Monday, June 3, 2013

LAPORAN KKL JURUG BAB 6 DAN 7

BAB VI
GAGASAN AWAL RENCANA PROYEK

A.  Penentuan Tujuan Dan Sasaran
Tujuan didirikannya Tawan Satwa Taru Jurug (TSTJ)  adalah sebagai berikut :
·         Untuk mengembangkan aspek sosial dan budaya kota Solo
·         Untuk mengembangkan hiburan dan kepariwisataan di kota Solo
·         Untuk meninngkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) kota Solo
Dari tujuan berdirinya TSTJ tersebut dengan berjalannya waktu, ketiga tujuan tersebut belum sepenuhnya terwujud, karena terhalang oleh danayang diperolehdan dukungan dari pemerintah kota sendiri serta kepemilikan tanah TSTJ yang belum resmi menjadi milik TSTJ karena masih merupakan milik PEMDA SOLO. Sehingga pengelolaan TSTJ belum bisa leluasa dalam melakukan revitalisasi atau peremajaan TSTJ sendiri.
Sementara itu, sasaran yang ingin dicapai atau dituju dalam pembangunan TSTJ adalah memberikan edukasi atau pengetahuan tentang flora dan fauna yang terdapat di TSTJ khususnya bagi anak-anak, sehingga setelah datang atau mengunjungi TSTJ anak-anak tersebut dapat mengenal lebih jauh tentang flora dan fauna, terutama jenis fauna (hewan) yang ada di TSTJ. Selain itu, bagi mahasiswa terutama mahasiswa Biologi dapat menjadi obyek penelitian baik flora, fauna maupun ekologi atau lingkungan yang ada di TSTJ. Bagi orang tua dapat digunakan sebagai rekreasi atau hiburan untuk menghilangkan atau mengurangi kepenatan akibat pekerjaan dan kesibukan sehari-hari. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk refreshing dan waktu untuk bersama keluarga. Sejauh ini sasaran yang sudah dicapai TSTJ sudah mencapai kira-kira 70%, dari pemanfaaatan sarana prasarana yang ada di TSTJ oleh wisatawan yang berkunjung. Dengan pembangunan TSTJ ini, tidak hanya wisatawan terutama anak-anak saja yang diuntungkan, tetapi pihak PEMDA kota Solo juga diuntungkan dalam hal penambahan atau peningkatan PAD kota Solo. 
B.  Analisis Terhadap Kebijakan Ekowisata Lokal
Ekowisata merupakan suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan
industri kepariwisataan dengan para pencinta lingkungan. Ekowisata pada saat sekarang ini menjadi aktivitas ekonomi yang penting yang memberikan kesempatan kepada wisatawan untuk mendapatkan pengalaman mengenai alam dan budaya untuk dipelajari dan memahami betapa pentingnya konservasi keanekaragaman hayati dan budaya lokal. Pada saat yang sama ekowisata dapat memberikan generating income untuk kegiatan konservasi dan keuntungan ekonomi pada masyarakat yang tingal di sekitar lokasi ekowisata.
Dalam pengembangan ekowisata perlu adanya rencana pengelolaan yang mengacu kepada tujuan utama awalnya yaitu mendorong dilakukannya pengawetan lingkungan hidup, sehingga ekowisata perlu di rencanakan pengelolaannya dengan mengintergrasikan dalam pendekatan sistem untuk konservasi yang menggunakan desain konservasi.
Perencanaan ekowisata adalah alat untuk membimbing pengembangan pariwisata pada daerah yang dilindungi dengan melakukan sintesis dan menggunakan visi dari semua pemangku kepentingan untuk tujuan konservasi pada lokasi tersebut. Perencanaan pengelolaan ekowisata seharusnya mengambarkan jenis ekowisata apa yang dapat dilakukan atau kegiatan publik apa yang bisa dilakukan di daerah yang dilindungi tersebut. Perencanaan pengelolaan ekowisata ini juga biasanya mengembangkan pewilayahan (zoning) yang didesain dan yang diperbolehkan untuk kegiatan kepariwisataan.
Perencanaan pengelolaan ekowisata harus mengacu kepada rencana pengelolaan umum (General Mangement Plan) dan rencana daerah konservasi (Site Conservation Plan). Rencana pengelolaan umum ini menjelaskan tujuan dan umum dan tujuan khusus yang telah disusun untuk sistem konservasi pada daerah yang dilindungi. Pada rencana ini terdapat pewilayahan, strategi, program dan aktivitas-aktivitas yang bertujuan untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus. Rencana daerah konservasi merupakan komponen dari perencanaan pengelolaan umum yang lebih fokus pada kasus-kasus dan alternatif strategi untuk mengatasi ancaman-ancaman terhadap kegiatan konservasi yang dilakukan dan mungkin salah satunya adalah kegiatan ekowisata.
            Dalam menyiapkan rencana pengelolaan ekowisata tim penyusun harus
terlebih dahulu menyepakati formatnya terlebih dahulu, akan tetapi secara umum format rencana pengelolaan ekowisata adalah sebagai berikut:
1. Visi, tujuan dan strategi
2. Tujuan khusus
3. Aktivitas
4. Pewilayahan
5. Memfasilitasi pelaksanaan
6. Lampiran
7. Peta dan grafik pendukung
C. Pemilihan Prioritas Strategi Pelaksanaan Proyek

            Menurut Gamal Suwantoro (1997:19), unsur pokokyang harus mendapat perhatian guna menunjangpengembangan pariwisata di daerah tujuan yangmenyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan danpengembangan meliputi lima unsur :
(1)   Objek dan daya tarik wisata
Merupakan sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu yang menjadi inti dari berkembangnya industry pariwisata.
(2)   Prasarana wisata
Merupakan semua fasilitas yang dapatmemungkinkan proses perekonomian berjalan denganlancar sedemikian rupa, sehingga dapat mempermudahkegiatan manusia dalam memenuhi kebutuhannya, disamping itu merupakan sumber daya alam dansumber daya buatan manusia yang mutlak dibutuhkan olehwisatawan dalam perjalanannya di daerah tujuan pariwisata,seperti jalan, listrik, air, rumah sakit, telekomunikasi,terminal, jembatan, dan lain sebagainya.
(3)   Sarana wisata
Merupakan perusahaan-perusahaanyang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secaralangsung atau tidak langsung dan merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yangdiperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalammenikmati perjalanan wisatanya.
(4)   Tata laksana/infrastruktur
Menyangkut pemilihan cara penanganan rencana proyek yang tepat dan efektif beserta komponen yang mendukung pembangunan objek wisata.
(5)   Masyarakat/lingkungan
Masyarakat di sekitar objek wisatalah yang akanmenyambut kehadiran wisatawan tersebut dansekaligus akan memberikan layanan yang diperlukanoleh para wisatawan. Untuk ini masyarakat di sekitarobjek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dankualitas layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Lingkungan alam di sekitar objek wisatapun perludiperhatikan dengan seksama agar tak rusak dantercemar. Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alamdi suatu objek wisata merupakan lingkungan budayayang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidupmasyarakat (Gamal Suwantoro, 1997: 24).
Dari kelima aspek tersebut yaituobjek dan daya tarik wisata, prasarana, sarana, tata lakasana/infrastruktur serta masyarakat/lingkungan wisata harus merupakan prioritas utama dalam perencanaan pembangunan proyek pariwisata dikarenakan merupakan faktor pendukung yang utama dan vital bagi keberjalanan dan eksistensi pariwisata. Dalam pemilihan prioritas utama strategi perencanaan proyek Tawan Satwa Taru Jurug (TSTJ)  perlu diperhatikan aspek ekologi atau lingkungannya, menyangkut kelangsungan keseimbangan ekosistem makhluk hidup  di lingkungan tempat wisata tersebut dan perlu dijaga kelestarian lingkungannya tidak hanya berpusat pada segi ekonomi mengenai pendapatan atau keuntungan yang akan diperoleh. Hal ini merupakan prinsip dari ekowisata, yangmana menjadikan tempat wisata sebagai konservasi flora dan fauna sehingga tidak hanya keuntungan dari segi ekonomi yang akan diperoleh tetapi juga terciptanya keseimbangan ekosistem dan kelestarian lingkungan.
Langkah yang sistematis menghasilkan strategi dengan peluang keberhasilan yang tinggi. Disamping itu perlu untuk melakukan beberapa penyesuaian strategi sesuai kebutuhan aplikasi di proyek.Kemampuan daya dukung sumberdaya dan lingkungan merupakanlangkah awal yang penting untuk diketahui guna mendukung pengembanganpariwisata berkelanjutan. Pengembangan pariwisata yang tidak terkendali akanmengarah kepada kerusakan sumberdaya dan lingkungan sekitarnya. Selain haltersebut aspek sosial ekonomi dalam kaitannya dengan pengembangankepariwisataan perlu diatur secara komprehensif dan terpadu dengan aspeksumberdaya dan lingkungan. Pengaturan ini dimaksudkan untuk dapatmenciptakan suatu keadaan yang tertib, aman, nyaman, menarik bagi wisatawanmaupun penduduk setempat.




















BAB VII
PENYUSUNAN RENCANA PROYEK REVITALISASI

1.      Pendahuluan
Pariwisata yang merupakan kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain hari ini semakin berkembang sejalan dengan perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan politik. Misal perubahan sosial di suatu lokasi wisata yang berkembang amat cepat, sangat luas terutama di lokasi wisata yang banyak dikunjungi oleh turis asing sebab Indonesia yang merupakan negara akan budaya berpotensi besar menarik wisatawan manca negara.Hal ini dikarenakan di dalam pariwisata yang dijual adalah lingkungan. Dimana lingkungan ini mencakup lingkungan biotik dan abiotik. Lingkungan biotik seperti yang telah kita ketahui meliputi mahluk hidup yang hidup di sekitar kawasan wisata sedangkan lingkungan abiotik juga meliputi lingkungan budaya.
Begitu pula halnya dengan lokasi wisata Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) yang terletak di kota Solo. Kota Solo mungkin memang berukuran kecil dibanding kotamadya lain di Jawa Tengah namun auranya tidak kalah dengan kota-kota besar di Indonesia. Hal ini tidak lain karena Solo memiliki sejarah masa lalu dan masih terasa pengaruhnya hingga kini. Dan hal ini dikarenakan adanya Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Kerajaan ini memiliki sejarah panjang dan merupakan pecahan dari Kerajaan Mataram Islam. Hal ini menjadikan kota Solo sebagai kota budaya yang dapat menarik banyak wisatawan. TSTJ yang letaknya strategis baik dari Kota Solo maupun dari kota-kota di sekitarnya seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali, Klaten, dan Sukoharjo karena letaknya persis di pinggir jalan utama antar kota antar propinsi yang menghubungkan Solo dengan Karanganyar, juga bersebelahan dengan Sungai Bengawan Solo yang legendaris. Sehingga praktis, masyarakat dari manapun bisa singgah ke TSTJ. TSTJ terletak di Jalan Ir. Soetami bersebelahan dengan kampus Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) ini.
TSTJ yang lebih sering dikenal masyarakat dengan Kebun Binatang Jurug menyimpan aneka fauna di dalamnya. Selain itu pohon-pohon yang tinggi dan rindang ini cukup membuat suasana sejuk seperti di hutan habitat asli binatang-binatang itu. Di dalam TSTJ ini juga terdapat danau kecil yang nampak Pulau kecil yang ditinggali orang utan. Selain itu juga terdapat taman Gesang, aneka barang dagangan dari makanan, cindera mata dan mainan anak- anak.
TSTJ ini dahulu sempat menjadi andalan pariwisata di kota Solo ini, kini seakan kehilangan pamornya karena kurangnya pengelolaan selama bertahun- tahun. Hal ini menyebabkan pemasukan dana bagi perawatan tempat dan hewan menurun. Hewan-hewan yang ada di dalamnya pun jadi kurang terawat. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab berkurangnya pengunjung yang datang. Namun demikian semua ini belum terlambat apabila pemerintah, pengelola dan masyarakat sekitar ikut andil dalam menjadikan TSTJ ini menjadi primadona kota Solo. Begitu pula yang dilakukan oleh mahasiswa FMIPA jurusan Biologi dari Universitas Sebelas Maret yang mengikuti mata kuliah Ekologi Pariwisata ini mengadakan kunjungan ekowisata ke TSTJ yang diharapkan dapat menganalisis kondisi TSTJ kemudian membuat perencanaan ekowisata yang diharapkan dapat membantu pengembangan TSTJ sebagai kawasan ekowisata andalan bagi kota Solo.
2.      Tujuan dan Sasaran Proyek
2.1     Tujuan Proyek
                 Upaya revitalisasi ini Taman Satwa Taru Jurug meliputi upaya restorasi, rehabilitasi dan/atau rekonstruksi. Hal ini dimaksudkan untuk memvitalkan kembali Taman Satwa Taru Jurug yang dahulu pernah menjadi andalan kota Solo namun kemudian mengalami kemunduran/degradasi. Dalam pelaksanaan revitalisasi ini diperlukan perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi yang merujuk kepada aspek sosial-budaya serta aspek lingkungan. Jadi yang perlu direvitalisasi di Taman Satwa Satu Jurug tidak hanya pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan masyarakat setempat dan masyarakat luas. Selain itu peran teknologi informasi juga diperlukan terkait pengelolaan yang melibatkan banyak pihak.
Revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug diharapkan dapat mewujudkan dan mengembangkan Taman Wisata  yang menjadi sarana konservasi fauna dan flora, edukasi; sosial, budaya, rekreasi hiburan, dan usaha wisata / jasa kepariwisataan  yang memiliki daya tarik wisata yang tinggi; serta selaras untuk mewujudkan fungsi kawasan resapan air, kawasan perlindungan setempat, Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berisi Taman Satwa, Konservasi Flora dan Hutan Kota.
Sebagai kawasan lindung, Kawasan Taman Jurug menjadi Kawasan strategis Kota dari sudut kepentingan lingkungan, yaitu kawasan resapan air, kawasan perlindungan setempat (kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo), Ruang Terbuka Hijau dan cagar budaya.  Optimalisasi fungsi sebagai kawasan resapan air, kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo, dan Ruang Terbuka Hijau, akan memberikan nilai lebih pada lingkungan/ kawasan lindung. Tujuan dari proyek revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug, yaitu:
·         Meningkatkan kualitas produk wisata dari Taman Satwa Taru Jurug
·         Menjadikan Taman Satwa Taru Jurug ini kawasan Wisata yang yang memadukan sarana konservasi fauna, flora dan lingkungan; edukasi; budaya; rekreasi hiburan dan jasa wisata, serta mempunyai daya tarik wisata yang tinggi
·         Membangun taman wisata yang ramah lingkungan
2.2  Sasaran proyek
Sasaran proyek revitalisasi meliputi pengunjung dari kalangan anak- anak, remaja, dewasa maupun lanjut usia.  Taman Satwa Taru Jurug di dalamnya terdapat koleksi fauna, flora yang tinggi dan rindang cukup membuat suasana sejuk seperti di hutan habitat asli binatang-binatang itu. Di dalam TSTJ ini juga terdapat danau kecil yang nampak Pulau kecil yang ditinggali orang utan. Selain itu juga terdapat taman Gesang, aneka barang dagangan dari makanan, cindera mata dan mainan anak- anak serta pertunjukan budaya pada even-even tertentu. Hal ini menjadi daya tarik para wisatawan lokal dari berbagai kalangan usia tersebut. Untuk wisatawan yang tua umumnya ingin paket yang santai, tidak berat, menarik dan fasilitas sesuai kemampuannya dapat tersedia seperti tempat berteduh, melihat fauna dengan aman dan nyaman, pertunjukan budaya. Para wisatawan yang muda ingin mendapat banyak pengalaman dari flying fox misalnya, melihat fauna dengan rincian karakteristiknya di depan kandang karena mungkin mereka dari kalangan pelajar atau mahasiwa yang sedang melakukan penelitian, sedangkan yang paling utama penggemar dari TSTJ ini adalah anak- anak yang sedang belajar dan mengenal aneka hewan, mereka juga senang bermain dengan fasilitas permainan, dan cinderamata yang dapat dimainkan.
3.      Program dan Kegiatan untuk Mencapai Tujuan
Progam dan kegiatan dari kawasan ekowisata Taman Satwa Taru Jurug harus dikelola profesional, yaitu dengan pemasaran yang spesifik menuju tujuan wisata, ketrampilan dan layanan kepada pengunjung secara intensif, keterlibatan penduduk lokal dalam memandu/menerjemahkan obyek wisata, kebijakan pemerintah (subsidi) dalam kerangka melindungi aset lingkungan dan kultural serta pengembangan kemampuan penduduk lokal. Secara umum produk ekowisata meliputi sumberdaya alam, atraksi, fasilitas, infrastruktur, jasa, pandangan/image, dan simbol dari suatu nilai budaya yang menawarkan manfaat yang menarik kepada konsumen. Untuk mencapai tujuan bahwa Taman Satwa Satu Jurug akan direvitalisasi menjadi kawasan ekowisata yang menarik dan andalan di kota Solo, dilakukan atraksi ekowisata yang dapat menarik seseorang untuk berkunjung di Taman Satwa Taru Jurug tersebut. Untuk meningkatkan daya tarik ekowisata Taman Satwa Taru Jurug diperlukan suatu program kegiatan rekreasi dan apresiasi alam disesuaikan dengan kekuatan dan potensi yang memungkinkan dari Taman Satwa Taru Jurug, antara lain:
A.    Pengembangan kegiatan Rekreasi Edukatif (Edutainment) berbasis Konservasi dengan pola outbond yang memanfaatkan potensi alam (flora dan landskap) serta fauna.
·         Penyediaan fasilitas edukasi konservasi fauna,
·         Penyatuan paket wisata edukasi konservasi fauna, pelaksanaan program/ pekerjaan konservasi fauna (perawatan/pemeliharaan satwa)
dan wahana rekreasi outbond.
·         Penyediaan fasilitas/ wahana outbond  seperti Flying Fox, Rumah Pohon, Jaring Laba-Laba dsb.
·         Penyediaan fasilitas pendukung.
B.     Pengembangan Taman  Konservasi Flora dan Lingkungan (Eco-Park) yang terintegrasi dengan Taman Satwa memberikan nilai tambah sebagai kawasan lindung, sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan bioteknologi, rekreasi dan atau budidaya.
·         Penyediaan fasilitas edukasi konservasi fauna,
·         Penyatuan paket wisata edukasi konservasi fauna, pelaksanaan program/ pekerjaan konsrevasi fauna (perawatan/pemeliharaan satwa) dan wahana rekreasi outbond.
·         Peningkatan kualitas hutan kota di Taman Satwa Taru Jurug dengan keaneka ragaman flora di Indonesia.
·         Penyatuan hutan kota/ Taman  Konservasi Flora dan Lingkungan dengan Taman Satwa dalam zona konservasi fauna dan flora.
C.     Penyediaan fasilitas pendukung
4.      Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Stakeholder Ekowisata terdiri dari  pemerintah, swasta, LSM, penduduk lokal, perguruan tinggi, organisasi internasional.
Peran stakeholder :
1.      Pemerintah
Berperan melalui kebijakan fiskal yang dibuatnya meliputi perpajakan (dan tarif), investasi, infrastruktur, keamanan atau profesional aparat pemerintah.
2.      Sektor swasta
Berperan dalam pengelolaan fasilitas dan akomodasi, informasi, produk wisata, tujuan wisata dan kualitas pelayanan.
3.      Pengunjung atau wisatawan
Berperan dalam aliran ekonomi, pengalaman, pendidikan lingkungan, nilai lokal, kepuasan, membentuk opini tentang lingkungan
4.      Penduduk lokal
Berperan sebagai subyek dan obyek ecotourism, kesejahteraan, kerangka berpikir penduduk lokal digunakan untuk saran kebijakan.
5.      Lembaga masyarakat
Berperan dalam memfasilitasi stakeholder yang terancam, advokasi, fungsi politis untuk mengangkat isu-isu kemiskinan, ketidak adilan dan dampak kerusakan lingkungan agar diperbaiki keadaannya.
5.      Strategi Pemasaran
5.1     Peningkatan Produk Wisata
TSTJ sebagai kawasan wisata yang yang memadukan sarana konservasi fauna, flora dan lingkungan; edukasi; budaya; rekreasi hiburan dan jasa wisata, serta mempunyai daya tarik wisata yang tinggi maka dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas dari fasilitas produk wisata, antara lain :
·         Penambahan fauna agar lebih bervariasi dan lebih menarik minat pengunjung
·         Penanaman flora yang berwarna seperti berbagai jenis bunga yang ditata sedemikian rupa sehingga terbentuklah estetika taman yang indah
·         Disediakan tempat sampah yang cukup dan dipisahkan antara sampah organik dan anorganik selain itu juga dilakukan pengawasan rutin dan diberi peringatan jika perlu dikenakan denda bagi yang membuang sampah sembarangan
·         Lebih baik dibuat habitat hidup hewan-hewan dengan pembatas berupa parit-parit dan penataan lainnya agar keamanan pengunjung juga terjamin, agar hewan-hewan tersebut tidak merasa terkurung dan stress saat di kerangkeng atau jika masih di krangkeng dilakukan penataan yang terstruktur yang kondisinya mendekati habitatnya
·         Menggaungkan slogan-slogan animal welfare, kepedulian terhadap lingkungan, satwa dan flora pada papan-papan di berbagai sudut lokasi taman.
·         Menambahkan deskripsi di setiap depan kandang satwa untuk sarana edukasi pengunjung.
·         Memperbaiki diorama yang berisi gajah awetan dan hewan lain di pintu masuk lalu diberi deskripsi bernilai sejarah agar menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
·         Bekerjasama dengan masyarakat pedagang di sekitar taman untuk menjual barang dagangan yang akan menjadi ciri khas apabila berkunjung ke TSTJ
·         Melakukan perawatan pada taman Gesang yaitu memperbaiki jalan-jalan dan tembok yang runtuh dan licin, monumen pesawat  dan arena bermain anak yang rusak, serta pemotongan berkala pohon- pohon besar di taman Gesang tersebut untuk menambah intensitas cahaya yang masuk sehingga mengurangi suhu yang terlalu lembab.
·         Pengembangan program kegiatan rekreasi dan apresiasi alam di TSTJ
·         Digelar even- even budaya insidental dan mingguan seperti Jaka Tingkir, keroncongan
5.2  Manajemen
·         Penerapan peraturan/ tata tertib perusahaan dan prosedur untuk pengelolaan yang mengacu tata pengelolaan taman satwa dan tata kelola perusahaan yang baik, manajemen pariwisata dan manajemen pelayanan
·         Pengembangan SDM dan memenuhi kesejahteraan pegawai TSTJ
5.3  Pembiayaan
Pendanaan revitalisasi TSTJ ditempuh melalui kerjasama dengan investor.
5.4 Pemasaran
·         Memperluas area pasar wisatawan : DIY & Jateng,  Jawa Timur bagian Barat, Jawa Barat bagian pantura & timur, wisatawan  yang ke Solo
·         Segmentasi : Anak-anak & keluarga,  remaja, pelajar dan profesional serta komunitas.
·         Program promosi  yang efektif  dan event.
6.    Anggaran Biaya Proyek
Modal awal                                                                             Rp. 290.000.000,00
perbaikan kandang                                                                  Rp.  40.000.000,00
peningkatan pakan & vitamin                                                 Rp.   15.000.000,00
pengecekan kesehatan hewan(pengobatan)                            Rp.   10.000.000,00
kenaikan gaji& intensif pegawai                                             Rp.   80.000.000,00
festival hari libur                                                                     Rp.   20.000.000,00
perbaikan sarana & prasarana (toko, kmar mandi, dll            Rp.   50.000.000,00
proses ijin lembaga konservasi sampai dgn penerapan LK    Rp.   15 .000.000,00
penambahan wahana bermain                                                 Rp.   25.000.000,00
penambahan satwa                                                                  Rp.   30.000.000,00
biaya tak terduga                                                                    Rp.     5.000.000,00
Dari anggaran diatas berarti keuntungan didapatkan dari harga tiket yang dibayar oleh pengunjung yang datang yang masih digunakan untuk membayar pajak. Kemudian jika mendapatkan dana sebesar Rp. 1.400.000.000,00 (1,4 milyar rupiah) yang digunakan untuk revitalisasi maka perbaikan fasilitas, penambahan fasilitas, peningkatan produk wisata seharusnya dapat lebih besar atau lebih banyak lagi begitu pula dengan keuntungannya tersisa lebih banyak setelah menyumbang PAD (Pendapatan Asli Daerah)  di PEMKOT SOLO.
7.      Jadwal rencana kerja
Menurut apa yang disampaikan oleh direktur utama TSTJ rencana dilakukannya revitalisasi TSTJ akan dilaksanakan setelah selesai melakukan pengalihan hak tata guna lahan yang ternyata masih berada di pemkot Surakarta. Karena masalah itulah yang menyebabkan TSTJ tidak segera di revitalisasi. Selain itu,TSTJ juga sedang menunggu datangnya investor yang mau ikut serta dalam mengembangkan kawasan wisata TSTJ menjadi kawasan wisata berbasis ecowisata. Jadi jika kedua hal tersebut belum terpenuhi dari pihak TSTJ sendiri belum akan melakukan revitalisasi.
8.      Metode untuk Mengendalikan Pencapaian Tujuan
Perencanaan pengembangan ekowisata harus didasarkan pada regulasi secara nasional maupun kesepakatan secara internasional. Seluruh regulasi dan kesepakatan internasional dijadikan dasar dan landasan untuk pengembangan ekowisata nasional. Sementara pengembangan ekowisata regional atau lokal yang  menjadi kondisi sementara TSTJ saat ini didasarkan pada regulasi di daerah serta persepsi dan preferensi masyarakat. Dalam perencanaan pengembangan ekowisata tujuan yang ingin dicapai adalah kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu harus dilakukan perencanaan meliputi perencanaan wilayah ekowisata yang meliputi legislasi, penataan ruang, litbang, infrastruktur, pemasaran di tingkat nasional, lalu di tingkat ekosistem dan di tingkat mikro yang meliputi komunitas dan ekonomi lokal, desa, dan budaya lokal. Selain itu juga dilakukan perencanaan manajemen meliputi :
o   Faktor ekologi dan sosial merupakan dasar bagi berbagai pemanfaatan dan menjadi dasar tatanilai pengelolaan.
o   Organisasi manajemen yang ditujukan untuk melindungi tatanilai asli saat area dikembangkan.
o   Produk atau jasa ekowisata memiliki karakteristik lokal dan khas Soloyang berbeda dengan jasa pariwisata umumnya.
o   Karakteristik layanan jasa ekowisata terletak pada kualitas, pengendalian dan manfaat (high quality, low volume dan high value added).
o   Perencanaan manajemen yang berada dalam konteks pengembangan wilayah dan berjangka panjang.





0 comments:

Post a Comment