BAB VI
GAGASAN AWAL RENCANA PROYEK
A. Penentuan Tujuan Dan Sasaran
Tujuan didirikannya
Tawan Satwa Taru Jurug (TSTJ) adalah
sebagai berikut :
·
Untuk mengembangkan aspek sosial dan
budaya kota Solo
·
Untuk mengembangkan hiburan dan kepariwisataan
di kota Solo
·
Untuk meninngkatkan Pendapatan Asli
Daerah (PAD) kota Solo
Dari tujuan berdirinya
TSTJ tersebut dengan berjalannya waktu, ketiga tujuan tersebut belum sepenuhnya
terwujud, karena terhalang oleh danayang diperolehdan dukungan dari pemerintah
kota sendiri serta kepemilikan tanah TSTJ yang belum resmi menjadi milik TSTJ
karena masih merupakan milik PEMDA SOLO. Sehingga pengelolaan TSTJ belum bisa
leluasa dalam melakukan revitalisasi atau peremajaan TSTJ sendiri.
Sementara itu, sasaran
yang ingin dicapai atau dituju dalam pembangunan TSTJ adalah memberikan edukasi
atau pengetahuan tentang flora dan fauna yang terdapat di TSTJ khususnya bagi
anak-anak, sehingga setelah datang atau mengunjungi TSTJ anak-anak tersebut
dapat mengenal lebih jauh tentang flora dan fauna, terutama jenis fauna (hewan)
yang ada di TSTJ. Selain itu, bagi mahasiswa terutama mahasiswa Biologi dapat
menjadi obyek penelitian baik flora, fauna maupun ekologi atau lingkungan yang
ada di TSTJ. Bagi orang tua dapat digunakan sebagai rekreasi atau hiburan untuk
menghilangkan atau mengurangi kepenatan akibat pekerjaan dan kesibukan
sehari-hari. Selain itu juga dapat dimanfaatkan untuk refreshing dan waktu
untuk bersama keluarga. Sejauh ini sasaran yang sudah dicapai TSTJ sudah
mencapai kira-kira 70%, dari pemanfaaatan sarana prasarana yang ada di TSTJ
oleh wisatawan yang berkunjung. Dengan pembangunan TSTJ ini, tidak hanya
wisatawan terutama anak-anak saja yang diuntungkan, tetapi pihak PEMDA kota
Solo juga diuntungkan dalam hal penambahan atau peningkatan PAD kota Solo.
B. Analisis
Terhadap Kebijakan Ekowisata Lokal
Ekowisata merupakan
suatu konsep yang mengkombinasikan kepentingan
industri kepariwisataan
dengan para pencinta lingkungan. Ekowisata pada saat sekarang ini menjadi
aktivitas ekonomi yang penting yang memberikan kesempatan kepada wisatawan
untuk mendapatkan pengalaman mengenai alam dan budaya untuk dipelajari dan
memahami betapa pentingnya konservasi keanekaragaman hayati dan budaya lokal.
Pada saat yang sama ekowisata dapat memberikan generating income untuk kegiatan
konservasi dan keuntungan ekonomi pada masyarakat yang tingal di sekitar lokasi
ekowisata.
Dalam pengembangan
ekowisata perlu adanya rencana pengelolaan yang mengacu kepada tujuan utama
awalnya yaitu mendorong dilakukannya pengawetan lingkungan hidup, sehingga
ekowisata perlu di rencanakan pengelolaannya dengan mengintergrasikan dalam
pendekatan sistem untuk konservasi yang menggunakan desain konservasi.
Perencanaan ekowisata adalah
alat untuk membimbing pengembangan pariwisata pada daerah yang dilindungi
dengan melakukan sintesis dan menggunakan visi dari semua pemangku kepentingan
untuk tujuan konservasi pada lokasi tersebut. Perencanaan pengelolaan ekowisata
seharusnya mengambarkan jenis ekowisata apa yang dapat dilakukan atau kegiatan
publik apa yang bisa dilakukan di daerah yang dilindungi tersebut. Perencanaan
pengelolaan ekowisata ini juga biasanya mengembangkan pewilayahan (zoning) yang
didesain dan yang diperbolehkan untuk kegiatan kepariwisataan.
Perencanaan pengelolaan
ekowisata harus mengacu kepada rencana pengelolaan umum (General Mangement
Plan) dan rencana daerah konservasi (Site Conservation Plan). Rencana
pengelolaan umum ini menjelaskan tujuan dan umum dan tujuan khusus yang telah
disusun untuk sistem konservasi pada daerah yang dilindungi. Pada rencana ini
terdapat pewilayahan, strategi, program dan aktivitas-aktivitas yang bertujuan
untuk mencapai tujuan umum dan tujuan khusus. Rencana daerah konservasi merupakan
komponen dari perencanaan pengelolaan umum yang lebih fokus pada kasus-kasus
dan alternatif strategi untuk mengatasi ancaman-ancaman terhadap kegiatan
konservasi yang dilakukan dan mungkin salah satunya adalah kegiatan ekowisata.
Dalam
menyiapkan rencana pengelolaan ekowisata tim penyusun harus
terlebih dahulu menyepakati formatnya
terlebih dahulu, akan tetapi secara umum format rencana pengelolaan ekowisata
adalah sebagai berikut:
1.
Visi, tujuan dan strategi
2.
Tujuan khusus
3. Aktivitas
4.
Pewilayahan
5.
Memfasilitasi pelaksanaan
6.
Lampiran
7.
Peta dan grafik pendukung
C.
Pemilihan Prioritas Strategi Pelaksanaan Proyek
Menurut Gamal Suwantoro (1997:19), unsur pokokyang harus mendapat perhatian guna menunjangpengembangan pariwisata di daerah tujuan yangmenyangkut perencanaan, pelaksanaan pembangunan danpengembangan meliputi lima unsur :
(1) Objek
dan daya tarik wisata
Merupakan
sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah
tertentu yang menjadi inti dari berkembangnya industry pariwisata.
(2) Prasarana
wisata
Merupakan
semua fasilitas yang dapatmemungkinkan proses perekonomian berjalan
denganlancar sedemikian rupa, sehingga dapat mempermudahkegiatan manusia dalam
memenuhi kebutuhannya, disamping itu merupakan sumber daya alam dansumber daya
buatan manusia yang mutlak dibutuhkan olehwisatawan dalam perjalanannya di
daerah tujuan pariwisata,seperti jalan, listrik, air, rumah sakit,
telekomunikasi,terminal, jembatan, dan lain sebagainya.
(3) Sarana
wisata
Merupakan
perusahaan-perusahaanyang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik
secaralangsung atau tidak langsung dan merupakan kelengkapan daerah tujuan
wisata yangdiperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalammenikmati
perjalanan wisatanya.
(4) Tata
laksana/infrastruktur
Menyangkut pemilihan cara
penanganan rencana proyek yang tepat dan efektif beserta komponen yang
mendukung pembangunan objek wisata.
(5) Masyarakat/lingkungan
Masyarakat
di sekitar objek wisatalah yang akanmenyambut kehadiran wisatawan tersebut dansekaligus
akan memberikan layanan yang diperlukanoleh para wisatawan. Untuk ini
masyarakat di sekitarobjek wisata perlu mengetahui berbagai jenis dankualitas
layanan yang dibutuhkan oleh para wisatawan. Lingkungan alam di sekitar objek
wisatapun perludiperhatikan dengan seksama agar tak rusak dantercemar.
Lingkungan masyarakat dalam lingkungan alamdi suatu objek wisata merupakan
lingkungan budayayang menjadi pilar penyangga kelangsungan hidupmasyarakat
(Gamal Suwantoro, 1997: 24).
Dari kelima aspek tersebut yaituobjek
dan daya tarik wisata,
prasarana, sarana, tata lakasana/infrastruktur serta masyarakat/lingkungan
wisata harus merupakan prioritas utama dalam perencanaan pembangunan proyek
pariwisata dikarenakan merupakan faktor pendukung yang utama dan vital bagi
keberjalanan dan eksistensi pariwisata. Dalam pemilihan prioritas utama
strategi perencanaan proyek Tawan Satwa Taru Jurug (TSTJ) perlu diperhatikan aspek ekologi atau lingkungannya, menyangkut
kelangsungan keseimbangan ekosistem makhluk hidup di lingkungan tempat wisata tersebut dan
perlu dijaga kelestarian lingkungannya tidak hanya berpusat pada segi ekonomi
mengenai pendapatan atau keuntungan yang akan diperoleh. Hal ini merupakan
prinsip dari ekowisata, yangmana menjadikan tempat wisata sebagai konservasi
flora dan fauna sehingga tidak hanya keuntungan dari segi ekonomi yang akan
diperoleh tetapi juga terciptanya keseimbangan ekosistem dan kelestarian
lingkungan.
Langkah yang sistematis
menghasilkan strategi dengan peluang keberhasilan yang tinggi. Disamping itu
perlu untuk melakukan beberapa
penyesuaian strategi sesuai kebutuhan aplikasi di
proyek.Kemampuan daya dukung sumberdaya dan lingkungan merupakanlangkah awal
yang penting untuk diketahui guna mendukung pengembanganpariwisata berkelanjutan.
Pengembangan pariwisata yang tidak terkendali akanmengarah kepada kerusakan
sumberdaya dan lingkungan sekitarnya. Selain haltersebut aspek sosial ekonomi
dalam kaitannya dengan pengembangankepariwisataan perlu diatur secara
komprehensif dan terpadu dengan aspeksumberdaya dan lingkungan. Pengaturan ini
dimaksudkan untuk dapatmenciptakan suatu keadaan yang tertib, aman, nyaman,
menarik bagi wisatawanmaupun penduduk setempat.
BAB
VII
PENYUSUNAN
RENCANA PROYEK REVITALISASI
1. Pendahuluan
Pariwisata yang
merupakan kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari
pekerjaan rutin atau mencari suasana lain hari ini semakin berkembang sejalan
dengan perubahan sosial, budaya, ekonomi, teknologi dan politik. Misal
perubahan sosial di suatu lokasi wisata yang berkembang amat cepat, sangat luas
terutama di lokasi wisata yang banyak dikunjungi oleh turis asing sebab
Indonesia yang merupakan negara akan budaya berpotensi besar menarik wisatawan
manca negara.Hal ini dikarenakan di dalam pariwisata yang dijual adalah
lingkungan. Dimana lingkungan ini mencakup lingkungan biotik dan abiotik.
Lingkungan biotik seperti yang telah kita ketahui meliputi mahluk hidup yang
hidup di sekitar kawasan wisata sedangkan lingkungan abiotik juga meliputi lingkungan
budaya.
Begitu pula halnya
dengan lokasi wisata Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ) yang terletak di kota Solo.
Kota Solo mungkin memang berukuran kecil dibanding kotamadya lain di Jawa
Tengah namun auranya tidak kalah dengan kota-kota besar di Indonesia. Hal ini
tidak lain karena Solo memiliki sejarah masa lalu dan masih terasa pengaruhnya
hingga kini. Dan hal ini dikarenakan adanya Keraton Kasunanan Surakarta
Hadiningrat. Kerajaan ini memiliki sejarah panjang dan merupakan pecahan dari
Kerajaan Mataram Islam. Hal ini menjadikan kota Solo sebagai kota budaya yang
dapat menarik banyak wisatawan. TSTJ yang letaknya strategis baik dari Kota
Solo maupun dari kota-kota di sekitarnya seperti Karanganyar, Sragen, Boyolali,
Klaten, dan Sukoharjo karena letaknya persis
di pinggir jalan utama antar kota antar propinsi yang menghubungkan Solo dengan
Karanganyar, juga bersebelahan dengan Sungai Bengawan Solo yang legendaris.
Sehingga praktis, masyarakat dari manapun bisa singgah ke TSTJ. TSTJ terletak
di Jalan Ir. Soetami bersebelahan dengan kampus Universitas Sebelas Maret
Surakarta (UNS) ini.
TSTJ
yang lebih sering dikenal masyarakat dengan Kebun Binatang Jurug menyimpan
aneka fauna di dalamnya. Selain itu pohon-pohon yang tinggi dan rindang ini
cukup membuat suasana sejuk seperti di hutan habitat asli binatang-binatang
itu. Di dalam TSTJ ini juga terdapat danau kecil yang nampak Pulau kecil yang
ditinggali orang utan. Selain itu juga terdapat taman Gesang, aneka barang
dagangan dari makanan, cindera mata dan mainan anak- anak.
TSTJ ini dahulu sempat menjadi
andalan pariwisata di kota Solo ini, kini seakan kehilangan pamornya karena
kurangnya pengelolaan selama bertahun- tahun. Hal ini menyebabkan pemasukan
dana bagi perawatan tempat dan hewan menurun. Hewan-hewan yang ada di dalamnya
pun jadi kurang terawat. Hal ini mungkin menjadi salah satu penyebab
berkurangnya pengunjung yang datang. Namun demikian semua ini belum terlambat
apabila pemerintah, pengelola dan masyarakat sekitar ikut andil dalam
menjadikan TSTJ ini menjadi primadona kota Solo. Begitu pula yang dilakukan
oleh mahasiswa FMIPA jurusan Biologi dari Universitas Sebelas Maret yang
mengikuti mata kuliah Ekologi Pariwisata ini mengadakan kunjungan ekowisata ke
TSTJ yang diharapkan dapat menganalisis kondisi TSTJ kemudian membuat
perencanaan ekowisata yang diharapkan dapat membantu pengembangan TSTJ sebagai
kawasan ekowisata andalan bagi kota Solo.
2.
Tujuan dan Sasaran Proyek
2.1 Tujuan Proyek
Upaya
revitalisasi ini Taman Satwa Taru Jurug meliputi upaya restorasi, rehabilitasi
dan/atau rekonstruksi. Hal ini dimaksudkan untuk memvitalkan kembali Taman
Satwa Taru Jurug yang dahulu pernah menjadi andalan kota Solo namun kemudian
mengalami kemunduran/degradasi. Dalam pelaksanaan revitalisasi ini diperlukan
perbaikan dan peningkatan aktivitas ekonomi yang merujuk kepada aspek
sosial-budaya serta aspek lingkungan. Jadi yang perlu direvitalisasi di Taman
Satwa Satu Jurug tidak hanya pada penyelesaian keindahan fisik saja, tapi juga
harus dilengkapi dengan peningkatan ekonomi masyarakatnya serta pengenalan
budaya yang ada. Untuk melaksanakan revitalisasi perlu adanya keterlibatan
masyarakat setempat dan masyarakat luas. Selain itu peran teknologi informasi
juga diperlukan terkait pengelolaan yang melibatkan banyak pihak.
Revitalisasi
Taman Satwa Taru Jurug diharapkan dapat mewujudkan dan mengembangkan Taman
Wisata yang menjadi sarana konservasi
fauna dan flora, edukasi; sosial, budaya, rekreasi hiburan, dan usaha wisata /
jasa kepariwisataan yang memiliki daya
tarik wisata yang tinggi; serta selaras untuk mewujudkan fungsi kawasan resapan
air, kawasan perlindungan setempat, Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang berisi Taman
Satwa, Konservasi Flora dan Hutan Kota.
Sebagai
kawasan lindung, Kawasan Taman Jurug menjadi Kawasan strategis Kota dari sudut
kepentingan lingkungan, yaitu kawasan resapan air, kawasan perlindungan
setempat (kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo), Ruang Terbuka Hijau dan cagar
budaya. Optimalisasi fungsi sebagai
kawasan resapan air, kawasan sempadan Sungai Bengawan Solo, dan Ruang Terbuka
Hijau, akan memberikan nilai lebih pada lingkungan/ kawasan lindung. Tujuan
dari proyek revitalisasi Taman Satwa Taru Jurug, yaitu:
·
Meningkatkan kualitas
produk wisata dari Taman Satwa Taru Jurug
·
Menjadikan Taman Satwa
Taru Jurug ini kawasan Wisata yang yang memadukan sarana konservasi fauna,
flora dan lingkungan; edukasi; budaya; rekreasi hiburan dan jasa wisata, serta
mempunyai daya tarik wisata yang tinggi
·
Membangun taman wisata
yang ramah lingkungan
2.2 Sasaran proyek
Sasaran proyek
revitalisasi meliputi pengunjung dari kalangan anak- anak, remaja, dewasa
maupun lanjut usia. Taman Satwa Taru
Jurug di dalamnya terdapat koleksi fauna, flora yang tinggi dan rindang cukup
membuat suasana sejuk seperti di hutan habitat asli binatang-binatang itu. Di
dalam TSTJ ini juga terdapat danau kecil yang nampak Pulau kecil yang
ditinggali orang utan. Selain itu juga terdapat taman Gesang, aneka barang
dagangan dari makanan, cindera mata dan mainan anak- anak serta pertunjukan
budaya pada even-even tertentu. Hal ini menjadi daya tarik para wisatawan lokal
dari berbagai kalangan usia tersebut. Untuk wisatawan yang tua umumnya ingin
paket yang santai, tidak berat, menarik dan fasilitas sesuai kemampuannya dapat
tersedia seperti tempat berteduh, melihat fauna dengan aman dan nyaman,
pertunjukan budaya. Para wisatawan yang muda ingin mendapat banyak pengalaman
dari flying fox misalnya, melihat fauna dengan rincian karakteristiknya di
depan kandang karena mungkin mereka dari kalangan pelajar atau mahasiwa yang
sedang melakukan penelitian, sedangkan yang paling utama penggemar dari TSTJ
ini adalah anak- anak yang sedang belajar dan mengenal aneka hewan, mereka juga
senang bermain dengan fasilitas permainan, dan cinderamata yang dapat dimainkan.
3. Program
dan Kegiatan untuk Mencapai Tujuan
Progam dan kegiatan
dari kawasan ekowisata Taman Satwa Taru Jurug harus dikelola profesional, yaitu
dengan pemasaran yang spesifik menuju tujuan wisata, ketrampilan dan layanan
kepada pengunjung secara intensif, keterlibatan penduduk lokal dalam
memandu/menerjemahkan obyek wisata, kebijakan pemerintah (subsidi) dalam
kerangka melindungi aset lingkungan dan kultural serta pengembangan kemampuan
penduduk lokal. Secara umum produk ekowisata meliputi sumberdaya alam, atraksi,
fasilitas, infrastruktur, jasa, pandangan/image,
dan simbol dari suatu nilai budaya yang menawarkan manfaat yang menarik kepada
konsumen. Untuk mencapai tujuan bahwa Taman Satwa Satu Jurug akan
direvitalisasi menjadi kawasan ekowisata yang menarik dan andalan di kota Solo,
dilakukan atraksi ekowisata yang dapat menarik seseorang untuk berkunjung di
Taman Satwa Taru Jurug tersebut. Untuk meningkatkan daya tarik ekowisata Taman
Satwa Taru Jurug diperlukan suatu program kegiatan rekreasi dan apresiasi alam
disesuaikan dengan kekuatan dan potensi yang memungkinkan dari Taman Satwa Taru
Jurug, antara lain:
A. Pengembangan
kegiatan Rekreasi Edukatif (Edutainment) berbasis Konservasi dengan pola
outbond yang memanfaatkan potensi alam (flora dan landskap) serta fauna.
·
Penyediaan fasilitas edukasi konservasi
fauna,
·
Penyatuan paket wisata edukasi
konservasi fauna, pelaksanaan program/ pekerjaan konservasi fauna
(perawatan/pemeliharaan satwa)
dan wahana rekreasi outbond.
·
Penyediaan fasilitas/ wahana
outbond seperti Flying Fox, Rumah Pohon,
Jaring Laba-Laba dsb.
·
Penyediaan fasilitas pendukung.
B. Pengembangan
Taman Konservasi Flora dan Lingkungan
(Eco-Park) yang terintegrasi dengan Taman Satwa memberikan nilai tambah sebagai
kawasan lindung, sarana pendidikan, penelitian dan pengembangan bioteknologi,
rekreasi dan atau budidaya.
·
Penyediaan fasilitas edukasi konservasi
fauna,
·
Penyatuan paket wisata edukasi
konservasi fauna, pelaksanaan program/ pekerjaan konsrevasi fauna
(perawatan/pemeliharaan satwa) dan wahana rekreasi outbond.
·
Peningkatan kualitas hutan kota di Taman
Satwa Taru Jurug dengan keaneka ragaman flora di Indonesia.
·
Penyatuan hutan kota/ Taman Konservasi Flora dan Lingkungan dengan Taman
Satwa dalam zona konservasi fauna dan flora.
C.
Penyediaan fasilitas pendukung
4. Tugas
dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan (Stakeholder)
Stakeholder Ekowisata terdiri dari pemerintah, swasta, LSM, penduduk lokal,
perguruan tinggi, organisasi internasional.
Peran stakeholder :
1.
Pemerintah
Berperan
melalui kebijakan fiskal yang dibuatnya meliputi perpajakan (dan tarif),
investasi, infrastruktur, keamanan atau profesional aparat pemerintah.
2.
Sektor swasta
Berperan
dalam pengelolaan fasilitas dan akomodasi, informasi, produk wisata, tujuan
wisata dan kualitas pelayanan.
3.
Pengunjung atau wisatawan
Berperan
dalam aliran ekonomi, pengalaman, pendidikan lingkungan, nilai lokal, kepuasan,
membentuk opini tentang lingkungan
4.
Penduduk lokal
Berperan
sebagai subyek dan obyek ecotourism, kesejahteraan, kerangka berpikir penduduk
lokal digunakan untuk saran kebijakan.
5.
Lembaga masyarakat
Berperan
dalam memfasilitasi stakeholder yang terancam, advokasi, fungsi politis untuk
mengangkat isu-isu kemiskinan, ketidak adilan dan dampak kerusakan lingkungan
agar diperbaiki keadaannya.
5. Strategi
Pemasaran
5.1 Peningkatan
Produk Wisata
TSTJ sebagai
kawasan wisata yang yang memadukan sarana konservasi fauna, flora dan
lingkungan; edukasi; budaya; rekreasi hiburan dan jasa wisata, serta mempunyai
daya tarik wisata yang tinggi maka dilakukan peningkatan kualitas dan kuantitas
dari fasilitas produk wisata, antara lain :
·
Penambahan fauna agar lebih bervariasi
dan lebih menarik minat pengunjung
·
Penanaman flora yang berwarna seperti
berbagai jenis bunga yang ditata sedemikian rupa sehingga terbentuklah estetika
taman yang indah
·
Disediakan tempat sampah yang cukup dan
dipisahkan antara sampah organik dan anorganik selain itu juga dilakukan
pengawasan rutin dan diberi peringatan jika perlu dikenakan denda bagi yang
membuang sampah sembarangan
·
Lebih baik dibuat habitat hidup
hewan-hewan dengan pembatas berupa parit-parit dan penataan lainnya agar
keamanan pengunjung juga terjamin, agar hewan-hewan tersebut tidak merasa
terkurung dan stress saat di kerangkeng atau jika masih di krangkeng dilakukan
penataan yang terstruktur yang kondisinya mendekati habitatnya
·
Menggaungkan slogan-slogan animal
welfare, kepedulian terhadap lingkungan, satwa dan flora pada papan-papan di
berbagai sudut lokasi taman.
·
Menambahkan deskripsi di setiap depan
kandang satwa untuk sarana edukasi pengunjung.
·
Memperbaiki diorama yang berisi gajah
awetan dan hewan lain di pintu masuk lalu diberi deskripsi bernilai sejarah
agar menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
·
Bekerjasama dengan masyarakat pedagang
di sekitar taman untuk menjual barang dagangan yang akan menjadi ciri khas
apabila berkunjung ke TSTJ
·
Melakukan perawatan pada taman Gesang
yaitu memperbaiki jalan-jalan dan tembok yang runtuh dan licin, monumen
pesawat dan arena bermain anak yang
rusak, serta pemotongan berkala pohon- pohon besar di taman Gesang tersebut untuk
menambah intensitas cahaya yang masuk sehingga mengurangi suhu yang terlalu
lembab.
·
Pengembangan program kegiatan rekreasi
dan apresiasi alam di TSTJ
·
Digelar even- even budaya insidental dan
mingguan seperti Jaka Tingkir, keroncongan
5.2 Manajemen
·
Penerapan peraturan/ tata tertib
perusahaan dan prosedur untuk pengelolaan yang mengacu tata pengelolaan taman
satwa dan tata kelola perusahaan yang baik, manajemen pariwisata dan manajemen
pelayanan
·
Pengembangan SDM dan memenuhi
kesejahteraan pegawai TSTJ
5.3 Pembiayaan
Pendanaan revitalisasi TSTJ ditempuh melalui
kerjasama dengan investor.
5.4 Pemasaran
·
Memperluas area pasar wisatawan : DIY
& Jateng, Jawa Timur bagian Barat,
Jawa Barat bagian pantura & timur, wisatawan yang ke Solo
·
Segmentasi : Anak-anak & keluarga, remaja, pelajar dan profesional serta
komunitas.
·
Program promosi yang efektif
dan event.
6. Anggaran
Biaya Proyek
Modal awal Rp. 290.000.000,00
perbaikan kandang Rp. 40.000.000,00
peningkatan pakan & vitamin Rp. 15.000.000,00
pengecekan kesehatan
hewan(pengobatan) Rp. 10.000.000,00
kenaikan gaji& intensif pegawai
Rp. 80.000.000,00
festival hari libur Rp. 20.000.000,00
perbaikan sarana & prasarana
(toko, kmar mandi, dll
Rp. 50.000.000,00
proses ijin lembaga konservasi
sampai dgn penerapan LK Rp. 15 .000.000,00
penambahan wahana bermain Rp. 25.000.000,00
penambahan satwa Rp. 30.000.000,00
biaya tak terduga Rp. 5.000.000,00
Dari anggaran diatas
berarti keuntungan didapatkan dari harga tiket yang dibayar oleh pengunjung
yang datang yang masih digunakan untuk membayar pajak. Kemudian jika
mendapatkan dana sebesar Rp. 1.400.000.000,00 (1,4 milyar rupiah) yang
digunakan untuk revitalisasi maka perbaikan fasilitas, penambahan fasilitas,
peningkatan produk wisata seharusnya dapat lebih besar atau lebih banyak lagi
begitu pula dengan keuntungannya tersisa lebih banyak setelah menyumbang PAD
(Pendapatan Asli Daerah) di PEMKOT SOLO.
7. Jadwal
rencana kerja
Menurut apa yang disampaikan oleh
direktur utama TSTJ rencana dilakukannya revitalisasi TSTJ akan dilaksanakan
setelah selesai melakukan pengalihan hak tata guna lahan yang ternyata masih
berada di pemkot Surakarta. Karena masalah itulah yang menyebabkan TSTJ tidak
segera di revitalisasi. Selain itu,TSTJ juga sedang menunggu datangnya investor
yang mau ikut serta dalam mengembangkan kawasan wisata TSTJ menjadi kawasan
wisata berbasis ecowisata. Jadi jika kedua hal tersebut belum terpenuhi dari
pihak TSTJ sendiri belum akan melakukan revitalisasi.
8. Metode
untuk Mengendalikan Pencapaian Tujuan
Perencanaan
pengembangan ekowisata harus didasarkan pada regulasi secara nasional maupun
kesepakatan secara internasional. Seluruh regulasi dan kesepakatan
internasional dijadikan dasar dan landasan untuk pengembangan ekowisata
nasional. Sementara pengembangan ekowisata regional atau lokal yang menjadi kondisi sementara TSTJ saat ini
didasarkan pada regulasi di daerah serta persepsi dan preferensi masyarakat.
Dalam perencanaan pengembangan ekowisata tujuan yang ingin dicapai adalah
kelestarian alam dan budaya serta kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu
harus dilakukan perencanaan meliputi perencanaan wilayah ekowisata yang
meliputi legislasi, penataan ruang, litbang, infrastruktur, pemasaran di
tingkat nasional, lalu di tingkat ekosistem dan di tingkat mikro yang meliputi
komunitas dan ekonomi lokal, desa, dan budaya lokal. Selain itu juga dilakukan
perencanaan manajemen meliputi :
o
Faktor ekologi dan sosial merupakan
dasar bagi berbagai pemanfaatan dan menjadi dasar tatanilai pengelolaan.
o
Organisasi manajemen yang ditujukan
untuk melindungi tatanilai asli saat area dikembangkan.
o
Produk atau jasa ekowisata memiliki
karakteristik lokal dan khas Soloyang berbeda dengan jasa pariwisata umumnya.
o
Karakteristik layanan jasa ekowisata
terletak pada kualitas, pengendalian dan manfaat (high quality, low volume dan
high value added).
o
Perencanaan manajemen yang berada dalam
konteks pengembangan wilayah dan berjangka panjang.
0 comments:
Post a Comment