkota bunga terdiri dari 5 lembar atau lebih jika merupakan hibrida. Tangkai putik berbentuk silinder panjang dikelilingi tangkai sari berbentuk oval yang bertaburan serbuk sari. Biji terdapat di dalam buah berbentuk kapsul berbilik lima. Daun berbentuk bulat telur yang lebar atau bulat telur yang sempit dengan ujung daun yang meruncing.

Ficus lyrata
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Urticales
Family : Moraceae
Genus : Ficus
Spesies : Ficus lyrata
Herba pohon besar, tingginya mencapai 40 m dan gemang batang sampai 1,5 m. Bertajuk rindang dengan cabang-cabang yang tumbuh mendatar dan bertingkat-tingkat; pohon yang muda sering nampak seperti pagoda. Daun-daun tersebar, sebagian besarnya berjejalan di ujung ranting, bertangkai pendek atau hampir duduk. Helaian daun bundar telur terbalik, dengan ujung lebar dengan runcingan dan pangkal yang menyempit perlahan, helaian di pangkal bentuk jantung, pangkal dengan kelenjar di kiri-kanan ibu tulang daun di sisi bawah. Bunga-bunga berukuran kecil, terkumpul dalam bulir dekat ujung ranting, panjang 8–25 cm, hijau kuning. Bunga tak bermahkota, dengan kelopak bertaju-5, bentuk piring atau lonceng, 4–8 mm, putih atau krem. Benang sari dalam 2 lingkaran, tersusun lima-lima. Buah batu bulat telur gepeng, bersegi atau bersayap sempit.

Callistemon pendulus
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Callistemon
Spesies : Callistemon pendulus
Habitus pohon, dengan ketinggian mencapai 10 meter. Duduk daun tersebar. Helaian daun berbentuk panjang menunjang, ujung dan pangkal daun meruncing. Bunganya keluar dari bagian ranting yang tidak berdaun atau ujung-ujung ranting, bersatu membentuk bulir, seperti sikat gigi. Buahnya berbentuk lonceng.

Leptospermum longifolium
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Leptospermem
Spesies : Leptospermum longifolium
Sebuah semak lebat tinggi 2,5-3 m, dengan kulit berserat. Daun elips hingga 3 cm. Bunga putih dengan diameter 18 mm.

Melaleuca cajuputi
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Melalauca
Spesies : Melateuca cajuputi
Semak cemara atau biasanya tunggal bertangkai pohon sampai 25 m dengan sistem akar yang luas. Daun alternatif, datar, dan berbulu halus. Bunga majemuk terminal atau aksilaris, tunggal atau 2-3. Buah berbentuk bulat, kebanyakan berkapsul.

Ligustrum vulgare
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Laminales
Family : Oleaceae
Genus : Ligustrum
Spesies : Ligustrum vulgare
Herba semak tumbuh sampai 3 meter (jarang sampai 5 m) tinggi. Batang kaku, tegak, dengan kulit cokelat abu-abu terlihat dengan lentisel cokelat kecil. Daun mengkilap hijau, oval sempit untuk lanset, 2-6 cm. Bunga tipe malai, ukuran 3-6 cm, dengan dasar tabung dan empat-lobed corolla 4-6 mm. Bunga-bunga menghasilkan aroma, kuat manis yang banyak orang tidak menyenangkan. Buah adalah glossy black berry kecil dengan diameter 6-8 mm, berisi 1-4 biji.

Arundina graminifolia
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Ordo : Orchidales
Family : Orchidaceae
Genus : Arundina
Spesies : Arundina graminifolia
Bunga anggrek bambu adalah multiperennial terestrial anggrek dengan nyaring batang , membentuk menjadi gumpalan besar yang tumbuh hingga ketinggian antara 70 cm dan 2 m. Para anyaman linear daun yang lonjong lanset, dengan panjang dari 9 sampai 19 cm dan lebar dari 0,8 sampai 1,5 cm. Ada (menggenggam batang) menyarungkan amplexicaul stipules . Bunga-bunga ini, 5 - 8 cm, ungu kemerahan adalah dan disk putih dengan ungu bibir . Para polong sesekali dibuahi mengandung biji tepung menit, dan tanaman kecil sering terjadi di dekat tebu berakhir setelah berbunga, dan kemungkinan bantuan dalam propagasi jika diizinkan untuk mencapai tanah.

Pinus merkusii
Kingdom : Plantae
Divisi : Coniferophyta
Class : Pinopsida
Ordo : Pinales
Family : Pinaceae
Genus : Pinus
Spesies : Pinus merkusii
Pohon besar, batang lurus, silindris. Tegakan masak dapat mencapai tinggi 30 m, diameter 60-80 cm. Tajuk pohon muda berbentuk piramid, setelah tua lebih rata dan tersebar. Kulit pohon muda abu-abu, sesudah tua berwarna gelap, alur dalam. Pohon berumah satu, bunga berkelamin tunggal. Bunga jantan dan betina dalam satu tunas. Bunga jantan berbentuk strobili, panjang 2-4 cm, terutama di bagian bawah tajuk. Strobili betina banyak terdapat di sepertiga bagian atas tajuk terutama di ujung dahan.

Camellia japonica
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Class : Dicotyledoneae
Ordo : Myrtales
Family : Myrtaceae
Genus : Cammelia
Spesies : Camellia japonica
Bentuk dasar merupakan pohon, tetapi karena adanya pemangkasan kerapkali seperti perdu, tinggi 5-10 meter, ujung ranting dan daun muda berambut halus. Daun tersebar, tunggal, helaian daun elips memanjang, pangkal daun runcing, tepi rata atau sedikit bergerigi, permukaan daun licin atau berambut halus, dengan permukaan bawah lebih muda dari permukaan atasnya. Batang bercabang cukup banyak, arah tumbuh cabang tegak lurus atau condong dengan percabangan monopodial.

Clerodendrum sp.
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Family : Lamiaceae
Genus : Clerodendrum
Spesies : Clerodendrum sp.
Herba semak, liana, dan pohon-pohon kecil, biasanya tumbuh 1-12 m, dengan daun berlawanan, dapat tumbuh sampai 30 meter.

Chamaecyparis jasminoides
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Class : Pinopsida
Ordo : Pinales
Family : Cupressaceae
Genus : Chamaecyparis
Spesies : Chamaecyparis jasminoides
Herba pohon, tinggi sekitar 20-70 m, dengan dedaunan di semprotan datar. Ada 2 jenis daun, pada saat muda berbentuk jarum, dan daun dewasa seperti skala. Biji berbentuk bulat atau oval, dengan skala 8-14 diatur dalam decussate pasang berlawanan; setiap skala kecil beruang 2-4 biji .

Cupressus goveniana
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Class : Pinopsida
Ordo : Pinales
Family : Cupressaceae
Genus : Cupressus
Spesies : Cupressus goveniana
Herba pohon dengan kerucut-kerucut mahkota, dengan pohon-pohon dewasa di bawah 1 m sampai 50 m dalam. Daun tumbuh di semprotan padat, hijau tua untuk agak kuning-hijau. Panjang daun adalah 2-5 mm, dan tunas bulat . Benih kerucut yang bulat sampai lanset, 12-22 mm, dengan 6 sampai 10 sisik, hijau pada awalnya, jatuh tempo coklat atau abu-abu kecoklatan sekitar 20-24 bulan setelah penyerbukan. Kerucut tetap tertutup selama bertahun-tahun, hanya membuka setelah pohon induk tewas.
Mahkota bulat untuk kolumnar, padat atau jarang. Daun tanpa kelenjar abaxial atau kadang-kadang dengan kelenjar abaxial tertanam yang tidak menghasilkan setetes dari resin, bukan sayu Pollen kerucut 3-4 × 1,5-2 mm, kantung serbuk sari 3-6 Benih kerucut bulat, coklat keabu-abuan, keabu-abuan tidak; skala 3-5 pasang, halus, umbo hampir datar pada saat jatuh tempo Benih 3-4 mm, berwarna coklat tua sampai hitam legam, kadang sedikit hijau keabu-abuan.

Cupressus pisifera
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Class : Pinopsida
Ordo : Pinales
Family : Cupressaceae
Genus : Cupressus
Spesies : Cupressus pisifera
Habitus pohon dengan daun spiral berpasangan decussate. Pada tanaman muda, daun seperti jarum, menjadi kecil dan skala-seperti pada tanaman dewasa banyak (tetapi tidak semua) marga, beberapa genera dan spesies mempertahankan jarum-seperti daun sepanjang hidup mereka. Daun tua yang sebagian besar tidak menjelaskan secara individual, tetapi dalam semprotan kecil dari daun ( cladoptosis ); pengecualian adalah daun pada tunas, yang berkembang menjadi cabang-cabang, yang akhirnya jatuh dari individual ketika kulit mulai mengelupas. kerucut benih yang baik berkayu, kasar,) seperti berry dan berdaging, dengan satu untuk beberapa ovula per skala. Benih kebanyakan kecil dan agak pipih, dengan dua sayap yang sempit. Bibit biasanya memiliki dua kotiledon , namun dalam beberapa spesies sampai dengan enam.

Taxodium mucronantum
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Class : Pinopsida
Ordo : Pinales
Family : Taxodiaceae
Genus : Taxodium
Spesies : Taxodium mucronatum
Herba pohon dengan diameter batang yang cukup besar antara 2 dan 14 kaki dan tinggi hingga 40 meter. Daun yang disusun spiral dalam dua baris horizontal panjangnyag. Para kerucut berbentuk oval 1,5 sampai 2,5 cm panjang dan 1-2 inci lebar. Tidak seperti lahan basah cemara hidup lainnya, selalu ahuehuetes menghuni tepi sungai, sungai dan sungai permanen, di mana dasar pohon itu terendam sepanjang tahun. Mereka hidup terutama pada ketinggian antara 300 dan 2500 meter, tetapi pada ketinggian yang lebih tinggi kurang berlimpah

Cryptomeria japonica
Kingdom : Plantae
Divisi : Pinophyta
Class : Pinopsida
Ordo : Pinales
Family : Taxodiaceae
Genus : Cryptomeria
Spesies : Crytomeria japonica
Habitus konifer cemara, tumbuh cukup lambat, berasal dari Cina dan Jepang, memiliki mahkota piramida, tegak, dengan kulit berwarna coklat tua atau kelabu, dengan berlalunya tahun-tahun cenderung untuk mengambil bentuk lilin, dengan cabang-cabang sedikit terjumbai. Daun seperti jarum, hijau muda, tersusun dalam spiral di sepanjang cabang, kadang-kadang pada musim gugur dan musim dingin menjadi perunggu. Kerucut kecil. Tanaman efek dekoratif yang besar, biasanya digunakan sebagai spesimen tunggal di taman, mobil yang telah berpuluh-puluh tahun bisa mencapai 20-25 meter tingginya.
E. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Kegiatan yang dilakukan di Gunung Gede Pangrango meliputi kegiatan Pengamatan Lapangan dan Ruangan. Untuk pengamatan ruangan, diputarkan film yang berisi asal muasal dan segala tentang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terutama hewan khasnya yaitu Owa Jawa. Pengamatan lapangan dilakukan dengan melakukan hiking hingga pos ke 2 yaitu Telaga Biru.
Sejarah dan legenda yang merupakan kepercayaan masyarakat setempat yaitu tentang keberadaan Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi di Gunung Gede. Masyarakat percaya bahwa roh Eyang Suryakencana dan Prabu Siliwangi akan tetap menjaga Gunung Gede agar tidak meletus. Pada saat tertentu, banyak orang yang masuk ke goa-goa sekitar Gunung Gede untuk semedhi / bertapa maupun melakukan upacara religius. Dan gunung gede juga di yakini sebagai tempat tinggal Eyang Sinto Gendeng saat mendidik muridnya yang bernama Wiro Sableng
Gunung Gede merupakan sebuah gunung yang berada di Pulau Jawa, Indonesia. Gunung Gede berada dalam ruang lingkup Taman Nasional Gede Pangrango, yang merupakan salah satu dari lima taman nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980. Gunung ini berada di wilayah tiga kabupaten yaitu Kabupaten Bogor, Cianjur dan Sukabumi,dengan ketinggian 1.000 - 3.000 m. dpl, dan berada pada lintang 106°51' - 107°02' BT dan 64°1' - 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak gunung Gede 18 °C dan di malam hari suhu puncak berkisar 5 °C, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun.
Gunung Gede diselimuti oleh hutan pegunungan, yang mencakup zona-zona submontana, montana, hingga ke subalpin di sekitar puncaknya. Hutan pegunungan di kawasan ini merupakan salah satu yang paling kaya jenis flora di Indonesia, bahkan di kawasan Malesia.
TNGGP merupakan salah satu dari 5 taman nasional yang dideklarasi oleh Pemerintah Indonesia tahun 1980, dan sampai tahun 2007 sudah 50 taman nasional dibentuk oleh Pemerintah di seluruh Indonesia. Seperti halnya kawasan konservasi lainnya di Indonesia, pengelolaan kawasan TNGP merupakan tanggungjawab dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam, Departemen Kehutanan.
Secara administratif, kawasan TNGP berada di 3 kabupaten (Bogor, Cianjur dan Sukabumi) Propinsi Jawa Barat. Kantor pengelola yaitu Balai Besar TNGGP berada di Cibodas, dan dalam pengelolaannya dibagi menjadi 3 (tiga) Bidang Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (Bidang PTN Wil), yaitu Bidang PTN Wil I di Cianjur, SBidang PTN Wil II di Selabintana-Sukabumi, danBidang PTN Wil III di Bogor, dan 6 (enam) Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTN Wil) dan 22 (dua puluh dua) resort Pengelolaan Taman Nasional Wilayah dengan tugas dan fungsi melindungi dan mengamankan seluruh kawasan TNGGP dalam mewujudkan pelestarian sumberdaya alam menuju pemanfaatan yang berkelanjutan.
Ada dua iklim yaitu musim kemarau dari bulan Juni sampai Oktober dan musim penghujan dari bulan Nopember ke April.
Selama bulan Januari sampai Februari, hujan turun disertai angin yang kencang dan terjadi cukup sering, sehingga berbahaya untuk pendakian. Hujan juga turun ketika musim kemarau, menyebabkan kawasan TNGP memiliki curah hujan rata-rata pertahun 4000 mm (Arijani dkk, 2006)
Dengan ketinggian 1.000 - 3.000 m. dpl, dan berada pada lintang 106°51' - 107°02' BT dan 64°1' - 65°1 LS. Suhu rata-rata di puncak gunung Gede 18 °C dan di malam hari suhu puncak berkisar 5 °C, dengan curah hujan rata-rata 3.600 mm/tahun. Gerbang utama menuju gunung ini adalah dari Cibodas dan Cipanas.
Gunung Gede mempunyai keadaan alam yang khas dan unik, hal ini menjadikan Gunung Gede sebagai salah satu laboratorium alam yang menarik minat para peneliti sejak lama.
Tercatat pada tahun 1819, C.G.C. Reinwardt sebagai orang yang pertama yang mendaki Gunung Gede, kemudian disusul oleh F.W. Junghuhn (1839-1861), J.E. Teijsmann (1839), A.R. Wallace (1861), S.H. Koorders (1890), M. Treub (1891), W.M. Docters van Leeuwen (1911); dan C.G.G.J. van Steenis (1920-1952) telah membuat koleksi tumbuhan sebagai dasar penyusunan buku The Mountain Flora of Java yang diterbitkan tahun 1972.
Gunung Gede juga memiliki keanekaragaman ekosistem yang terdiri dari formasi-formasi hutan submontana, montana, subalpin; serta ekosistem danau, rawa, dan savana.
Ekosistem sub-montana dicirikan oleh banyaknya pohon-pohon yang besar dan tinggi seperti jamuju (Dacrycarpus imbricatus), dan puspa (Schima walliichii). Sedangkan ekosistem sub-alphin dicirikan oleh adanya dataran yang ditumbuhi rumput Isachne pangerangensis, bunga eidelweis (Anaphalis javanica), violet (Viola pilosa), dan cantigi (Vaccinium varingiaefolium).
Satwa primata yang terancam punah dan terdapat di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango yaitu owa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata comata), dan lutung budeng (Trachypithecus auratus auratus); dan satwa langka lainnya seperti macan tutul (Panthera pardus melas), landak Jawa (Hystrix brachyura brachyura), kijang (Muntiacus muntjak muntjak), dan musang tenggorokan kuning (Martes flavigula).
Gunung Gede terkenal kaya akan berbagai jenis burung yaitu sebanyak 251 jenis dari 450 jenis yang terdapat di Pulau Jawa. Beberapa jenis di antaranya merupakan burung langka yaitu elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan celepuk jawa (Otus angelinae).
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango ditetapkan oleh UNESCO sebagai Cagar Biosfir pada tahun 1977, dan sebagai Sister Park dengan Taman Negara.
Adapun contoh spesies flora yang terdapat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango adalah Nepenthes sp.
Nepenthes sp.
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Nepenthales
Famili : Nepenthaceae
Genus : Nepenthes
Spesies : Nepenthes sp
Kantong semar (Nepenthes sp.) adalah satu dari enam genera tumbuhan pemakan daging (karnivora) yang masuk ke dalam familia Nepenthaceae yang tumbuh di Indonesia dan beberapa negara lain. Kantong semar bukan bunga, bukan pula buah melainkan daun yang mengalami modifikasi. Tumbuhan ini umumnya hidup di tanah tandus, meskipun beberapa jenis juga hidup di tanah subur, bahkan ada juga yang hidup di tanah yang mengandung belerang (solfatra). Selain di tanah tandus, tumbuhan ini biasanya hidup di tanah masam, dan miskin nitrogen. Serangga dan binatang lain yang dijeratnya memberi tumbuhan ini nitrogen yang diperlukannya. Kantong semar adalah tumbuhan independent, hidup di tanah, memanjat rendah atau menjulur bebas (Mansur, 2002)
Gunung Gede maupun kawasan Taman Nasional Gede Pangrango juga merupakan objek wisata alam yang menarik dan banyak dikunjungi oleh wisatawan baik domestik maupun internasional. Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi
• Telaga Biru. Danau kecil berukuran lima hektar (1.575 meter dpl.) terletak 1,5 km dari pintu masuk Cibodas. Danau ini selalu tampak biru diterpa sinar matahari, karena ditutupi oleh ganggang biru.
• Air terjun Cibeureum. Air terjun yang mempunyai ketinggian sekitar 50 meter terletak sekitar 2,8 km dari Cibodas. Di sekitar air terjun tersebut dapat melihat sejenis lumut merah yang endemik di Jawa Barat.
• Air Panas. Terletak sekitar 5,3 km atau 2 jam perjalanan dari Cibodas.
• Kandang Batu dan Kandang Badak. Untuk kegiatan berkemah dan pengamatan tumbuhan/satwa. Berada pada ketinggian 2.220 m. dpl dengan jarak 7,8 km atau 3,5 jam perjalanan dari Cibodas.
• Puncak dan Kawah Gunung Gede. Panorama berupa pemandangan matahari terbenam/terbit, hamparan kota Cianjur-Sukabumi-Bogor terlihat dengan jelas, atraksi geologi yang menarik dan pengamatan tumbuhan khas sekitar kawah. Di puncak ini terdapat tiga kawah yang masih aktif dalam satu kompleks yaitu kawah Lanang, Ratu dan Wadon. Berada pada ketinggian 2.958 m. dpl dengan jarak 9,7 km atau 5 jam perjalanan dari Cibodas.
• Alun-alun Suryakencana. Dataran seluas 50 hektar yang ditutupi hamparan bunga edelweiss. Berada pada ketinggian 2.750 m. dpl dengan jarak 11,8 km atau 6 jam perjalanan dari Cibodas.
Untuk mencapai lokasi Taman Nasional Gede Pangrango bisa ditempuh melalui rute Jakarta-Bogor-Cibodas dengan waktu sekitar 2,5 jam (± 100 km) menggunakan mobil, atau Bandung-Cipanas-Cibodas dengan waktu 2 jam (± 89 km), dan Bogor-Salabintana dengan waktu 2 jam (52 km)

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Di Museum Etnobotani dilakukan pengamatan terhadap diorama-diorama berisi artefak yang terbuat dari berbagai macam flora yang terdapat di Indonesia. Salah satunya penggunaan tumbuhan Labu sebagai wadah air dan Pandanus sebagai wadah sesaji di wilayah Bali.
2. Pengawetan spesimen dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan koleksi kering dan koleksi basah. Kedua cara ini diawali dengan pengambilan spesimen di lapangan hingga penyimpanan spesimen secara alfabetis.
3. Pengaweatan koleksi basah dilakukan menurut jenis spesimennya. Pengawetan spesimen secara umum menggunakan alkohol 70%, sedangkan untuk jenis-jenis tertentu seperti golongan Orchidaceae digunakan campuran alkohol 62% sebanyak 3.100 ml, gliserin 5% sebanyak 250 ml, dan aquades 33% sebanyak 1.650 ml, kemudian spesimen dimasukkan ke dalam botol dan ditutup rapat..
4. Kebun Raya Bogor mengoleksi tanaman dari wilayah barat Indonesia, yang penataannya didasarkan pada familia.
5. Hasil penelitian di Kebun Raya Bogor didapatkan 20 spesies, antara lain: Gronophyllum sp, Cycas revolute, Dioscorea sp, Sabal causiarum, Borassus flabellifer, Cyrtostachys lakka, Roystonea regia, Garcinia mangostana, Durio cuteyensi.
6. Kebun Raya Cibodas mengoleksi tanaman yang terspesifikasi pada flora Malesiana. Penataan tumbuhan tidak didasarkan pada familianya, namun ditata berdasarkan unsur artistik sehingga lebih menarik.
7. Hasil penelitian di Kebun Raya Cibodas diperoleh 26 spesies, antara lain: Agathis borneensis, Araucaria rulei, Canna hybrida, Corynocarpus laevigatus, Senna multijuga
8. Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan hutan konservasi yang mengelola tanaman secara in-situ dimana wilayahnya dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona montana, sub-montana, dan sub-alpine.
9. Di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dilakukan pengamatan di dua tempat. Yaitu indoor dengan menonton film tentang Taman nasional Gunung Gede Pangrango dan Outdoor dengan hiking hingga pos ke 2 yaitu Telaga Biru
B. Saran
1. Peningkatan mutu pelayanan di Museum Etnobotani dan Herbarium Bogoriense agar pengunjung dapat mengerti informasi yang dibutuhkan, misalnya dengan penyediaan informan (guide) di Museum Etnobotani.
2. Peningkatan pengelolaan koleksi basah di Herbarium Bogoriense agar lebih rapi dan mudah dipahami pengunjung, misalnya dengan menempatkannya di lemari-lemari khusus seperti yang dilakukan pada koleksi kering.
3. Peningkatan mutu pelayanan di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas dengan cara mengoptimalkan fungsi guide agar pengunjung dapat menyusuri semua wilayah tanpa terkecuali.
4. Perbaikan rute jalan menuju Taman Nasional Gunung Gede Pangrango agar lebih mudah dicapai dan keselamatan para pendaki dapat terjamin.
5. Pemberian ijin dalam pengambilan spesimen untuk tujuan penelitian dan kegiatan ilmiah lainnya.










DAFTAR PUSTAKA
Agustini dkk. 2003. Konservasi dan Tanaman Obat Gunung Gede Pangrango.Cibodas: Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango
Alamendah.2009. Jenis-jenis Palem (Arecaceae) Di Indonesia .http://alamendah.wordpress.com/2009/12/14/jenis-jenis-palem-arecaceae-di-indonesia-2/[diakses 24-12-2011].
Arrijani., Dede Setiadi., Edi Guhardja., Ibnul Qayyim. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. B I O D I V E R S I T A S Volume 7, Nomor 2 April 2006 Halaman: 147-153
Dransfield,J.1991. The Genus Areca(Palmae:Arecoidae) In Borneo. Kew Bull. 39:1-22.
Hill, A.F. 1979. Economic Botany. Second edition. New Delhi: Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd
Mansur, Mohammad. 2002. Koleksi Nephentes Di Hebarium Bogoriense : Prospek Sebagai Tanaman Hias. Cinta Puspa Satwa Nasional
Mogea.1991.Revisi Marga Arenga(palmae). Tesis Doktor. Universitas Indonesia. Depok. Miemeograf.285 pp.
Moore,H.E.Jr.1953. Exotic Palms In The Western World. Gent Herbs. 8:295-315.
Polunin, N. 1993. Pengantar Geografi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Sastrapradja, D. 1992. Khasanah Flora dan Fauna Nusantara. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
Soemarwoto, O. 1991. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Djambatan
Steward, L. 1994. A guide to palms and cycads of the world. Harper Collins, Sydney, Australia.
Sudarsono., Sri Wahyuni. 2009. Pengelolaan Suku Arecaceae di Pembibitan Kebun Raya Bogor. Warta Kebun Raya 9(1) 2009.
Sutarsyah., Kudang B. Seminar., Eko Sri Mulyani. 2008. PENGEMBANGAN SISTEM JASA KONSULTASI BOTANI ONLINE. Jurnal Perpustakaan Pertanian Vol. 17, Nomor 2, 2008
Tirtawinata dan Lisdiana. 1996. Daya Tarik dan Pengelolaan Agrowisata. Jakarta: Penebar Swadaya
Tjitrosoepomo, G. 1993. Taksonomi Umum Dasar-Dasar Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Van Steenis, C. G. G. J. 1972. Flora Untuk Sekolah Di Indonesia. Jakarta: PT Pradnya Paramita.
Windardi, FI. 1995. Jamur Melanographium Pada Arecaceae di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Cibodas. Buletin Kebun Raya Indonesia 8(1), Agustus 1995.

0 comments:

Post a Comment