LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PENGETAHUAN LINGKUNGAN
DAERAH PASCA BENCANA
Tempat:
1. Musium Vulcanologi
2. Gunung Merapi
KELOMPOK 2
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang mengedepankan prinsip pembangunan berkelanjutan bagi sebuah Negara. Seperti Indonesia sangat penting dilakukan,dengan kondisi geografis dan melimpahnya Sumber Daya Alam (SDA) maka jaminan untuk melestarikan lingkungan hidup harus dilakukan untuk keberlangsungan bangsa ini baik di masa kini maupun yang akan datang.
Gunung berapi atau gunung api secara umum adalah istilah yang dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat meletus.
Lebih lanjut, istilah gunung api ini juga dipakai untuk menamai fenomena pembentukan ice volcanoes atau gunung api es dan mud volcanoes atau gunung api lumpur. Gunung api es biasa terjadi di daerah yang mempunyai musim dingin bersalju, sedangkan gunung api lumpur dapat kita lihat di daerah Kuwu, Grobogan, Jawa Tengah yang populer sebagai Bledug Kuwu.
Gunung berapi terdapat di seluruh dunia, tetapi lokasi gunung berapi yang paling dikenali adalah gunung berapi yang berada di sepanjang busur Cincin Api Pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur Cincin Api Pasifik merupakan garis bergeseknya antara dua lempengan tektonik.
Gunung berapi terdapat dalam beberapa bentuk sepanjang masa hidupnya. Gunung berapi yang aktif mungkin berubah menjadi separuh aktif, istirahat, sebelum akhirnya menjadi tidak aktif atau mati. Bagaimanapun gunung berapi mampu istirahat dalam waktu 610 tahun sebelum berubah menjadi aktif kembali. Oleh itu, sulit untuk menentukan keadaan sebenarnya daripada suatu gunung berapi itu, apakah gunung berapi itu berada dalam keadaan istirahat atau telah mati.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung paling aktif di bumi Nusantara, sejarah mencatat setidaknya letusan gunung Merapi sudah terjadi sejak 1000 tahun lalu. Dan karena aktivitas Merapi lah yang mengakibatkan berpindahnya kebudayaan kerajaan Mataram kuno ke daerah Jawa Timur.
Selain itu banyak desa dan candi-candi peninggalan kerajaan Mataram Hindu maupun Budha tertimbun abu vulkanik Gunung Merapi, candi-candi tersebut berada di dusun-dusun seperti Kadisoka, Kedulan, dan Sambisari (Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta). Selain itu letusan Gunung Merapi merubah wujud asli Candi Borobudur yang mulanya berada di tengah-tengah danau.Saat ini Gunung Merapi yang berada di 4 Kabupaten di Jawa Tengah itu mulai beraktivitas lagi, berikut jurnal letusan Gunung Merapi paling dahsyat yang terekam sejarah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah, perkembangan, dan dampak letusan Merapi?
2. Bagaimana pengertian dan macam-macam suksesi?
3. Jenis suksesi apa yang terjadi setelah letusan Merapi dan kerusakan apa yang diakibatkan?
4. Bagaimana kenampakan umum merapi, keadaan geomorfologi sebelum dan sesudah letusan dan pengaruh geomorfologi terhadap kehidupan masyarakat sekitar?
5. Bagaimana kondisi sosial dan ekonomi masyarakat lereng gunung merapi sebelum dan sesudah letusan, membandingkan kondisi keduanya, mengetahui hubungan masyarakat lereng Merapi dengan gunung Merapi dari segi sosial dan mengetahui bagaimana tanggapan warga terhadap bencana letusan Merapi?
C. Tujuan
1. Tujuan dari praktikum mengunjungi Museum Gunung Merapi adalah untuk mengetahui sejarah, perkembangan, dan dampak letusan merapi.
2. Tujuan praktikum mengunjungi desa Srunen
a. Mengetahui pengertian dan macam-macam suksesi, jenis suksesi apa yang terjadi pada merapi serta bagaimana proses suksesinya dan kerusakan apa yang terjadi serta tanda-tanda yang menunjukan kerusakan tersebut.
b. Mempelajari kenampakan umum merapi, keadaan geomorfologi sebelum dan sesudah letusan dan pengaruh geomorfologi terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
c. Mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat lereng gunung merapi sebelum dan sesudah letusan, membandingkan kondisi keduanya, mengetahui hubungan masyarakat lereng Merapi dengan gunung Merapi dari segi sosial dan mengetahui bagaimana tanggapan warga terhadap bencana letusan Merapi.
D. Manfaat
- Dapat mengetahui kondisi kawasan pasca bencana Merapi dan dapat mengetahui solusinya.
- Mengetahui jenis suksesi dari bencana merapi serta proses-proses pemulihannya.
- Mengetahui morfologi merapi.
- Mengetahui dampak letusan merapi bagi masyarakat sekitar serta kondisi sosial masyarakat sebelum dan sesudah bencana.
BAB II
LANDASAN TEORI
Secara bentang alam, gunung api yang berbentuk kerucut dapat dibagi menjadi daerah puncak, lereng, kaki, dan dataran di sekelilingnya. Pemahaman ini kemudian dikembangkan oleh Williams dan McBirney (1979) untuk membagi sebuah kerucut gunung api komposit menjadi 3 zone, yakni Central Zone, Proximal Zone, dan Distal Zone.
Central Zone disetarakan dengan daerah puncak kerucut gunung api, Proximal Zone sebanding dengan daerah lereng gunung api, dan Distal Zone sama dengan daerah kaki serta dataran di sekeliling gunung api. Namun dalam uraiannya, kedua penulis tersebut sering me- nyebut zone dengan facies, sehingga menjadi Central Facies, Proximal Facies, dan Distal Facies (Sri Mulyani, 2006).
Pembagian fasies gunung api tersebut dikembangkan oleh Vessel dan Davies (1981) serta Bogie dan Mackenzie (1998) menjadi empat kelompok, yaitu Central/Vent Facies, Proximal Facies, Medial Facies, dan Distal Facies. Sesuai dengan batasan fasies gunung api, yakni sejumlah ciri litologi (fisika dan kimia) batuan gunung api pada suatu lokasi tertentu, maka masing-masing fasies gunung api tersebut dapat diidentifikasi berdasarkan data:
1. inderaja dan geomorfologi,
2. stratigrafi batuan gunung api,
3. vulkanologi fisik,
4. struktur geologi, serta
5. petrologi-geokimia.
(Sutikno,2006)
Menurut Costa (1984) dan Fisher & Schmincke (1984), lahar merupakan aliran rombakan larutan suspensi kaya partikel yang berdensitas tinggi. Regangan aliran dihasilkan dari interaksi partikel-partikel berkonsentrasi tinggi. Padakonsentrasi kurang dari 20% atau 30%, partikel mengambang dalam campuran padatan-air sebagai turbulen, dan pada konsentrasi hingga 60% interaksi partikelnya termodifikasi sebagai kombinasi turbulen dan interaksi partikel. Konsentrasi partikel yang lebih tinggi lagi, didominasi oleh interaksi partikel hingga dapat menjadi aliran plastis.
Menurut Lowe (1982), ada dua gaya pembentuk ketahanan aliran, yaitu:
(1) gaya-gaya elektrostatis yang menyebabkan resistensi kohesif aliran (cohesive resistance to flow) yang dibentuk oleh campuran lumpur-air,
(2) tegangan friksi yang disebabkan oleh interaksi inersia antarfragmen besar (lebih besar dari lanau), yang menyebabkan inertial resistance toflow atau resistensi friksional (takkohesif atau aliran densiti termodifikasi).
Kedua hal tersebut dapat terbentuk bergantung pada limpahan material halus (lempungan), pada limpahan yang kecil (~5%) dapat menyebabkan perubahan perilaku aliran secara besar-besaran. Dalam aliran rombakan, butiran digerakkan oleh efek konsentrasi tinggi aliran massa (ct. regangan kohesif, regangan friksi, ketahanan kekentalan, dan tekanan pengurai aliran), oleh turbulensi, dan pengosongan paksa fluida dari rongga antar butir. Aliran rombakan sendiri terdiri atas: (1) fase menerus (fase matrik atau fluida) yang tersusun oleh campuran air dan partikel dengan diameter
<2 mm, dan (2) fase butiran kasar berdiameter >2 mm (Fisher, 1971 dan 1983; Scott, 1988).
Dengan demikian, walaupun ukuran butirnya menerus dari lempung ke bongkah, namun secara konseptual se- lalu mempertimbangkan sifat-sifat konsentrasinya yang tinggi (ct. kekentalan, densitas, dan regangan aliran). Aliran rombakan berpartikel besar memang dapat dikenali dari parameter ukuran butir fase matriknya, namun keberadaan matrik dapat lebih mudah dikenali dari ukuran fragmen terbesar (ct: rata-rata ukuran butir dari kelima fragmen terbesar dalam suatu area tertentu). Selama pergerakannya menuruni lereng yang berair (sungai), lahar secara progresif bercampur dengan air, sehingga alirannya menjadi hiperkonsentrasi. Aliran tersebut menyerap regangan dan kohesi lahar, dengan tetap membawa sedimen dalam jumlah yang besar. Dalam hal ini fragmen-fragmen berperan sebagai penggerak turbulensi akibat interaksi antar partikel (Pierson dan Scott, 1985; Scott, 1988; Smith, 1986). Oleh besarnya regangan dan beban yang dimiliki, lahar mampu mempengaruhi sistem sungai, yaitu morfologi (ketinggian, lebar, dan kedalaman lembah), tatanan (pembentukan alur sungai, dataran limpah banjir, tanggul, dan teras sungai baru) dan arah aliran sungai secara lokal (Priyono, 2006).
Gunung Merapi terletak di Jawa Tengah, Indonesia. Gunung ini telah terus aktif selama waktu Holocene. Dalam 10.000 tahun terakhir indeks Explosivity telah berkembang. Aktivitas berlebihan ditandai oleh pembangunan kubah lava berkelanjutan. saluran ini hampir diisi dengan aliran lava bergerak dengan viskositas menengah yang relatif miskin gas. Perkembangan kubah lava yang demikian, ditandai aktivitas gunung berapi. Karena kubah yang terakumulasi di kawah dilanggar, menghasilkan lidah lava memanjang ke arah barat daya. Sudut curam dari bagian paling atas, bagian depan memproduksi longsoran. Selama menggeser kandungan gas dalam fragmen lava dilarutkan bersama-sama dengan fragmen awan panas tipe Merapi. batuan fragmen campuran antara ukuran besar dan halus yang disebut "ladu" diendapkan di lereng tengah gunung berapi sekitar tujuh kilometer. Akhirnya air hujan membawa material ke bawah dan lahar mengalir ke sungai. Lahar juga mungkin dihasilkan oleh akumulasi deposito jatuh. Oleh karena itu dua jenis lahar mungkin diakui. Pertama, lahar yang dihasilkan oleh akumulasi dari "ladu" atau deposit awan panas, dan kedua, lahar yang dihasilkan oleh deposito jatuh. Dalam kategori ini mungkin disertakan aliran piroklastik yang menyertai ledakan. (Adjat Sudradjat1,dkk2006)
This analysis will illuminate some of Blaikie’s contributions to key intellectual developments over the past two decades, by examining the way that they help us to under- stand the political-ecological relations of the community of Turgo on the flanks of Merapi Volcano in Central Java.The inhabitants of Turgo have developed a successful adaptation to their unique environment, by taking advantage of the material as well as political and religious dimensions of volcanic hazards. Traditionally they maintained the productivity of lower altitude, permanently cultivated fields of maize and tubers through the application of cattle manure, and they fed the cattle by daily harvesting of higher altitude grasslands for fodder. This adaptation was disrupted by a major and deadly eruption in 1994, which led to the temporary evacuation of Turgo. In the wake of this eruption, and in the context of the collapse of the 33- year long military dictatorship of President Soeharto in 1998 and the wider monetary crisis throughout the region in 1997–1998, the remaining inhabitants of Turgo switched wholesale to a less intensive system of market-oriented production of fodder, milk, and meat, which is more remunerative but still based on the exploitation of the unique environment of the volcano.( Michael R. Dove a, 2006)
Merapi berasal dari dua kata "meru" yang artinya gunung, dan "api" yang berarti gunung berapi.Merapi adalah salah satu gunung berapi yang teraktif di dunia. Mendengar nama Merapi akan terbayang sesuatu yang mengerikan, gunung ini masih aktif mengeluarkan asap berbau belerang dan sesekali menyemburkan lahar panas. Pada tahun 1998, gunung ini pernah menyemburkan asap wedhus gembel yang bisa melepuhkan kulit manusia. Berupa awan panas dan debu dengan suhu 3000 ºC yang meletus hingga ketinggian 3000 meter dari puncaknya.Pada tahun 1994 awan panas telah membunuh 66 orang di lereng sebelah barat daya.Gunung Merapi menjadi idola para pendaki.Perjalanan yang melelahkan dan berliku melintasi bukit-bukit terjal menjadi tantangan tersendiri yang harus mereka taklukkan.Maka, jangan heran kalau gunung tersebut selalu dikunjungi oleh pendaki.Gunung Merapi dapat didaki dari Selatan ( Kaliurang ) wilayah Sleman, Yogyakarta atau dari Utara ( Selo ) wilayah Boyolali atau dari sebelah Barat wilayah Magelang.
Dari kota yogya naik mobil ke Kaliurang, suatu kawasan pegunungan yang berhawa sejuk dengan ketinggian 1300m. Dilanjutkan dengan perjalanan menuju Desa Kimahrejo.Untuk menuju puncak diperlukan waktu sekitar 6 jam.Mendekati puncak Merapi kita harus berhati-hati, karena sering berjatuhan batu-batu dari puncak.
Dari Yogya menggunakan bus jurusan Semarang, turun di stasiun Blabak kota Magelang. Kemudian Disambung dengan Mobil kecil ke desa Sawangan, disambung lagi dengan mobil bak sayuran menuju desa Klakah, dari sini disambung lagi dengan mobil bak ke Selo.Disarankan apabila menuju ke Selo, sebaiknya melewati Boyolali, jangan dari Magelang karena sulitnya transportasi.
Untuk mencapai puncak Merapi, para pendaki diharuskan melewati jalur utara. Selain aman, jaraknya juga tidak begitu jauh dibandingkan dengan jalur lain. Jalur tersebut dimulai dari Kecamatan Selo, Boyolali.Untuk sampai ke daerah ini cukup gampang.Anda bisa naik bis jurusan Semarang - Solo dan turun di Boyolali. Dari sini Anda bisa meneruskan dengan bis jurusan Boyolali - Selo. Dari Selo atau tepatnya dari Dusun Plalangan, Anda dapat memulai perjalanan.
Dengan berjalan kaki melewati jalan Aspal menuju basecamp pendakian merapi di dukuh plalangan, desa Lencoh, kecamatan Selo, kabupaten Boyolali, dengan menempuh jarak lebih kurang 1 km dari jalan raya Boyolali-Magelang, ditambah dengan jalanan yang menanjak cukup untuk dijadikan pemanasan sebelum pendakian ke Gn.Merapi. Untuk ke puncak, hanya perlu waktu sekitar 6 jam sedangkan untuk turun diperlukan waktu sekitar 4 jam.Karena waktu tempuhnya cukup singkat, perjalanan bisa dimulai sekitar pukul 24.00, agar kita tiba Puncak Garuda bisa menikmati sunrise dengan jelas.Pendaki dapat beristirahat di basecamp yang dapat menampung sekitar 50 orang pendaki.Disini tersedia tempat untuk menginap. Siapkan persediaan air karena selama diperjalanan kita tidak akan menemui mata air.
Dari basecamp melalui jalan aspal kita berjalan hingga ujung jalan aspal dan akan menjumpai rumah joglo Pos1. Melalui jalan setapak di sebelah kiri bangunan ini perjalanan akan melintasi kebun penduduk yang banyak ditanami tembakau dan kol. Jalur sedikit menanjak namun banyak kerikil sehingga perlu hati-hati agar tidak terpeleset.Setengah perjalanan menuju Pos 2 berupa kebun penduduk, setengahnya lagi kita mulai memasuki hutan pinus yang terjal.Jalur ini berupa tanah namun banyak kerikil sehingga cukup menyulitkan perjalanan.
Mendekati pos 2 kita mulai melewati batu-batuan yang besar.Dari Pos 2 ini disiang hari kita sudah dapat menyaksikan Gn. Slamet dibelakang Gn.Sumbing, dan juga Gn.Sundoro.Gunung Merbabu tampak dekat dan sangat jelas kelihatan jalur-jalurnya.Gunung Lawu dari kejauhan di sebelah timur tampak memanjang. Dari Pos 2 menuju Pos 3 jalur akan banyak melewati batuan-batuan terjal, angin kencang mulai terasa sangat mengganggu. Gunakan jaket tebal, sarung tangan, dan penutup muka, karena dinginnya tiupan angin.Bila ingin beristirahat carilah celah- celah batu yang dapat melindungi kita dari hembusan angin kencang. Dimalam hari kita dapat menyaksikan gemerlapnya kota Boyolali.
Dari Pos 3 menuju Pasar Bubrah, kita akan berhadapan dengan batu-batu terjal. Disini pendaki harus berjalan sambil merangkak dibeberapa tempat yang terjal.Hembusan angin kencang sangat terasa.Di Pasar Bubrah ini terdapat suatu lembah dengan batu-batuan yang berserakan yang sangat luas menyerupai sebuah pasar tradisional.Konon, masyarakat menganggap pasar tersebut sebagai pasar para lelembut.
Dari Pasar Bubrah pendaki dapat melanjutkan pendakian ke Puncak Garuda.Puncak ini sudah rusak dan longsor sehingga sangat berbahaya untuk didaki.Selain sangat terjal dan mudah longsor juga angin kencang bertiup tiada hentinya. Jika tidak dapat mencapai puncak Garuda, pendaki dapat meneruskan pendakian ke puncak Gn. Kendit yang berada di samping Puncak Garuda
Dari puncak Garuda, Anda bisa melihat pemandangan yang menakjubkan, dimana kawah merapi berada di depan mata tak henti-hentinya mengeluarkan asap. Tampak pula, di sebelah utara, Gunung Merbabu yang menantang untuk ditaklukkan.Di seberang Barat dan Timur, Gunung Lawu dan Gunung Sindoro-Sumbing seperti gundukan-gundukan hijau. Jika cuaca cerah, pemandangan lebih mengasyikkan lagi, karena Anda bisa melihat kota Magelang dan Boyolali. Di puncak suhunya bisa mencapai 5 derajat sampai -8 derajat.
Gunung Merapi dipercaya sebagai tempat keraton makhluk halus.Panembahan Senopati pendiri kerajaan Mataram memperoleh kemenangan dalam perang melawan kerajaan Pajang dengan bantuan penguasa Merapi.Gunung Merapi meletus hingga menewaskan pasukan tentara Pajang, sisanya lari pontang-panting ketakutan.Penduduk yakin bahwa Gunung Merapi selain dihuni oleh manusia juga dihuni oleh Makhluk makhluk lainnya yang mereka sebut sebagai bangsa alus atau makhluk halus (Sudrajat, 2006).
Gunung Merapi tumbuh di atas titik potong antara kelurusan vulkanik Ungaran - Telomoyo - Merbabu - Merapi dan kelurusan vulkanik Lawu - Merapi - Sumbing - Sindoro - Slamet. Kelurusan vulkanik Ungaran-Merapi tersebut merupakan sesar mendatar yang berbentuk konkaf hingga sampai ke barat, dan berangsur-angsur berkembang kegiatan vulkanisnya sepanjang sesar mendatar dari arah utara ke selatan.Dapat diurut dari utara yaitu Ungaran Tua berumur Pleistosen dan berakhir di selatan yaitu di Gunung Merapi yang sangat aktif hingga saat ini. Kadang disebutkan bahwa Gunung Merapi terletak pada perpotongan dua sesar kwarter yaitu Sesar Semarang yang berorientasi utara-selatan dan Sesar Solo yang berorientasi barat-timur.
Secara morfologi tubuh gunung Merapi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng Tengah dan Lereng Kaki dan Dataran Kaki (Sari,1992). Kerucut puncak dibangun oleh endapan paling muda berupa lava dan piroklastik.Satuan lereng tengah dibangun oleh endapan lava, piroklastik dan lahar.Lereng kaki dan Dataran Kaki tersusun dari endapan piroklastik, lahar dan aluvial.Dari bentuknya, dibandingkan dengan gunungapi disebelahnya yaitu Gunung Merbabu, Gunung Merapi nampak jauh lebih runcing.Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bagian puncaknya relatif lebih cepat.Hal ini didukung pula oleh kenyataan bahwa pada saat ini produk aktivitas Merapi hanya tersebar pada jarak yang dekat dari puncak Merapi.
Kerucut puncak Merapi yang sering disebut sebagai Gunung Anyar merupakan bagian Merapi yang paling muda.Semua aktivitas Merapi terpusat pada puncak kerucut ini.Kawah utama Merapi saat ini berupa bukaan berbentuk tapal kuda yang mengarah ke barat-baratdaya.Morfologi kawah ini terbentuk sesudah letusan tahun 1961.Secara umum, dataran puncak Merapi tersusun dari kubah-kubah lava yang tidak terlongsorkan.Beberapa area di dataran puncak Merapi di luar kawah utama mengeluarkan banyak uap vulkanik yaitu di area Gendol dan Woro, bagian tenggara dataran puncak.Bagian lereng barat Merapi merupakan daerah aliran guguran dan piroklastik.Daerah ini merupakan daerah terbuka karena sering terlanda awanpanas.Daerah lereng timur sebagai bagian dari struktur Merapi Tua jarang terkena dampak aktivitas Merapi.Lereng ini lebih banyak tedutup dengan vegetasi.Morfologinya nampak dipisahkan dari kerucut-Merapi dengan sesar yang berbentuk tapal kuda yang melalui bawah Gunung ljo, lereng timur Merapi.
Lereng kaki Merapi tersusun dari punggungan-punggungan radial yang diselingi dengan hulu-hulu sungai.Beberapa sungai penting yang berada di lereng barat yaitu Batang, Bebeng, Putih, Blongkeng, Sat, Lamat dan Senowo.Alur-alur pada hulu sungai tersebut yang sering mendapat tambahan material produk letusan.Penelitian terdahulu dari G. Merapi menunjukkan bahwa sejarah G. Merapi cukup komplek dan pembagian detail dari sejarah Merapi sendiri masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Berbagai penelitian geologi yang dilakukan di Merapi antara lain Wirakusumah , Berthommier, Newhall & Bronto dan Newhall et al (in press). Wirakusumah membagi Geologi Merapi menjadi 2 kelompok besar yaitu Merapi Muda dan Merapi Tua.Penelitian yang dilakukan sesudahnya semakin merinci unit-unit stratigrafi di Merapi.
Secara garis besar sejarah G. Merapi dapat dibagi menjadi 4 bagian
1. Sebelum terbentuk Gunung Merapi
Pada masa ini sudah terdapat apa yang sekarang nampak sebagai Gunung Bibi, gunung basaltik andesit, yang terletak di lereng timur Merapi, termasuk di daerah Boyolali. Walaupun sama sepeni lava Merapi berjenis basalt-andesitik, batuan gunung Bibi berbeda dari batuan Merapi, karena tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 meter di atas muka laut.Lokasi ini dapat dicapai melalui desa Cepogo naik ke arah Merapi.Jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekitar 2.5 kilometer. Karena umurnya yang jauh lebih tua darl gunung Merapi bukit ini telah mengalami alterasi yang kuat, contoh batuan segar sudah sulit sekali ditemukan. Umurnya diperkirakan sekitar 700.000 tahun.
2. Awal mula Merapi
Pada masa ini mulal lahir Gunung Merapi dan merupakan fase awal dari pembentukannya.Kerucut G. Merapi belum terbentuk sempurna.Produk erupsinya bervariasi.Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun.Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltik; dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.
3. Merapi pertengahan
Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi.Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas.Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan "debris-avalanche" (sebagaimana terjadi di Mount St. Helens, dalam skala kecil), ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 kilometer, lebar 1-2 kilometer dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.
4. Merapi sekarang
Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar.Aktivitas Merapi terdiri dari aliran basalt dan andesit lava, awanpanas serta letusan magmatik dan phreatomagmatik.Kubah lava menjadi pusat aktivitas Gunung Merapi sampai saat ini.
Batuan dasar dari G. Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua.Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun.Letusan besar dari G. Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak + 23 km dari G. Merapi.Newhall et al (in press) juga menyatakan bahwa akibat letusan besar di masa lalu dari G. Merapi, material hasil letusannya diperkirakan telah membendung K. Progo yang kemudian membentuk danau.Namun demikian, waktu dari letusannya masih diperdebatkan.
Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu (490 + 100 yrs. B.P) (MN15 NB-1).Namun demikian, erupsi eksplosif dari G. Merapi yang teramati diperkirakan masih terjadi lagi pada sekitar 250 tahun yang menghasilkan Pasarbubar tephra.Meskipun demikian, letusannya relatif kecil dibandingkan letusan yang menghasilkan Selokopo tephra.
Berdasarkan pengamatan terhadap jenis endapan dan besar letusannya, letusan G. Merapi di masa lalu (3000 BP - 1800 AD) dapat dibedakan menjadi 3 (Andreastuti, 1999) kelompok:
Kelompok 1: Letusan kecil menghasilkan satu jenis endapan yang relatif tipis atau aliran lava.
Kelompok 2: Letusan medium menghasilkan endapan tephra yang menunjukkan asosiasi sederhana dari endapan yang ketebalannya relatif tipis.
Kelompok 3: letusan besar yang menghasilkan endapan tebal dengan asosiasi jenis endapan yang komplek.
Pembagian tersebutdiatas berlaku untuk kejadian letusan pra-1 800 AD.Bila diterapkan pada letusan sekarang (sesudah-1 800 AD), maka endapan yang terbentuk dapat digolongkan dalam kelompok 1, contohnya lava, awanpanas atau endapan surge dan kelompok 2, yaitu asosiasi endapan awanpanas dan surge.
Endapan hasil letusan yang sekarang berupa awanpanas yang meskipun cukup tebal (mencapai 8m), namun hanya tersebar di lembah-lembah tertentu.Hal ini menunjukkan bahwa letusannya relatif kecil.Pada letusan pra-1 800, hasil letusan berupa endapan jatuhan yang ketebalannya lebih tipis namun merata di sekitar gunung.Tekanan internal magma pada letusan yang menghasilkan awanpanas lebih kecil daripada yang menghasilkan letusan dengan endapan jatuhan.
Berdasarkan pengamatan geokimia, proses magmatilk dari G. Merapi mencakup proses diferensiasi dan suplai magma (Bahar, 1984, Berthommier, 1990; Andreastuti, 1999) dari dapur magma yang lebih dalam selain itu proses kontaminasi juga berperan dalam perkembangan magma dari G. Merapi (Bahar, 1984, Berthommier, 1990). Lebih jauh, Del Marmol (1989) menyatakan bahwa letusan dari G. Merapi terutama dipicu oleh perubahan kandungan air dan perubahan kecepatan kristalisasi magma.Dalam perkembangannya, sifat letusan G. Merapi menunjukkan sifat perubahan komposisi magma yang berulang dari basa ke asam.Komposisi SiO2 pada sekitar 1000 tahun terakhir mengalami variasi dengan nilai terendah sekitar 50.5 % sampal 56.5 %. Tentu saja perubahan komposisi in! akan berpengaruh pada tingkah laku Merapi. Walaupun perubahan SiO2 berfluktuasi, dalam jangka panjang terjadi kecenderungan kenaikan komposisi yang jelas.Hal ini tedilhat baik dari letusan yang sekarang maupun letusan masa lalu. Namun demikian, perubahan sifat letusan dari eksplosif menjadi efusif pada periode saat ini merupakan perubahan yang penting, karena berpengaruh pada jenis dan resiko dari letusan.Dibandingkan dengan letusan masa lampau, letusan masa kini relatif kecil (VEI 1-3).
Gunung Merapi merupakan gunungapi tipe basalt-andesitik dengan komposisi SiO2 berkisar antara 50-58 %.Beberapa lava yang bersifat lebih basa mempunyai SiO2 yang lebih rendah sampal sekitar 48%.Batuan Merapi tersusun dari plagiolklas, olivin, piroksen, magnetit dan amphibol.Plagioklas merupakan mineral utama pada batuan Merapi dengan komposisi sekitar 34%. Menurut del Marmol (1989), lava Merapi mempunyai tingkat kristalinitas 32 58% (fenokris > 0.2 mm). Sedangkan penelitian dari endapan tephra pra-1800 AD (Andreastuti, 1999), mengandung fenokris 15-50%. Asosiasi mineral dari endapan tephra Merapi , yaitu:
a. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen-hornblende
b. Plagioklas-hornblende-klinopiroksen
Asosiasi mineral (a) merupakan kelompok yang dominan untuk endapan pra-1800 AD. Sedangkan endapan lava dan tephra sesudah-1800 AD terutama mempunyai asosiasi mineral:
a. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen-hornblende-olivin
b. Plagioklas-klinopiroksen-ortopiroksen
Asosiasi mineral (b) adalah umum ditemukan dalam endapan tephra dan lava sesudah1800 AD.Batuan Merapi yang bersifat basalt-andesitik dan andesitik merupakan hasil evolusi dari high-Al basalt sebagai magma asalnya.Disamping differensiasi kristalisasi, magma Merapi dipengaruhi juga oleh adanya kontaminasi dari batuan mantel dan kerak bumL Adanya kontaminasi dari mantel bumi ditunjukkan dengan.adanya asimilasi antara olivin forsteritik dan high-Al basalt. Xenolith karbonat merupakan indikasi adanya kontaminasi dari batuan sedimen di kerak bumi Xenolith gabbro, walaupun tingkat kontaminasinya kecil, menjadi petunjuk adanya kontaminasi dari batuan tertua yang ditemukan di pulau Jawa.
Magma Merapi berasal dari high-Al basalt yang terkumpul di dapur magma.Magma basalt ini mempunyai kandungan air sekitar 2% berat. Dari analisis kristalisasi disimpulkan bahwa dapur magma berada pada suatu kedalaman antara 7-17 kilometer (estimasi petrografik) atau setara dengan tekanan lithostatik 2 sampai 5 kilobar. Kapur magma diperkirakan mempunyai volume sekitar 10 kmI. Nilai volume ini diperoleh dari perhitungan berdasarkan data laju erupsi, pertumbuhan kristal, ukuran kubah lava.
Bahaya gunung Merapi dapat dibedakan menjadi bahaya primer dan bahaya sekunder.Bahaya primer merupakan bahaya yang timbul sebagai akibat langsung dari letusan.Sedangkan, bahaya sekunder merupakan bahaya yang secara tidak langsung disebabkan oleh letusan atau produk letusan.Bahaya primer yaitu awanpanas letusan, lemparan material letusan dan abu letusan.Bahaya sekunder yaitu lahar, kerusakan rumah dan tempat tinggal dan bahkan kekurangan pangan.
Awanpanas saat ini merupakan kejadian yang paling berbahaya di Merapi.Suhu yang tinggi, mencapai 3000C merupakan faktor yang paling berbahaya dari awanpanas. Material panas hancuran dari kubah lava meluncur menyusuri lereng dengan asap yang membubung tinggi bergulung-gulung dengan kecepatan luncur yang dapat mencapal 90 kilometer per jam. Sebagai ilustrasi, jarak 5 kilometer dari puncak akan tercapai oleh awanpanas pada waktu 3-4 menit. Walaupun material awanpanas mengalir menyusuri alur hulu sungai, asap awanpanas mengikuti aliran materialnya dan dapat membubung tinggi mencapai 1-2 kilometer.
Awanpanas menyapu dan membakar daerah yang dilaluinya.Asap yang bergulung-gulung dapat membakar daerah sekitar jalur aliran. Sebagai aliran suspensi material abu, pasir, kerikil, batu dan gas yang bertekanan tinggi, awanpanas biasanya lebih tidak berisik dari pada guguran biasa.Awanpanas dari longsoran kubah lava aktif sangat berbahaya karena dapat terjadi sewaktu-waktu.
Kalau awanpanas sudah atau sedang terjadi penanggulangannya sangat sulit.Bahaya awanpanas hanya bisa dihindari dengan tidak terlalu dekat dengan jalur-jalur awanpanas yaitu hulu-hulu sungai yang ada di lereng Merapi. Karena awanpanas Merapi terutama berasal dari kubah lava maka alur yang paling mungkin terkena adalah daerah yang ada lurus di bawah lidah kubah lava aktif dan disebelah kanan-kiri dari alur tersebut.Sampai saat ini ancaman awanpanas masih ke arah sektor selatan, barat daya, baratdan barat laut. Kubah lava Merapi mempunyai orientasi yang bervariasi dari waktu ke waktu sehingga tingkat resiko bahaya di suatu daerah juga tergantung kondisi kubah pada saat itu.Lontaran bahan letusan, walaupun saat ini jarang terjadi, juga berbahaya bagi kampungkampung yang berada pada posisi dekat, kurang dari 3 kilometer dari Merapi. Lontaran bahan letusan hanya terjadi pada saat letusan mengarah vertikal atau jenis letusan vulkanian dan plinian. Bahaya in! juga mengancam para pendaki yang sedang melakuka.n pendakian di G. Merapi pada saat aktivitas Merapi sedang giat-giatnya. Itulah sebabnya pada saat status Merapi dalam tingkat "Siaga" dianjurkan untuk tidak melakukan pendakian.
Abu letusan, atau hujan abu, bukan merupakan bahaya yang besar bagi penduduk.Iritasi tenggorokan merupakan kejadian yang paling sering dialami oleh penduduk yang terkena hujan abu.Abu pada beberapa kasus dapat mematikan tanaman pertanian penduduk.Masker penutup hidung (dari kain) sudah cukup untuk mengurangi dampak negatif abu vulkanik.
Gas beracun di Merapi hampir tidak ada.Namun demikian bagi para pendaki yang berada di puncak Merapi dan terlalu dekat dengan solfatara tetap acta resiko untuk terserang keracunan gas vulkanik.Dianjurkan untuk menggunakan masker gas atau paling tidak saputangan yang dibasahi air untuk menutup hidung pada saat berada di daerah solfatara Merapi di puncak.
Lahar merupakan aliran lumpur dan batu dari material hasil erupsi yang oleh karena adanya tambahan air dari hujan terbawa turun dan mengalir sebagai aliran pekat.Dua unsur penyusun lahar yaitu material lahar yang berupa endapan hasil erupsi yang berada di lereng Merapi dan air yang berasal dari hujan.Material lahar yang sangat berpotensi adalah material hasil erupsi yang masih baru dan belum terpadatkan.Itulah sebabnya resiko lahar cukup tinggi apabila terjadi hujan lebat dalam beberapa hari/minggu sesudah letusan.Selama ini aliran pada umumnya mengalir di alur-alur sungai yang berhulu di Merapi.
Demikian sehingga bahaya lahar mengancam terutama para penambang pasir di alur sungai di lereng Merapi.Disamping bahayanya lahar juga bermanfaat karena menurunkan material pasir ke ketinggian yang lebih rendah.Cara penanggulangan lahar saat yang paling sederhana adalah dengan menghindari alur sungai pada saat terjadi hujan lebat di lereng Merapi terutama yang masih terdapat material lepasnya.
Bentang alam volkanik adalah bentang alam yang pembentukannya dikontrol oleh proses keluarnya magma dari dalam bumi.Bentang alam volkanik umumnya dihubungkan dengan gerak tektonik, gunungapi-gunungapi sebagian besar dijumpai di depan zona penunjaman (subduction zone)
Tipe Erupsi Gunungapi
1. Tipe Hawaii
Tipe gunungapi ini dicirikan oleh lava cair dan tipis yang dalam perkembangannya akan membentuk tubuh gunungapi tipe perisai. Sifat magma yang sangat cair memungkinkan terbentuk lava pijar yang disebabkan oleh arus konveksi pada danau lava dan akan mancur, dimana lava banyak mengandung gas, sehingga yang ringan akan terlempar ke atas sedangkan yang berat setelah gas hilang akan tenggelam lagi. Tipe ini banyak ditemukan di Hawaii, seperti di Gunung Kilauea dan Gunung Maunaloa.
2. Tipe Stromboli
Tipe ini sangat khas untuk Gunung Stromboli dan beberapa gunungapi lainnya yang sedang meningkat kegiatan volkanismenya.Magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering dijumpai letusan pendek disertai ledakan.Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapili dan setengah padatan bongkah lava.
3. Tipe Volkano
Tipe ini dicirikan oleh awan debu membentuk bunga kol karena gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah.Tipe ini memiliki tekanan gas relatif sedang dan lavanya tidak begitu cair. Berdasarkan kekuatan letusannya, tipe ini dibedakan menjadi tipe volkano kuat, contohnya Gunung Vesusius dan Gunung Etna dan tipe volkano lemah, sebagai contohnya Gunung Raung dan Gunung Bromo.
4. Tipe Merapi
Tipe ini dicirikan oleh lavanya yang kental, dapur magma relatif dangkal dan tekanan gas yang agak rendah. Karena sifat magmanya tersebut, maka terbentuk sumbat atau kubah lava, sementara bagian bawah dari sumbat lava tersebut akan cenderung dalam keadaan masih cair. Kubah lava yang gugur akan menyebabkan terjadinya awan panas guguran. Jika semakin tinggi tekanan gas karena pipa kepundan tersumbat, maka akan menyebabkan terjadinya letusan dan akan membentuk awan panas letusan.
5. Tipe Pelee
Tipe ini memiliki kekentalan magma hampir sama dengan tipe Merapi, tetapi memiliki tekanan gas yang cukup besar. Ciri khasnya adalah adanya letusan gas ke arah lateral.
6. Tipe Vincent
Tipe Vincent ini memiliki lava yang agak kental, tekanan gas sedang dan terdapat danau kawah yang pada waktu meletus akan dimuntahkan membentuk lahar letusan dengan suhu sekitar 100o C kemudian akan disusul oleh pelontaran bahan lepas berupa bom, lapili dan awan pijar.
7. Tipe Perret atau Plinian
Tipe ini dicirikan oleh tekanan gas yang sangat kuat dan lava cair.Sifat letusannya merusak diduga ada kaitannya dengan perkembangan pembentukan kaldera (Miranti, 2007).
Gunung adalah tanah yang menonjol ke atas lebih tinggi daripada wilayah di sekitarnya yang terbentuk akibat adanya gerakan lempeng tektonik, gerakan epeirogenik atau gerakan orogenik. Dibandingkan dengan bukit, gunung bentuknya lebih tinggi dan lebih curam daripada bukit.
Gunung api adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairanmagma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan kepermukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.
Berdasarkan sumber erupsinya dibedakan menjadi empat:
(1) erupsi pusat, erupsi keluarmelalui kawah utama;
(2) erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya;
(3) erupsicelah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa kilometer;
(4) erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yangmenyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri
Struktur gunung api terdiri atas:
1. struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif ataudepresi akibat kegiatan suatu gunungapi, bentuknya relatif bundar.
2. kaldera, bentukmorfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kalderaletusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kalderaruntuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunungapi akibat pengeluaran material yangsangat banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuhgunungapi diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi terusmenerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera.
3. rekahan dan graben, retaka-retakan atau patahan pada tubuh gunungapi yang memanjang mencapai puluhankilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok diantara rekahan disebut graben (Subandarumidi, 2010)
1. Bencana alam dan bencana anthropogene oleh prof.ir. msc.phd
Kanisius.2010
2. Buku geografi smp dan mts VII oleh dan wirastuti widyatama.erlangga.2010
3. Gunung api di indonesia.oleh s.si dan tessa febiani s.t.erlangga 2010
Terdapat beberapa jenis gunung berapi. Pembahagian jenis gunung berapi berdasarkan ciri-ciri bentuk gunung berapi, jenis lava dan bahan yang membentuk gunung berapi.
Jenis dan ciri-ciri gunung berapi
Gunung berapi lava asid
• letusan gunung berapi amat kuat.
• lava sangat likat dan mengalir dengan perlahan.
• mempunyai cerun yang curam.
• contoh: Gunung Vesuvius di Itali.
Gunung berapi lava bes
• mempunyai cerun yang landai.
• lava sangat panas dan cair.
• lava mengalir dengan laju.
• contoh: Gunung Mauna Loa di Hawaii.
Gunung berapi komposit
• dikenali sebagai stratokun.
• kon utama terbina daripada abu dan lava.
• kon-kon kecil terbentuk di cerun-cerun kon utama.
• kon-kon kecil dinamakan kon parasit.
• contoh: Gunung Fuji di Jepun, Gunung Mayon di Filipina.
Gunung berapi abu dan sinder
• terbentuk daripada letupan yang sangat kuat.
• mengeluarkan bahan piroklas seperti lapilli, abu, bom, serpihan kecil dan gas.
• bahan piroklas akan jatuh di sekitar lohong dan membentuk cerun yang curam.
• contoh: Gunung Paricutin di Mexico.
Gunungapi terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapiberawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dansebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa tulang belulangmanusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.
Sebagai contoh banyak ditemukan kerangka manusia di kota Pompeii dan Herculanum yangterkubur oleh endapan letusan G. Vesuvius pada 79 Masehi. Fosil yang terawetkan baik padaabu vulkanik berupa tapak kaki manusia Australopithecus berumur 3,7 juta tahun di daerahLaetoli, Afrika Timur. Penanggalan fosil dari kerangka manusia tertua, Homo babilisberdasarkan potassium-argon (K-Ar) didapat umur 1,75 juta tahun di daerah Olduvai.Penemuan fosil yang diduga sebagai manusia pemula Australopithecus afarensis berumur 3,5juta tahun di Hadar, Ethiopia, dan penanggalan umur benda purbakala tertua yang terbuat darilava berumur 2,5 juta tahun ditemukan di Danau Turkana, Afrika Timur. Perkembangan benda-benda purba dari yang sederhana kemudian meningkat menjadi benda-benda yang disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti pemotong, kapak tangan dan lainnya, terbuat dariobsidian yang berumur Paleolitik Atas.
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samuderayang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempabumi dan gunungapi. Planet bumi mepunyaibanyak cairan dan air di permukaan. Kedua factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukandan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi (Dini Natalia,2010).
Bahaya letusan gunungapi dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung(sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia. Bahaya yang langsung oleh letusangunungapi adalah :
1. Leleran lava
leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusaksegala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung darikekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauhjangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikangunungapi, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukuplamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya
2. Aliran piroklastik (awan panas)
aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian,letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh
3. Jatuhan piroklastik
Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukuptinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah anginkemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalantertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapatmenggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.
4. Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunungapi yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancamanlangsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
5. Gas vulkanikberacun
Gas beracun umumnya muncul pada gunungapi aktif berupa CO, CO2,HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh (Dwi Kartiko Wardani,2010).
Gunung Merapi (2968 m dpl.) sebagai salah satu gunung api aktif Indonesia telah banyak menarik perhatian masyarakat, baik karena aktivitasnya maupun keunikannya bila ditinjau dari sisi ilmiah maupun budaya. Banyak penelitian yang telah dilakukan berkaitan dengan pemantauan untuk keperluan mitigasi maupun untuk peningkatan pemahaman terhadap karakteristik Gunung Merapi itu sendiri.
Seperti diketahui, selama ini letusan Merapi dikenal selalu mengarah ke barat atau barat daya. Hal ini dapat dipahami karena kawah aktif Gunung Merapi saat ini terbuka ke arah barat - barat daya. Sehingga selama pertumbuhan kubah lava masih di dalam dan belum melampaui dinding kawah, maka letusan akan mengarah ke barat - barat daya. Namun bila dinding kawah telah terlampaui dan pertumbuhan kubah melimpah keluar kawah, maka kondisi ini dapat mengganggu kestabilan kubah. Hal tersebut akan mendorong longsornya kubah dan menyebabkan letusan yang terjadi mengarah ke sektor tersebut. Letusan tahun 1954-1956 yang mengarah ke utara merupakan contoh kasus tersebut. Dalam sejarah letusannya, Gunung Merapi dicirikan dengan perubahan yang sangat berarti pada tipe letusannya. Pada masa sekarang, letusan Gunung Merapi berkaitan dengan pertumbuhan dan gugurnya kubah lava, dan menghasilkan awan panas yang oleh kalangan ahli gunung api disebut sebagai Tipe Merapi karena sifatnya yang khas. Tipe letusan ini juga disebut “Wedhus Gembel” oleh masyarakat di sekitar Merapi. Dalam sejarah letusannya tercatat letusan yang paling tua diketahui adalah tahun 1006 (Data Dasar Gunung Api, 1979). Namun catatan terperinci mengenai letusan ini tidak diketahui.
Selama ini telah banyak perdebatan yang terjadi di masyarakat berkaitan dengan kebenaran letusan besar 1006. Ketika tahun tersebut diperdebatkan sebagai tahun terjadinya letusan besar, banyak asumsi diajukan untuk mendukung atau menolak teori tersebut. Angka tahun letusan sesungguhnya masih dipertanyakan dan perlu penelitian tentang kebenarannya. Demikian juga peristiwa kejadian dan tingkat letusannya masih merupakan pertanyaan para penulis.
Asumsi terdahulu menyebutkan bahwa longsornya Merapi dan letusannya yang besar pada tahun 1006 telah menyebabkan perpindahan Kerajaan Hindu Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur (Ijzerman, 1891; Scheltema, 1912; Labberton, 1922; van Bemmelen, 1949, 1956, 1971). Tetapi pernyataan ini disanggah oleh Boechari (1976), karena Mpu Sindok telah memerintah di Delta Brantas pada waktu itu (Priatna, 2006).
Kawasan gunung api di Indonesia merupakan daerah pertanian yang subur dan selalu padat pen- duduk sejak zaman dahulu, walaupun tidak lepas dari ancaman bencana letusan. Dalam rekaman sejarah gunung api di dunia, tercatat sepuluh letusan besar yang menelan korban lebih dari 211.000 jiwa, dua di antaranya terjadi di Indonesia, yaitu Gunung Tambora tahun 1815 (lebih dari 80.000 jiwa), dan Gunung Krakatau tahun 1883 (36.000 jiwa (David son & Da Silva, 2000; Pratomo & Abdurachman, 2004) (Tabel 1).
Berdasarkan catatan Pusat Vulkanologi dan Miti-Bencana Geologi, gunung api aktif di Indonesia terbagi dalam tiga kelompok berdasarkan sejarah letusannya, yaitu tipe A (79 buah), adalah gunung api yang pernah meletus sejak tahun 1600, tipe B (29 buah) adalah yang diketahui pernah meletu sebelum tahun 1600 dan tipe C (21 buah) adalah lapangan solfatara dan fumarola (Bemmelen, 1949; van Padang, 1951; Kusumadinata 1979).
Pengelompokan gunung api aktif seperti tersebut di atas, hanya berdasarkan pernah dan tidaknya gu- nung api tersebut meletus sejak tahun 1600, sehingga tidak menginformasikan jenis ancaman bahaya dan karakteristik gunung api tersebut secara sistematik. Klasifikasi gunung api ini dibuat agar dapat dipergu- nakan sebagai acuan dalam penelitian dan pengembangan gunung api aktif di Indonesia agar dapat mengantisipasi ancaman bahaya letusannya secara efektif. Data dan informasi yang dipergunakan merupakan hasil kajian dan penelitian penulis sejak tahun 1980, dengan acuan lain dari makalah, laporan, dan pustaka baik nasional maupun internasional. Selain itu, Pratomo dan Abdurachman (2004) juga pernah membahas secara singkat sebagian isi makalah ini dalam Majalah Mineral dan Energi Volume 2 Nomor 4 September 2004, terbitan Badan Penelitian dan Pengembangan Energi dan Sumber Daya Mineral (Supriati,2006).
BAB III
METODE PERCOBAAN
A. Tempat dan Waktu
Percobaan kali ini dilaksanakan di Museum Merapi dan lapangan Instiper tepatnya di desa Serunen, berlangsung pada hari Sabtu tanggal 14 Mei 2011.
B. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Alattulis
2. Kamera
C. MetodePercobaan
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam percobaan ini, praktikan mempergunakan metode eksperimen dan kepustakaan. Adapun teknik-teknik yang dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Metode eksperimen
Praktikan melakukan percobaan dengan mengalami sendiri atau melakukan sendiri, mengikuti suatu proses, mengamati suatu obyek, keadaan atau proses sesuatu sehingga diperoleh suatu kebenaran atau mencoba mencari suatu hukum atau dalil, serta menarik kesimpulan dari proses yang dilakukan.
2. Studi Pustaka
Pada metode ini, penulis menggunakan dan mempelajari buku-buku dan literatur (text book) yang berhubungan dengan percobaan yang akan dilakukan, sehingga akan diperoleh data yang akurat dari berbagai sumber maupun tokoh pengarang.
3. Internet
Karena semakin majunya teknologi berbasis internet yang mempermudah penggunanya, praktikan mencari materi yang berhubungan dengan percobaan yang dilakukan melalui situs di internet sehingga bhan materi yang diperoleh akan semakin sempurna.
D. Cara Kerja
1. Mempersiapkanalatdanbahan yang akandigunakan.
- kelompok 1 dan 2 tentangsuksesi
- kelompok 3, 4 dan 5 tentanggeomorfologi
- kelompok 6 dan 7 wawancaratentangkehidupanekonomidan social pascaletusanmerapi
2. Kelompokpraktikumdibagimenjadi 7 tema , yaitu:
3. Melakukanobservasisesuaidengantemamasing-masing, baikobservasilangsungmaupun data sekunder
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No Obyek Penelitian Hasil
1. Suksesi Suksesi yang ada yang di Desa Srunen adalah suksesi sekunder. Karena di tempat tersebut masih ada sisa-sisa kehidupan. Seperti benih dan penduduk yang masih nertahan di tempat tersebut.
2. Geomorfologi Keadaan sekitar Merapi
Pra meletusnya Merapi
- Masih terdapat pepohinan hijau, seperti cemara,pisang,rumput dll
- Batuannya bersifat basal,basaltik
- Masih terdapat aliran-aliran sungai yang normal
- Kubah lava normal
Pasca letusan Merapi
- Pepohonan mengering,layu dan mati
- Batuan yang muncul yaitu, batuan baru ( campuran batuan lama dan magma gunung merapi, bom gunung merapi dan batuan endapan), batuan endapan,batuan biasa dan menjadi mamterial biasa.
- Sungai dikarenakan material menumpuk sungai menjadi lebih sempit dan dangkal
- Kubah lava baru menjadi lebih tinggi
3. Keadaan sosial masyarakat - Penduduk masih memerlukan bantuan karena bantuan dari pemerintah sangat minim dan bahkan kurang
- Peternakan dan pertanian masih belum bisa berjalan karena lahan masih rusak
- Penduduk masih kesulitan air
- Banyak penduduk yang beralih profesi sebagai penambang material merapi
- Penduduk tidak mau relokasi karena sudah mempunyai tanah di daerah merapi yang bisa mereka garap dan tempati. Penduduk juga masih percaya kepada mytos-mytos yang ada tentang merapi bahwa di Merapi ada pelindung bagi mereka. Selain itu penduduk tidak mau relokasi karena pemerintah hana menyediakan lahan saja.
B. PEMBAHASAN
I. Museum Gunung Merapi
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum mengunjungi Museum Gunung Merapi adalah untuk mengetahui sejarah, perkembangan, dan dampak letusan merapi.
b. Deskripsi Museum Gunung Merapi
Merapi Jendela Bumi, itulah tema yang diambil Museum Gunung Merapi (MGM). Museum ini terletak di Dusun Banteng, Desa Hargobinangun, Kecamatan Pakem, Kabupaten Sleman. Sudah mulai beroperasidan diresmikan 1 Oktober 2009. Peresmian dipimpin Kepala Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral R Sukyar mewakili Menteri ESDM. Hadir pula Asisten I Pemprov DIY Tavip Agus Rayanto dan Wakil Bupati Sleman Sri Purnomo. Letak musium ani sekitar 9 Km dari puncak merapi. Lokasi ini dipilih karena sepanjang sejarah lokasi ini belum pernah terkena letusan merapi.
MGM mempunyai luas 3,5 hektar dengan luas bangunan 4.470 meter persegi yang terdiri dari dua lantai. Museum ini akan difungsikan untuk wahana informasi, penelitian, pendidikan, dan wisata tentang kegunungapian.Fasilitas yang ditampilkan antara lain maket Gunung Merapi, animasi erupsi Merapi, plasa tematis, gedung teater, dan foto-foto dokumentasi aktivitas gunung-gunung berapi dunia.
Yang dilihat dari MGM adalah beberapa koleksi benda utama yang dipajang di MGM antara lain “batu bom” Gunung Merapi atau “vulcanic bomb”, yakni batuan pijar berdiameter 65 mm lebih yang terbentuk dari lontaran material letusan Merapi. Selain itu juga dipajang barang milik warga di kawasan wisata Kaliadem yang tertimbun lahar panas erupsi Gunung Merapi 2006 seperti wajan, panci, piring dan alat masak lainnya yang rusak terkena erupsi Merapi, serta rangka sepeda motor milik korban yang tewas di bungker Kaliadem 14 Juni 2006.
Ada juga foto-foto Gunung Merapi, serta foto erupsi Gunung Merapi dari 1900 hingga 2007, batu-batuan gunung dan diorama Gunung Merapi.
Lokasi MGM merupakan satu jalur ke obyek wisata kaliurang. Untuk menuju MGM dapat melalui dua jalur, yaitu Jalan Kaliurang dari sisi timur dan Jalan Boyong (menuju Kaliurang bagian barat) dari sisi barat. Apabila melalui sisi timur sebelum masuk pintu gerbang kurang lebih 1 kilometer belok kiri kira‑kira 2 kilometer sudah sampai kelokasi. Kalau melalui arah barat pengunjung bisa lewat Jalan Boyong setelah pintu gerbang masuk kawasan Kaliurang belok kanan. Jalannya saat ini sedang dalam pengerjaan, jalannya cukup lebar karena dibuat dua jalur, jalur keluar dan masuk.
c. Perkembangan Gunung Merapi dari tahun ke tahun
Gunung Merapi adalah gunung termuda dalam rangkaian gunung berapi yang mengarah ke selatan dari Gunung Ungaran. Gunung ini terbentuk karena aktivitas di zona subduksi Lempeng Indo-Australia yang bergerak ke bawah Lempeng Eurasia menyebabkan munculnya aktivitas vulkanik di sepanjang bagian tengah Pulau Jawa. Puncak yang sekarang ini tidak ditumbuhi vegetasi karena aktivitas vulkanik tinggi. Puncak ini tumbuh di sisi barat daya puncak Gunung Batulawang yang lebih tua.
Proses pembentukan Gunung Merapi telah dipelajari dan dipublikasi sejak 1989 dan seterusnya. Berthomier, seorang sarjana Prancis, membagi perkembangan Merapi dalam empat tahap.
Tahap pertama adalah Pra-Merapi (sampai 400.000 tahun yang lalu), yaitu Gunung Bibi yang bagiannya masih dapat dilihat di sisi timur puncak Merapi. Tahap Merapi Tua terjadi ketika Merapi mulai terbentuk namun belum berbentuk kerucut (60.000 – 8000 tahun lalu). Sisa-sisa tahap ini adalah Bukit Turgo dan Bukit Plawangan di bagian selatan, yang terbentuk dari lava basaltik. Selanjutnya adalah Merapi Pertengahan (8000 – 2000 tahun lalu), ditandai dengan terbentuknya puncak-puncak tinggi, seperti Bukit Gajahmungkur dan Batulawang, yang tersusun dari lava andesit. Proses pembentukan pada masa ini ditandai dengan aliran lava, breksiasi lava, dan awan panas. Aktivitas Merapi telah bersifat letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan runtuhan material ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal kuda dengan panjang 7 km, lebar 1-2 km dengan beberapa bukit di lereng barat. Kawah Pasarbubar (atau Pasarbubrah) diperkirakan terbentuk pada masa ini. Puncak Merapi yang sekarang, Puncak Anyar, baru mulai terbentuk sekitar 2000 tahun yang lalu. Dalam perkembangannya, diketahui terjadi beberapa kali letusan eksplosif dengan VEI 4 berdasarkan pengamatan lapisan tefra.
Karakteristik letusan sejak 1953 adalah desakan lava ke puncak kawah disertai dengan keruntuhan kubah lava secara periodik dan pembentukan awan panas (nuée ardente) yang dapat meluncur di lereng gunung atau vertikal ke atas. Letusan tipe Merapi ini secara umum tidak mengeluarkan suara ledakan tetapi desisan. Kubah puncak yang ada sampai 2010 adalah hasil proses yang berlangsung sejak letusan gas 1969.
Pakar geologi pada tahun 2006 mendeteksi adanya ruang raksasa di bawah Merapi berisi material seperti lumpur yang secara “signifikan menghambat gelombang getaran gempa bumi”. Para ilmuwan memperkirakan material itu adalah magma. Kantung magma ini merupakan bagian dari formasi yang terbentuk akibat menghunjamnya Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
Letusan-letusan kecil terjadi tiap 2-3 tahun, dan yang lebih besar sekitar 10-15 tahun sekali. Letusan-letusan Merapi yang dampaknya besar tercatat di tahun 1006 (dugaan), 1786, 1822, 1872, dan 1930. Letusan pada tahun 1006 membuat seluruh bagian tengah Pulau Jawa diselubungi abu, berdasarkan pengamatan timbunan debu vulkanik. Ahli geologi Belanda, van Bemmelen, berteori bahwa letusan tersebut menyebabkan pusat Kerajaan Medang (Mataram Kuno) harus berpindah ke Jawa Timur. Letusan pada tahun 1872 dianggap sebagai letusan terkuat dalam catatan geologi modern dengan skala VEI mencapai 3 sampai 4. Letusan terbaru, 2010, diperkirakan juga memiliki kekuatan yang mendekati atau sama. Letusan tahun 1930, yang menghancurkan tiga belas desa dan menewaskan 1400 orang, merupakan letusan dengan catatan korban terbesar hingga sekarang.
Letusan bulan November 1994 menyebabkan luncuran awan panas ke bawah hingga menjangkau beberapa desa dan memakan korban 60 jiwa manusia. Letusan 19 Juli 1998 cukup besar namun mengarah ke atas sehingga tidak memakan korban jiwa. Catatan letusan terakhir gunung ini adalah pada tahun 2001-2003 berupa aktivitas tinggi yang berlangsung terus-menerus. Pada tahun 2006 Gunung Merapi kembali beraktivitas tinggi dan sempat menelan dua nyawa sukarelawan di kawasan Kaliadem karena terkena terjangan awan panas. Rangkaian letusan pada bulan Oktober dan November 2010 dievaluasi sebagai yang terbesar sejak letusan 1872 dan memakan korban nyawa 273 orang (per 17 November 2010), meskipun telah diberlakukan pengamatan yang intensif dan persiapan manajemen pengungsian. Letusan 2010 juga teramati sebagai penyimpangan dari letusan “tipe Merapi” karena bersifat eksplosif disertai suara ledakan dan gemuruh yang terdengar hingga jarak 20-30 km.
Gunung ini dimonitor non-stop oleh Pusat Pengamatan Gunung Merapi di Kota Yogyakarta, dibantu dengan berbagai instrumen geofisika telemetri di sekitar puncak gunung serta sejumlah pos pengamatan visual dan pencatat kegempaan di Ngepos (Srumbung), Babadan, dan Kaliurang.
Di bulan April dan Mei 2006, mulai muncul tanda-tanda bahwa Merapi akan meletus kembali, ditandai dengan gempa-gempa dan deformasi. Pemerintah daerah Jawa Tengah dan DI Yogyakarta sudah mempersiapkan upaya-upaya evakuasi. Pada tanggal 15 Mei 2006 akhirnya Merapi meletus. Lalu pada 4 Juni, dilaporkan bahwa aktivitas Gunung Merapi telah melampaui status awas. Kepala BPPTK Daerah Istimewa Yogyakarta, Ratdomo Purbo menjelaskan bahwa sekitar 2-4 Juni volume lava di kubah Merapi sudah mencapai 4 juta meter kubik – artinya lava telah memenuhi seluruh kapasitas kubah Merapi sehingga tambahan semburan lava terbaru akan langsung keluar dari kubah Merapi. Pada 1 Juni, Hujan abu vulkanik dari luncuran awan panas Gunung Merapi yang lebat, tiga hari belakangan ini terjadi di Kota Magelang dan Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Muntilan sekitar 14 kilometer dari Puncak Merapi, paling merasakan hujan abu ini.
8 Juni, Gunung Merapi pada pukul 09:03 WIB meletus dengan semburan awan panas yang membuat ribuan warga di wilayah lereng Gunung Merapi panik dan berusaha melarikan diri ke tempat aman. Hari ini tercatat dua letusan Merapi, letusan kedua terjadi sekitar pukul 09:40 WIB. Semburan awan panas sejauh 5 km lebih mengarah ke hulu Kali Gendol (lereng selatan) dan menghanguskan sebagian kawasan hutan di utara Kaliadem di wilayah Kabupaten Sleman.
Peningkatan status dari “normal aktif” menjadi “waspada” pada tanggal 20 September 2010 direkomendasi oleh Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta. Setelah sekitar satu bulan, pada tanggal 21 Oktober status berubah menjadi “siaga” sejak pukul 18.00 WIB. Pada tingkat ini kegiatan pengungsian sudah harus dipersiapkan. Karena aktivitas yang semakin meningkat, ditunjukkan dengan tingginya frekuensi gempa multifase dan gempa vulkanik, sejak pukul 06.00 WIB tangggal 25 Oktober BPPTK Yogyakarta merekomendasi peningkatan status Gunung Merapi menjadi “awas” dan semua penghuni wilayah dalam radius 10 km dari puncak harus dievakuasi dan diungsikan ke wilayah aman.
Erupsi pertama terjadi sekitar pukul 17.02 WIB tanggal 26 Oktober. Sedikitnya terjadi hingga tiga kali letusan. Letusan menyemburkan material vulkanik setinggi kurang lebih 1,5 km dan disertai keluarnya awan panas yang menerjang Kaliadem, Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman.[11] dan menelan korban 43 orang, ditambah seorang bayi dari Magelang yang tewas karena gangguan pernafasan.
Sejak saat itu mulai terjadi muntahan awan panas secara tidak teratur. Mulai 28 Oktober, Gunung Merapi memuntahkan lava pijar yang muncul hampir bersamaan dengan keluarnya awan panas pada pukul 19.54 WIB. Selanjutnya mulai teramati titik api diam di puncak pada tanggal 1 November, menandai fase baru bahwa magma telah mencapai lubang kawah.
Namun demikian, berbeda dari karakter Merapi biasanya, bukannya terjadi pembentukan kubah lava baru, malah yang terjadi adalah peningkatan aktivitas semburan lava dan awan panas sejak 3 November. Erupsi eksplosif berupa letusan besar diawali pada pagi hari Kamis, 4 November 2010, menghasilkan kolom awan setinggi 4 km dan semburan awan panas ke berbagai arah di kaki Merapi. Selanjutnya, sejak sekitar pukul tiga siang hari terjadi letusan yang tidak henti-hentinya hingga malam hari dan mencapai puncaknya pada dini hari Jumat 5 November 2010. Menjelang tengah malam, radius bahaya untuk semua tempat diperbesar menjadi 20 km dari puncak. Rangkaian letusan ini serta suara gemuruh terdengar hingga Kota Yogyakarta (jarak sekitar 27 km dari puncak), Kota Magelang, dan pusat Kabupaten Wonosobo (jarak 50 km). Hujan kerikil dan pasir mencapai Kota Yogyakarta bagian utara, sedangkan hujan abu vulkanik pekat melanda hingga Purwokerto dan Cilacap. Pada siang harinya, debu vulkanik diketahui telah mencapai Tasikmalaya, Bandung,dan Bogor.
Bahaya sekunder berupa aliran lahar dingin juga mengancam kawasan lebih rendah setelah pada tanggal 4 November terjadi hujan deras di sekitar puncak Merapi. Pada tanggal 5 November Kali Code di kawasan Kota Yogyakarta dinyatakan berstatus “awas”.
Letusan kuat 5 November diikuti oleh aktivitas tinggi selama sekitar seminggu, sebelum kemudian terjadi sedikit penurunan aktivitas, namun status keamanan tetap “Awas”. Pada tanggal 15 November 2010 batas radius bahaya untuk Kabupaten Magelang dikurangi menjadi 15 km dan untuk dua kabupaten Jawa Tengah lainnya menjadi 10 km. Hanya bagi Kab. Sleman yang masih tetap diberlakukan radius bahaya 20 km.
• Alat yang digunakan untuk mengetahui akan terjadinya letusan Merapi
- Seismometer
Seismometer mempunyai arti (bahasa Yunani: seismos: gempa bumi dan metero: mengukur) adalah alat atau sensor getaran, yang biasanya dipergunakan untuk mendeteksi gempa bumi atau getaran pada permukaan tanah. Hasil rekaman dari alat ini disebut seismogram.
Prototip dari alat ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 132 SM oleh matematikawan dari Dinasti Han yang bernama Chang Heng. Dengan alat ini orang pada masa tersebut bisa menentukan dari arah mana gempa bumi terjadi.
Dengan perkembangan teknologi dewasa ini maka kemampuan seismometer dapat ditingkatkan, sehingga bisa merekam getaran dalam jangkauan frekuensi yang cukup lebar. Alat seperti ini disebut seismometer broadband.
- Seismograf
Seismograf adalah sebuah perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi.
Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip seperti pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram.
Seismograf memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi. Gelombang seismik yang terjadi selama gempa tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram. Seismologist mengukur garis-garis ini dan menghitung besaran gempa.
Dahulu, seismograf hanya dapat mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini seismograf sudah dapat merekam gerakan-gerakan vertikal dan lateral. Seismograf menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua jenis gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun gerakan horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah vertikal atau horizontal.
Seismograf modern menggunakan elektromagnetik seismographer untuk memindahkan volatilitas sistem kawat tarik ke suatu daerah magnetis. Peristiwa-peristiwa yang menimbulkan getaran kemudian dideteksi melalui spejlgalvanometer.
Ukuran Skala Richter Keterangan
1,0 - 3,0 Tidak diberi label oleh manusia.
3,0 - 3,9 Dirasakan oleh masyarakat di sekitar pusat gempa. Lampu gantung mulai goyang.
4,0 - 4,9 Terasa sekali getarannya. Jendela bergetar san bergeruruk, permukaan air beriak-riak, daun pintu terbuka-tutup sendiri.
5,0 - 5,9 Sangat sulit untuk berdiri tegak. Porselin dan kaca pecah, dinding yang lemah pecah, lepas dari batu bata, dan permukaan air di daratan terbentuk gelombang air.
6,0 - 6,9 Batu runtuh bersama-sama, runtuhnya bangunan bertingkat tinggi, rubuhnya bangunan lemah, ketekan di dalam tanah.
7,0 - 7,9 Tanah longsor, jembatan roboh, bendungan rusak dan hancur. Beberapa bangunan tetap, keretakan besar di tanah, trek kereta api bengkok. Terjadi kerusakan total di daerah gempa.
8,0 - … Dapat menyebabkan kerusakan serius di beberapa daerah dalam radius seratus kilometer dari wilayah gempa.
• Magnetometer
Magnetometer adalah alat ukur medan magnet yang banyak digunakan orang untuk berbagai keperluan, antara lain untuk penelitian bahan-bahan magnetik, keamanan penerbangan ( mendektesi barang bawaan), pemetaan medan magnet bumi, pengetesan kebocoran medan magnet dari suatu alatpenghasil lainnya. Melalui penelitian ini kami bermaksud membuat alat magnettometer digital yang cukup presisi agar dapat digunakan untuk berbagai keperluan. secara prinsip magnetometer yang dibuat terdiri dari sensor magnetik flugate,rangkaian elektronik pengkondisi dan pengolah sinyal analog, pengubah analog ke gital, mikroprosesor,LCD displai, serta port antarmuka seri.
Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahun, dengan perincian sebagai berikut: pada tahun pertama akan dilakukan penelitian tentang elemen sensor, dan pada tahun ke dua dilakukan penelitian tentang sistem rangkaian pengolah sinyal digital berbasis mikroprosesor, yang dilengkapi dengan LCD displai dan port antarmuka seri. Sistem ini selanjutnya akan digabung menjadi satu kesatuan sistem sensor magnetik flugate untuk mengukur medan magnet satu dimensi.
• Gravimeter
Alat ini dilengkapi dengan sebuah sistem superkomputer yang disebut Superconducting Gravimeter (SG). Bumi bukanlah benda statis, tetapi seperti mengalami dinamika. Pada inti atau mantelnya terjadi pasang surut atau pemuaian dan penyusutan. Proses ini dipengaruhi pula oleh tarik-menarik dengan planet di sekitarnya, terutama Matahari dan Bulan.
Perubahan kondisi Bumi ini dapat dipantau dengan parameter yang bekerja di dalamnya, seperti medan gravitasi, medan magnet, kelistrikan, suhu, porositas, atau kandungan air di permukaan tanah.Jumlah alat ini terbatas, hanya 25 unit yang tersebar dalam jejaring Stasiun SG Global.
Alat GCP berfungsi memonitor terus-menerus perubahan medan gaya berat atau gravitasi Bumi dari detik ke detik hingga tahunan. Alat ini memantau sinyal perubahan nilai gaya berat secara kontinu selama enam tahun sampai diperoleh empat parameter.
Sejak teori gravitasi dilontarkan Isaac Newton 300 tahun lalu, pemahaman tentang gravitasi meningkat dan dikembangkan sistem pemantauan fenomena gravitasi Bumi. Sistem itu lalu dimanfaatkan untuk tujuan ekonomi, mencari sumber daya mineral dan minyak bumi.
Alat ini mampu memantau sinyal perubahan gaya berat atau gelombang gravitasi yang disebabkan oleh aktivitas inti Bumi dan pengaruhnya terhadap gravitasi di permukaan hingga diperoleh gambaran tentang dinamika Bumi.
SG memiliki keunggulan, yaitu dapat memantau perubahan gravitasi dengan kepekaan yang tinggi dan memberi gambaran interaksi perubahan massa atmosfer sesuai kondisi cuaca.
Selain itu, digunakan untuk memantau perilaku kerak bumi yang dipengaruhi konstelasi Bumi terhadap planet lain yang berperan dalam memicu gempa bumi. Alat ini dapat mendeteksi gempa kecil dan besar.
II. Suksesi
a. Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui pengertian dan macam-macam suksesi, jenis suksesi apa yang terjadi pada merapi serta bagaimana proses suksesinya dan kerusakan apa yang terjadi serta tanda-tanda yang menunjukan kerusakan tersebut.
b. Pengertian suksesi primer dan sekunder
Suksesi primer merupakan komunitas baru yang datang menduduki suatu daerah tertentu. Kemudian komunitas tersebut mendominasi komunitas lama yang ada pada daerah tersebut. Komunitas lama akan terganggu oleh komunitas baru sehingga ganggusnini mengakibatkan hilangnya komunitas lama secara total. Misalnya endapan lumpur di sungai,penambangan timah dan batubara, dll
Suksesi sekunder merupakan proses terganggunya suatu komunitas baik secara alami maupun buatan. Suksesi sekunder biasanya lebih cepat pulih karena benih dan beberapa makhluk hidup masih ada dan daerah yang sebelumnya telah diduduki itu lebih mau menerima perkembangan komunitas daripada yang steril.
c. Suksesi yang terjadi pada Merapi
Suksesi yang tejadi pada Merapi adalah suksesi sekunder, karena kerusakan yang dihasilkan setelah letusan Merapi tidak bersifat total melainkan sebagian. Selain itu masih ada bibit-bibit yang berupa rizhod yang melayang-layang di udara dan akan tumbuh menjadi individu baru jika lingkungannya cocok. Setelah bencana Merapi, pohon-pohon besar mati dan tanpa daun. Lahan-lahan pertanian tidak berfungsi dan tanahnya tandus. Permukaan tanah yang dulunya ditanami tumbuhan sekarang gersang dan retak. Di Lapangan Instiper, hanya tumbuhan pisang, semak-semak, jamur, dan lumut. Tumbuhan yang tetap tumbuh di kawasan Merapi adalah tumbuhan yang tahan akan panas seperti tumbuhan pisang dan semak-semak. Jamur tumbuh di pohon yang telah mati, jenis jamurnya adalah jamur kuping dan kayu. Lumut yang muncul di lereng Merapi kebanyakan lumut hati, karena lumut merupakan tumbuhan perintis terbentuknya komunitas baru. Hanya tumbuhan yang dapat beradaptasi lah yang dapat tumbuh di kawasan rawan bencana Merapi. Disana juga ditemukan genting-genting dan hal itu menunjukan bahwa daerah pengamatan praktikan dulunya adalah pemukiman padat penduduk. Lagipula masih ada penduduk yang bertahan tinggal dalam kawasan tersebut. Sehingga mereka akan memulai kembali aktifitas sehari-hari dan mulai memperbaiki kawasan yang rusak. Seperti areal pertanian dan perkampungan penduduk yang masih tersisa.
III. Geomorfologi Gunung Merapi
a. Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari kenampakan umum merapi, keadaan geomorfologi sebelum dan sesudah letusan dan pengaruh geomorfologi terhadap kehidupan masyarakat sekitar.
b. Kenampakan gunung Merapi
Merapi berasal dari dua kata "meru" yang artinya gunung, dan "api" yang berarti gunung berapi. Merapi adalah salah satu gunung berapi yang teraktif di dunia. Mendengar nama Merapi akan terbayang sesuatu yang mengerikan, gunung ini masih aktif mengeluarkan asap berbau belerang dan sesekali menyemburkan lahar panas. Pada tahun 1998, gunung ini pernah menyemburkan asap wedhus gembel yang bisa melepuhkan kulit manusia. Berupa awan panas dan debu dengan suhu 3000 ºC yang meletus hingga ketinggian 3000 meter dari puncaknya. Pada tahun 1994 awan panas telah membunuh 66 orang di lereng sebelah barat daya. Gunung Merapi menjadi idola para pendaki. Perjalanan yang melelahkan dan berliku melintasi bukit-bukit terjal menjadi tantangan tersendiri yang harus mereka taklukkan. Maka, jangan heran kalau gunung tersebut selalu dikunjungi oleh pendaki.
Gunung Merapi dapat didaki dari Selatan ( Kaliurang ) wilayah Sleman, Yogyakarta atau dari Utara ( Selo ) wilayah Boyolali atau dari sebelah Barat wilayah Magelang.
• Lewat Kaliurang
Dari kota yogya naik mobil ke Kaliurang, suatu kawasan pegunungan yang berhawa sejuk dengan ketinggian 1300m. Dilanjutkan dengan perjalanan menuju Desa Kimahrejo. Untuk menuju puncak diperlukan waktu sekitar 6 jam. Mendekati puncak Merapi kita harus berhati-hati, karena sering berjatuhan batu-batu dari puncak.
• Lewat Selo
Dari Yogya menggunakan bus jurusan Semarang, turun di stasiun Blabak kota Magelang. Kemudian Disambung dengan Mobil kecil ke desa Sawangan, disambung lagi dengan mobil bak sayuran menuju desa Klakah, dari sini disambung lagi dengan mobil bak ke Selo. Disarankan apabila menuju ke Selo, sebaiknya melewati Boyolali, jangan dari Magelang karena sulitnya transportasi.
Untuk mencapai puncak Merapi, para pendaki diharuskan melewati jalur utara. Selain aman, jaraknya juga tidak begitu jauh dibandingkan dengan jalur lain. Jalur tersebut dimulai dari Kecamatan Selo, Boyolali. Untuk sampai ke daerah ini cukup gampang. Anda bisa naik bis jurusan Semarang - Solo dan turun di Boyolali. Dari sini Anda bisa meneruskan dengan bis jurusan Boyolali - Selo. Dari Selo atau tepatnya dari Dusun Plalangan, Anda dapat memulai perjalanan.
Dengan berjalan kaki melewati jalan Aspal menuju basecamp pendakian merapi di dukuh plalangan, desa Lencoh, kecamatan Selo, kabupaten Boyolali, dengan menempuh jarak lebih kurang 1 km dari jalan raya Boyolali-Magelang, ditambah dengan jalanan yang menanjak cukup untuk dijadikan pemanasan sebelum pendakian ke Gn.Merapi. Untuk ke puncak, hanya perlu waktu sekitar 6 jam sedangkan untuk turun diperlukan waktu sekitar 4 jam. Karena waktu tempuhnya cukup singkat, perjalanan bisa dimulai sekitar pukul 24.00, agar kita tiba Puncak Garuda bisa menikmati sunrise dengan jelas. Pendaki dapat beristirahat di basecamp yang dapat menampung sekitar 50 orang pendaki. Disini tersedia tempat untuk menginap. Siapkan persediaan air karena selama diperjalanan kita tidak akan menemui mata air.
Dari basecamp melalui jalan aspal kita berjalan hingga ujung jalan aspal dan akan menjumpai rumah joglo Pos1. Melalui jalan setapak di sebelah kiri bangunan ini perjalanan akan melintasi kebun penduduk yang banyak ditanami tembakau dan kol. Jalur sedikit menanjak namun banyak kerikil sehingga perlu hati-hati agar tidak terpeleset.Setengah perjalanan menuju Pos 2 berupa kebun penduduk, setengahnya lagi kita mulai memasuki hutan pinus yang terjal. Jalur ini berupa tanah namun banyak kerikil sehingga cukup menyulitkan perjalanan. Mendekati pos 2 kita mulai melewati batu-batuan yang besar. Dari Pos 2 ini disiang hari kita sudah dapat menyaksikan Gn. Slamet dibelakang Gn.Sumbing, dan juga Gn.Sundoro. Gunung Merbabu tampak dekat dan sangat jelas kelihatan jalur-jalurnya. Gunung Lawu dari kejauhan di sebelah timur tampak memanjang. Dari Pos 2 menuju Pos 3 jalur akan banyak melewati batuan-batuan terjal, angin kencang mulai terasa sangat mengganggu. Gunakan jaket tebal, sarung tangan, dan penutup muka, karena dinginnya tiupan angin. Bila ingin beristirahat carilah celah- celah batu yang dapat melindungi kita dari hembusan angin kencang. Dimalam hari kita dapat menyaksikan gemerlapnya kota Boyolali.
Dari Pos 3 menuju Pasar Bubrah, kita akan berhadapan dengan batu-batu terjal. Disini pendaki harus berjalan sambil merangkak dibeberapa tempat yang terjal. Hembusan angin kencang sangat terasa.
Di Pasar Bubrah ini terdapat suatu lembah dengan batu-batuan yang berserakan yang sangat luas menyerupai sebuah pasar tradisional. Konon, masyarakat menganggap pasar tersebut sebagai pasar para lelembut.
Dari Pasar Bubrah pendaki dapat melanjutkan pendakian ke Puncak Garuda. Puncak ini sudah rusak dan longsor sehingga sangat berbahaya untuk didaki. Selain sangat terjal dan mudah longsor juga angin kencang bertiup tiada hentinya. Jika tidak dapat mencapai puncak Garuda, pendaki dapat meneruskan pendakian ke puncak Gn. Kendit yang berada di samping Puncak Garuda
Dari puncak Garuda, bisa melihat pemandangan yang menakjubkan, dimana kawah merapi berada di depan mata tak henti-hentinya mengeluarkan asap. Tampak pula, di sebelah utara, Gunung Merbabu yang menantang untuk ditaklukkan. Di seberang Barat dan Timur, Gunung Lawu dan Gunung Sindoro-Sumbing seperti gundukan-gundukan hijau. Jika cuaca cerah, pemandangan lebih mengasyikkan lagi, karena Anda bisa melihat kota Magelang dan Boyolali. Di puncak suhunya bisa mencapai 5 derajat sampai -8 derajat.
c. Geomorfologi gunung merapi
Gunung Merapi tumbuh di atas titik potong antara kelurusan vulkanik Ungaran - Telomoyo - Merbabu - Merapi dan kelurusan vulkanik Lawu - Merapi - Sumbing - Sindoro - Slamet. Kelurusan vulkanik Ungaran-Merapi tersebut merupakan sesar mendatar yang berbentuk konkaf hingga sampai ke barat, dan berangsur-angsur berkembang kegiatan vulkanisnya sepanjang sesar mendatar dari arah utara ke selatan. Dapat diurut dari utara yaitu Ungaran Tua berumur Pleistosen dan berakhir di selatan yaitu di Gunung Merapi yang sangat aktif hingga saat ini. Kadang disebutkan bahwa Gunung Merapi terletak pada perpotongan dua sesar kwarter yaitu Sesar Semarang yang berorientasi utara-selatan dan Sesar Solo yang berorientasi barat-timur.
Secara morfologi tubuh gunung Merapi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng Tengah dan Lereng Kaki dan Dataran Kaki. Kerucut puncak dibangun oleh endapan paling muda berupa lava dan piroklastik. Satuan lereng tengah dibangun oleh endapan lava, piroklastik dan lahar. Lereng kaki dan Dataran Kaki tersusun dari endapan piroklastik, lahar dan aluvial. Dari bentuknya, dibandingkan dengan gunungapi disebelahnya yaitu Gunung Merbabu, Gunung Merapi nampak jauh lebih runcing. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan bagian puncaknya relatif lebih cepat. Hal ini didukung pula oleh kenyataan bahwa pada saat ini produk aktivitas Merapi hanya tersebar pada jarak yang dekat dari puncak Merapi.
Kerucut puncak Merapi yang sering disebut sebagai Gunung Anyar merupakan bagian Merapi yang paling muda. Semua aktivitas Merapi terpusat pada puncak kerucut ini. Kawah utama Merapi saat ini berupa bukaan berbentuk tapal kuda yang mengarah ke barat-baratdaya. Morfologi kawah ini terbentuk sesudah letusan tahun 1961. Secara umum, dataran puncak Merapi tersusun dari kubah-kubah lava yang tidak terlongsorkan. Beberapa area di dataran puncak Merapi di luar kawah utama mengeluarkan banyak uap vulkanik yaitu di area Gendol dan Woro, bagian tenggara dataran puncak.
Bagian lereng barat Merapi merupakan daerah aliran guguran dan piroklastik. Daerah ini merupakan daerah terbuka karena sering terlanda awanpanas. Daerah lereng timur sebagai bagian dari struktur Merapi Tua jarang terkena dampak aktivitas Merapi. Lereng ini lebih banyak tedutup dengan vegetasi.
Morfologinya nampak dipisahkan dari kerucut-Merapi dengan sesar yang berbentuk tapal kuda yang melalui bawah Gunung ljo, lereng timur Merapi.
Lereng kaki Merapi tersusun dari punggungan-punggungan radial yang diselingi dengan hulu-hulu sungai. Beberapa sungai penting yang berada di lereng barat yaitu Batang, Bebeng, Putih, Blongkeng, Sat, Lamat dan Senowo. Alur-alur pada hulu sungai tersebut yang sering mendapat tambahan material produk letusan.
d. Geomorfologi Merapi (lebih dari 400.000 tahun yang lalu)
Sebelum terbentuk Gunung Merapi, pada masa ini sudah terdapat apa yang sekarang nampak sebagai Gunung Bibi, gunung basaltik andesit, yang terletak di lereng timur Merapi, termasuk di daerah Boyolali. Walaupun sama sepeni lava Merapi berjenis basalt-andesitik, batuan gunung Bibi berbeda dari batuan Merapi, karena tidak mengandung orthopyroxen. Puncak Bibi mempunyai ketinggian sekitar 2050 meter di atas muka laut. Lokasi ini dapat dicapai melalui desa Cepogo naik ke arah Merapi. Jarak datar antara puncak Bibi dan puncak Merapi sekitar 2.5 kilometer. Karena umurnya yang jauh lebih tua darl gunung Merapi bukit ini telah mengalami alterasi yang kuat, contoh batuan segar sudah sulit sekali ditemukan. Umurnya diperkirakan sekitar 700.000 tahun.
e. Geomorfologi Merapi (60.000 sampai 8000 tahun yang lalu)
Pada masa ini mulal lahir Gunung Merapi dan merupakan fase awal dari pembentukannya. Kerucut G. Merapi belum terbentuk sempurna. Produk erupsinya bervariasi. Ekstrusi awalnya berupa lava basaltik yang membentuk Gunung Turgo dan Plawangan berumur sekitar 40.000 tahun. Produk aktivitasnya terdiri dari batuan dengan komposisi andesit basaltik; dari awanpanas, breksiasi lava dan lahar.
f. Geomorfologi merapi pertengahan (8000 sampai 2000 tahun yang lalu)
Terjadi beberapa lelehan lava andesitik yang menyusun bukit Batulawang dan Gajahmungkur, yang saat ini nampak di lereng utara Merapi. Batuannya terdiri dari aliran lava, breksiasi lava dan awan panas. Aktivitas Merapi dicirikan dengan letusan efusif (lelehan) dan eksplosif. Diperkirakan juga terjadi letusan eksplosif dengan "debris-avalanche" (sebagaimana terjadi di Mount St. Helens, dalam skala kecil), ke arah barat yang meninggalkan morfologi tapal-kuda dengan panjang 7 kilometer, lebar 1-2 kilometer dengan beberapa bukit di lereng barat. Pada periode ini terbentuk Kawah Pasarbubar.
g. Geomorfologimerapi baru (2000 sampai sekarang)
Dalam kawah Pasarbubar terbentuk kerucut puncak Merapi yang saat ini disebut sebagai Gunung Anyar. Aktivitas Merapi terdiri dari aliran basalt dan andesit lava, awanpanas serta letusan magmatik dan phreatomagmatik. Kubah lava menjadi pusat aktivitas Gunung Merapi sampai saat ini.
Batuan dasar dari G. Merapi diperkirakan berumur Merapi Tua. Sedangkan Merapi yang sekarang ini berumur sekitar 2000 tahun. Letusan besar dari G. Merapi terjadi di masa lalu yang dalam sebaran materialnya telah menutupi Candi Sambisari yang terletak + 23 km dari G. Merapi. Newhall et al (in press) juga menyatakan bahwa akibat letusan besar di masa lalu dari G. Merapi, material hasil letusannya diperkirakan telah membendung K. Progo yang kemudian membentuk danau. Namun demikian, waktu dari letusannya masih diperdebatkan.
Studi stratigrafi yang dilakukan oleh Andreastuti (1999) telah menunjukkan bahwa beberapa letusan besar, dengan indek letusan (VEI) sekitar 4, tipe Plinian, telah terjadi di masa lalu. Letusan besar terakhir dengan sebaran yang cukup luas menghasilkan Selokopo tephra yang terjadi sekitar sekitar 500 tahun yang lalu (490 + 100 yrs. B.P) (MN15 NB-1). Namun demikian, erupsi eksplosif dari G. Merapi yang teramati diperkirakan masih terjadi lagi pada sekitar 250 tahun yang menghasilkan Pasarbubar tephra. Meskipun demikian, letusannya relatif kecil dibandingkan letusan yang menghasilkan Selokopo tephra.
Pembagian tersebutdiatas berlaku untuk kejadian letusan pra-1 800 AD. Bila diterapkan pada letusan sekarang (sesudah-1 800 AD), maka endapan yang terbentuk dapat digolongkan dalam kelompok 1, contohnya lava, awanpanas atau endapan surge dan kelompok 2, yaitu asosiasi endapan awanpanas dan surge.
Endapan hasil letusan yang sekarang berupa awanpanas yang meskipun cukup tebal (mencapai 8m), namun hanya tersebar di lembah-lembah tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa letusannya relatif kecil. Pada letusan pra-1 800, hasil letusan berupa endapan jatuhan yang ketebalannya lebih tipis namun merata di sekitar gunung. Tekanan internal magma pada letusan yang menghasilkan awanpanas lebih kecil daripada yang menghasilkan letusan dengan endapan jatuhan.
Berdasarkan pengamatan geokimia, proses magmatilk dari G. Merapi mencakup proses diferensiasi dan suplai magma dari dapur magma yang lebih dalam selain itu proses kontaminasi juga berperan dalam perkembangan magma dari G. Merapi. Lebih jauh, menyatakan bahwa letusan dari G. Merapi terutama dipicu oleh perubahan kandungan air dan perubahan kecepatan kristalisasi magma.Dalam perkembangannya, sifat letusan G. Merapi menunjukkan sifat perubahan komposisi magma yang berulang dari basa ke asam. Komposisi SiO2 pada sekitar 1000 tahun terakhir mengalami variasi dengan nilai terendah sekitar 50.5 % sampal 56.5 %. Tentu saja perubahan komposisi in! akan berpengaruh pada tingkah laku Merapi. Walaupun perubahan SiO2 berfluktuasi, dalam jangka panjang terjadi kecenderungan kenaikan komposisi yang jelas. Hal ini tedilhat baik dari letusan yang sekarang maupun letusan masa lalu. Namun demikian, perubahan sifat letusan dari eksplosif menjadi efusif pada periode saat ini merupakan perubahan yang penting, karena berpengaruh pada jenis dan resiko dari letusan. Dibandingkan dengan letusan masa lampau, letusan masa kini relatif kecil (VEI 1-3).
Gunung Merapi merupakan gunungapi tipe basalt-andesitik dengan komposisi SiO2 berkisar antara 50-58 %. Beberapa lava yang bersifat lebih basa mempunyai SiO2 yang lebih rendah sampal sekitar 48%. Batuan Merapi tersusun dari plagiolklas, olivin, piroksen, magnetit dan amphibol. Plagioklas merupakan mineral utama pada batuan Merapi dengan komposisi sekitar 34%. Menurut del Marmol (1989), lava Merapi mempunyai tingkat kristalinitas 32 58% (fenokris > 0.2 mm). Sedangkan penelitian dari endapan tephra pra-1800 AD mengandung fenokris 15-50%.
Batuan Merapi yang bersifat basalt-andesitik dan andesitik merupakan hasil evolusi dari high-Al basalt sebagai magma asalnya. Disamping differensiasi kristalisasi, magma Merapi dipengaruhi juga oleh adanya kontaminasi dari batuan mantel dan kerak bumL Adanya kontaminasi dari mantel bumi ditunjukkan dengan. adanya asimilasi antara olivin forsteritik dan high-Al basalt. Xenolith karbonat merupakan indikasi adanya kontaminasi dari batuan sedimen di kerak bumi Xenolith gabbro, walaupun tingkat kontaminasinya kecil, menjadi petunjuk adanya kontaminasi dari batuan tertua yang ditemukan di pulau.
Magma Merapi berasal dari high-Al basalt yang terkumpul di dapur magma. Magma basalt ini mempunyai kandungan air sekitar 2% berat. Dari analisis kristalisasi disimpulkan bahwa dapur magma berada pada suatu kedalaman antara 7-17 kilometer (estimasi petrografik) atau setara dengan tekanan lithostatik 2 sampai 5 kilobar. Dapur magma diperkirakan mempunyai volume sekitar 10 kmI. Nilai volume ini diperoleh dari perhitungan berdasarkan data laju erupsi, pertumbuhan kristal, ukuran kubah lava.
h. Pengaruh geomorfologi bagi kehidupan manusia
Geomorfologi yang berbeda menuntut adaptasi dan cara hidup yang berbeda bagi penduduknya. Geomorfologi yang berbeda pada setiap daerah juga menghasilkan kebudayaan dan potensi yang berbeda. Misalnya adalah Gunung Merapi yang menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya. Daerahnya yang subur merupakan tempat bercocok tanam yang sangat baik bagi penduduk lereng merapi. Kawasan merapi yang masih asri dan alami merupakan keindahan tersendiri bagi penduduk sekitar yang sudah terbiasa dengan kehidupan yang sederhana. Geomorfologi Merapi yang indah juga merupakan kawasan obyek wisata yang sangat potensial untuk menunjang perekonomian daerah.
IV. Sosial dan ekonomi masyarakat
a. Tujuan praktikum
Mengetahui kondisi sosial dan ekonomi masyarakat lereng gunung merapi sebelum dan sesudah letusan, membandingkan kondisi keduanya, mengetahui hubungan masyarakat lereng Merapi dengan gunung Merapi dari segi sosial dan mengetahui bagaimana tanggapan warga terhadap bencana letusan Merapi.
b. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sebelum letusan
Keadan lereng Merapi yang masih asli dan sederhana menyebabkan penduduknya pun terbiasa dengan kehidupan yang sederhana. Seperti masyarakat desa pada umumnya mereka hidup dengan rukundan saling membantu satu sama lain karena tidak ada rasa individualis yang tinggi.
Masyarakat disekitar lereng merapi sebagian besar memiliki mata pencaharian sebagai petani dan peternak. Karena lahan merapi yang subur dan keadaan alamnya yang bagus dan masih asri. Jadi pertanian dan ternak dapat berkembang dengan baik untuk menujang perekonomian penduduk.
c. Kondisi sosial dan ekonomi masyarakat sesudah letusan
Letusan merapi tentunya sangat berpengaruh dengan kehidupan masyarakat, baik dalam bidang sosial maupun ekonomi. Dalam bidang sosial, kehidupan sosial masyarakat sekitarnya menjadi terganggu karena banyak sarana dan fasilitas sosial yang rusak. Mulai dari fasilitas kesehatan, pendidikan dan fasilitas-fasilitas umum lainnya. Anak-anak yang sebelumya dapat bersekolah dengan lancar dan dapat belajar dan bermain dengan teman-temannya harus kehilangan tempat sekolah dan bermainnya. Begitu pula dengan kehidupan sosial antar masyarakat yang terganggu karena keterbatasan di pengungsian.
Sedang dalam segi ekonomi banyak sekali kerugian yang diderita mesyarakat. Misalnya masyarakat petani yang tidak dapat panen karena abu vulkanik dan harus mengolah lahannya karena abu vulkanik. Para petani ikan yang kehilangan tambak mereka dan gagal panen karena bencana merapi. Serta para peternak yang kehilangan ternak-ternaknya. Belum lagi toko-toko atau usaha kecil dan menengah yang dijalankan oleh masyarakat harus merugi karena bencana. Namun meskipun menimbulkan banyak kerugian, bencana merapi juga membawa keuntungan kepada masyarakat. Batu-batuan dan pasir sisa letusan merapi dapat dijadikan mata pencaharian baru bagi masyarakat. Sehingga hal tersebut dapat menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat.
d. Hubungan masyarakat dengan gunung Merapi dari segi sosial
Masyarakat Merapi menyadari bahwa Merapi telah menjadi tempat penghidupan bagi mereka. Karena secara turun-temurun mereka serta keturunannya tinggal di lereng Merapi. Mereka dapat bekerja dengan memanfaatkan potensi di lereng merapi sehingga dapat hidup layak dan damai. Selain itu masyarakat juga percaya bahwa di lereng merapi ada pelindung yang senantiasa melindungi mereka.
e. Tanggapan warga Merapi terhadap bencana letusan Merapi
Meskipun Merapi masih aktif meletus tapi masyarakat tetap masih ingin tinggal di daerah Merapi. Karena mereka berfikir di sana telah ada penghidupan untuk mereka. Di lereng Merapi mereka memiliki lahan dan rumah untuk tinggal. Sisa-sisa letusan merapi juga membawa berkah tersendiri untuk mereka. Jadi masyarakat sekitar merapi tetap masih bertahan untuk tidak menyetujui relokasi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Tanda-tanda bahwa Gunung Merapi akan meletus terjadi gempa-gempa dan deformasi.
2. suksesi terbagi menjadi 2 yaitu Suksesi primer dan suksesi sekunder.
3. Suksesi primer terjadi bila komunitas awal terganggu dan mengakibatkan hilangnya komunitas awal secara total sehingga terbentuk komunitas atau habitat baru.
4. Suksesi sekunder terjadi bila komunitas mengalami gangguan tetapi tidak merusak secara total komunitas tersebut.
5. Jenis suksesi yang terjadi akibat erupsi gunung merapi adalah suksesi sekunder karena kerusakannya hanya sebagian bukan total.
6. Geomorfologi merupakan studi ilmiah tentang permukaan bumi dan proses terjadinya.
7. Gunung Merapi, kata merapi berasal dari "Meru"yang artinya gunung.
8. Secara morfologi tubuh gunung Merapi dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu Kerucut Puncak, Lereng Tengah dan Lereng Kaki dan Dataran Kaki.
B. Saran
1. Sosialisasi penanggulangan gempa kepada warga Merapi perlu di tingkatkan agar tidak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan yang lebih parah.
2. Pemerintah lebih sigap dalam mengatasi masalah yang ditimbulkan pasca bencana Merapi, hal itu dapat dilakukan dengan memberikan sarana yang memadai bagi pengungsi di Merapi.
3. Pemerintah sebaiknya menyediakan sarana pengganti bagi korban letusan Merapi seperti penggantian ternak, rumak layak pakai (bukan hanya pemberian tanah), dll.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Bronto, Sutikno.2006. Facies Gunung Merapi. Jurnal geologi Indonesia.
Micahel.2006. The view from the volcano: an appreciation of the work of Piers Blaikie. Jurnal Geoloi
Priatna. 2006. Characteristics of volcanic gas correlated to the eruption activity;
Case study in the Merapi Volcano, periods of 1990-1994. Jurnal geologi Indonesia.
Supriati. 2006. Menelusuri kebenaran Letusan Gunung Merapi. Jurnal geologi Indonesia.
Priyono. 2006. Post-eruption species dynamic of Gunung Merapi National Park, Java,Indonesia. Jurnal Geologi.
Sudrajat. 2006. karakteristik lahar di gunung merapi, jawa tengah
atas indikator dari explosivity holosen. Jurnal Geologi.
Wednesday, March 14, 2012
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment