MAKALAH
BIOKIMIA NUTRISI
MAKANAN
FERMENTASI KIMCHI,
SEDERHANA
NAMUN KAYA MANFAAT
Disusun Oleh:
Dinar Larasati (M0410019)
Irma
Khoirunnisa (M0410034)
Resha Gracika
S. (M0410052)
Tutut
Bararatut J. (M0410062)
Wardha Ayu A. (M0410065)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Fermentasi telah lama digunakan dalam pengolahan bahan makanan secara tradisional, dan merupakan
salah satu cara pemrosesan dan bentuk pengawetan makanan tertua. Fermentasi
merupakan cara untuk memproduksi berbagai produk yang menggunakan mikroba
melalui aktivitas metabolisme. Fermentasi dapat terjadi karena adanya aktivitas
mikroba pada substrat organik yang sesuai. Terjadinya fermentasi dapat
menyebabkan perubahan sifat bahan pangan akibat pemecahan kandungan bahan
pangan tersebut, sehingga memungkinkan makanan lebih bergizi, lebih mudah
dicerna, lebih aman, dapat memberikan rasa yang lebih baik dan memberikan
tekstur tertentu pada produk pangan. Fermentasi juga merupakan suatu cara yang
efektif dengan biaya rendah untuk mengawetkan, menjaga kualitas dan keamanan
makanan (Dwidjoseputro, 1994).
Produk fermentasi diharapkan dapat meningkatkan nilai
gizi suatu bahan pangan, relatif lebih efisien karena hanya menggunakan energi
rendah dapat menghasilkan makanan yang lebih awet. Saat ini, proses fermentasi
sudah berkembang sangat pesat. Pada awalnya terjadi tanpa kendali sepenuhnya.
Adanya pengalaman dan berkembangnya berbagai penelitian yang berhubungan dengan
mikrobiologi pangan, seperti anggur, asam cuka, keju, bir, yoghurt, tape,
tempe, asinan, dan tauco, menjadikan produk fermentasi lebih terkendali proses
pengolahannya, aman dikonsumsi dan disukai oleh masyarakat. Keberadaan mikroorganisme dan
enzim-enzim yang dihasilkan merupakan penyebab utama perubahan-perubahan
biokimia dan kimia selama proses fermentasi. Jenis mikroorganisme yang berperan
dalam proses tersebut tergantung pada aktivitas air, pH, suhu, komposisi bahan
dasarnya, ketersedian O2, komponen anti mikroba dan adanya zat-zat
yang bersifat pendukung lainnya (Betty dan Laksmi,1978).
Sifat sayuran diantaranya adalah cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya
penanganan lepas panen. Untuk memperpanjang masa simpannya dapat dilakukan
dengan berbagai pengolahan, misalnya acar, sauerkraut, sayuran asin, kerupuk,
dan lain-lain. Tujuan pengolahan sayur ini untuk memperpanjang daya simpan
sayuran yang mudah busuk dan rusak (Bhratara, 1986).
Salah satu produk makanan hasil proses fermentasi adalah Kimchi, yang
merupakan makanan tradisional Korea
berupa suatu jenis asinan sayur hasil fermentasi yang diberi bumbu pedas. Setelah
digarami dan dicuci, sayuran dicampur dengan bumbu yang dibuat dari udang krill, kecap ikan, bawang putih, jahe
dan bubuk cabai merah. Sayuran yang paling umum dibuat
kimchi adalah sawi putih dan lobak.
Di zaman dulu, kimchi diucapkan sebagai chim-chae yang berarti sayuran
yang direndam. Di Korea, kimchi selalu dihidangkan di waktu makan sebagai salah
satu jenis banchan yang paling umum. Kimchi juga
digunakan sebagai bumbu sewaktu memasak sup kimchi (kimchi jjigae), nasi goreng kimchi (kimchi bokkeumbap), dan berbagai masakan lain(
Jung et.al, 2005).
Kimchi dibuat dari beraneka ragam bahan sesuai dengan jenis kimchi dan
selera orang yang membuatnya. Kimchi yang paling dikenal di luar Korea adalah
baechu kimchi yang dibuat dari sawi putih dan lobak dicampur bawang putih, cabai merah, ppalgangochu), daun bawang, cumi-cumi, tiram
atau makanan laut lain, jahe, garam, dan gula. Kimchi dibuat dari berbagai jenis
sayuran sehingga mengandung kadar serat makanan yang tinggi, namun rendah
kalori. Sebagian besar kimchi dibuat dari sayuran seperti bawang bombay, bawang putih, dan cabai yang baik
untuk kesehatan. Kimchi kaya dengan vitamin A, thiamine (B1), riboflavin (B2),
kalsium, zat besi, dan bakteri asam laktat yang baik untuk pencernaan. Pada
tahun 2000, strain bakteri asam laktat (strain MT-1077T) penghasil bakteriosin yang
diisolasi dari kimchi diberi nama Lactobacillus kimchi.Bakteri laktobasilus yang berperan dalam proses fermentasi kimchi
menghasilkan asam laktat dengan kadar yang lebih tinggi
daripada yogurt
(Myungjin and Jongsik,2005).
Kimchi disebut sebagai salah satu dari lima makanan tersehat di dunia
menurut majalah Health Magazine. Kimchi kaya dengan vitamin, membantu
pencernaan, dan kemungkinan dapat mencegah kanker. Sayuran yang sudah lama diketahui baik untuk kesehatan,
apalagi ditambah kultur bakteri hidup pada kimchi yang lebih banyak dari
yogurt. Pemakaian cabai merah dalam jumlah banyak pada kimchi juga sering
disebut-sebut baik untuk kesehatan.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimanakah proses fermentasi yang
terjadi pada kimchi?
2.
Mikroorganisme apa sajakah yang berperan dalam fermentasi
kimchi?
3. Apakah manfaat dari mengkonsumsi
kimchi bagi kesehatan?
C. Tujuan
1.
Mengetahui proses fermentasi yang
terjadi pada kimchi.
2.
Mengetahui mikroorganisme yang berperan dalam fermentasi
kimchi.
3. Mengetahui manfaat dari
mengkonsumsi kimchi bagi kesehatan.
BAB II
ISI
A.
FERMENTASI BAHAN PANGAN
1.
Pengertian Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses terjadinya perubahan
kimia pada suatu substrat organik melalui aktivitas enzim yang dihasilkan oleh
mikroorganisme. Dalam pengolahan pangan, proses fermentasi dengan menggunakan
aktivitas mikroorganisme secara terkontrol ini biasanya ditujukan untuk
meningkatkan keawetan pangan dengan diproduksinya asam dan/atau alkohol, untuk
menghasilkan produk dengan karkateristik rasa dan aroma yang khas, atau untuk
menghasilkan pangan dengan mutu dan nilai yang lebih baik. Contoh-contoh produk
pangan fermentasi ini bermacam-macam; mulai dari produk tradisional (misalnya
tempe, tauco, tape, dll) sampai kepada produk yang modern (misalnya salami dan
yoghurt). Jenis mikroorganisme yang berperan antara lain, bakteri pembentuk
asam laktat, asam asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil alkohol
(Suprihatin, 2010).
2.
Macam-macam Fermentasi
Berdasarkan
sumber mikroorganisme, proses fermentasi dibagi 2 (dua), yaitu:
a.
Fermentasi
spontan, adalah fermentasi bahan pangan dimana dalam pembuatannya tidak
ditambahkan mikroorganisme dalam bentuk starter atau ragi, tetapi mikroorganisme
yang berperan aktif dalam proses fermentasi berkembang baik secara spontan
karena lingkungan hidupnya dibuat sesuai untuk pertumbuhannya, dimana aktivitas
dan pertumbuhan bakteri asam laktat dirangsang karena adanya garam, contohnya
pada pembuatan sayur asin.
b.
Fermentasi tidak
spontan, adalah fermentasi yang terjadi dalam bahan pangan yang dalam
pembuatannya ditambahkan mikrorganisme dalam bentuk starter atau ragi, dimana
mikroorganisme tersebut akan tumbuh dan berkembangbiak secara aktif merubah
bahan yang difermentasi menjadi produk yang diinginkan, contohnya pada
pembuatan tempe dan oncom.
(Suprihatin, 2010)
3.
Proses Fermentasi
Tahapan proses fermentasi dapat dilakukan oleh jenis
mikroba yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaaan kondisi
pertumbuhan yang dibentuk oleh mikroba
selama proses fermentasi. Adanya interaksi mikroba yang berkorelasi secara
negatif maupun positif dapat menekan atau mendukung pertumbuhan organisme
tertentu. Perubahan populasi mikroba dalam suatu proses fermentasi terjadi
karena metabolit tertentu dapat dibentuk oleh mikroba tertentu untuk menunjang
suksesinya dengan menciptakan lingkungan yang memungkinkan pertumbuhannya.
Jenis mikroba yang berbeda dapat mensintesis metabolit yang berbeda walaupun
pada bahan makanan yang sama. Jenis metabolit yang disintesis pada bahan
makanan tertentu sangat dipengaruhi oleh jenis mikroba dalam proses
fermentasinya (Rejeki, 2011).
Prinsip
fermentasi adalah memperbanyak jumlah mikroorganisme dan menggiatkan
metabolismenya dalam bahan pangan. Kondisi lingkungan yang diperlukan bagi
pertumbuhan dan produksi maksimum dalam fermentasi harus sesuai, terutama dalam
faktor suhu inkubasi, pH medium, oksigen, cahaya, dan agitasi. Prinsip
pengawetan dengan fermentasi didasarkan pada:
-
Menggiatkan pertumbuhan dan metabolisme
mikroorganisme penghasil alkohol dan asam organik.
-
Menekan/mengendalikan pertumbuhan
mikroorganisme proteolitik dan lipolitik oleh alkohol atau asam organik yang
dihasilkan dan bila populasinya sudah tinggi melalui persaingan akan zat gizi
yang terdapat pada substrat (Tjahjadi dan Marta, 2011).
Untuk hidup, semua
organisme membutuhkan sumber-sumber energi yang diperoleh dari metabolisme
bahan pangan dimana organisme terdapat didalamnya. Bahan baku energi yang
paling banyak digunakan adalah glukosa. Dengan adanya oksigen, beberapa
mikroorganisme mencerna glukosa dan menghasilkan air, karbondioksida, dan
sejumlah besar energi (ATP) yang digunakan untuk tumbuh. Proses ini merupakan
metabolisme aerobik. Akan tetapi, beberapa mikroorganisme dapat mencerna bahan
baku energinya tanpa adanya oksigen dan sebagai hasilnya bahan baku energi ini
hanya sebagian yang dipecah. Hasilnya hanya berupa sejumlah kecil energi,
karbondioksida, air, dan produk akhir metabolik yang berupa sejumlah besar asam
laktat, asam asetat, dan etanol serta sejumlah kecil asam organik volatil
lainnya (alkohol dan ester dari alkohol tersebut). Proses ini disebut juga
fermentasi yang timbul sebagai hasil metabolisme tipe anaerobik (Tjahjadi dan
Marta, 2011).
Mikroorganisme yang
paling berperan penting dalam proses fermentasi adalah bakteri pembentuk asam
laktat, bakteri pembentuk asam asetat, dan beberapa jenis khamir penghasil
alkohol. Jenis-jenis kapang tertentu juga berperan utama dalam fermentasi
beberapa bahan pangan. Sifat-sifat bahan pangan hasil fermentasi ditentukan
oleh mutu dan sifat bahan pangan itu sendiri, perubahan yang terjadi sebagai
hasil fermentasi mikroorganisme dan interaksi yang terjadi sebagai hasil
fermentasi mikroorganisme dan interaksi yang terjadi antara produk dari
kegiatankegiatan tersebut dan zat-zat yang merupakan pembentuk bahan pangan
tersebut. Fermentasi oleh mikroorganisme yang dikehendaki akan memberikan rasa,
bentuk, dan tekstur yang baik pada produk hasil fermentasinya (Tjahjadi dan
Marta, 2011).
4.
Manfaat Fermentasi
Manfaat proses fermentasi bagi bahan pangan antara
lain:
a.
Mengubah
sepenuhnya sifat bahan pangan, sehingga cita rasa makanan dapat menjadi lebih
kuat, kaya, dan tajam.
b. Proses
fermentasi dapat dilakukan pada kondisi pH dan suhu normal, sehingga tetap
mempertahankan atau bahkan lebih sering meningkatkan nilai gizi dan organoleptik
produk pangan, sehingga cita rasa makanan dapat menjadi lebih kuat, kaya, dan
tajam.
c. Karakteristik
rasa dan aroma produk yang dihasilkan bersifat khas, tidak dapat diproduksi
dengan teknik/metoda pengolahan lainnya.
(Suprihatin,
2010)
Selain
itu, produk fermentasi juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh,
antara lain:
a. Mengurangi intoleransi terhadap
laktosa/maldigesti laktosa
b.
Mempersingkat frekwensi dan durasi diare
c.
Menstimulasi modulasi imunitas (kekebalan)
d.
Meningkatkan aktivitas antitumor dan
antimutagenik
e. Membantu absorsi mineral
(Suprihatin, 2010)
B.
KIMCHI
Kimchi adalah, fermentasi makanan tradisional Korea yang
disiapkan melalui serangkaian proses, termasuk pretreatment kubis oriental
(atau lobak), brining (penggaraman), pencampuran dengan berbagai rempah-rempah
dan bahan-bahan lainnya, dan fermentasi. Karakteristik kimchi berbeda
tergantung pada varietas kimchi, bahan baku yang digunakan, proses fermentasi,
dan metode pelestarian. Namun, kimchi memiliki biokimia, sifat gizi, dan
organoleptik yang khas dan fungsi yang berhubungan dengan kesehatan. Fermentasi
Kimchi diprakarsai oleh berbagai mikroorganisme awalnya hadir dalam bahan baku,
tetapi fermentasi secara bertahap didominasi oleh bakteri asam laktat. Banyak
faktor fisikokimia dan biologi yang mempengaruhi fermentasi, pertumbuhan, dan
penampilan berurutan mikroorganisme utama yang terlibat dalam fermentasi.
Perubahan biokimia yang kompleks terjadi tergantung pada kondisi lingkungan
sebelum, selama, dan setelah fermentasi. Karakteristik yang paling penting
adalah perubahan komposisi gula dan vitamin (terutama asam askorbat),
pembentukan dan akumulasi asam organik, dan degradasi tekstur dan pelunakan.
Nutrisi, kimchi merupakan sumber penting dari vitamin, mineral, serat, dan nutrisi
lainnya. (chae et al, 2009)
1.
Sejarah
Kimchi
Literatur tertua yang memuat tentang kimchi adalah
buku puisi Tiongkok berjudul Sikyeong
(hangul:시경 hanja:詩經). Pada waktu
itu, kimchi disebut "Ji" sebelum nantinya dikenal sebagai
"chimchae". Asinan berwarna hijau merupakan bentuk awal kimchi
sewaktu cabai
belum dikenal di Korea. Setelah dicampur dengan garam, sayuran seperti kubis dimasukkan ke dalam guci tanah liat
setelah diberi garam, dan dipendam di dalam tanah sebagai persediaan
makanan sewaktu sayuran segar tidak tersedia di musim dingin. Orang Korea baru
mengenal cabai berkat jasa pedagang Portugis
dari Jepang
yang datang ke Korea di abad ke-16. Pedagang Portugis menyebarluaskan cabai ke seluruh dunia. Kapal-kapal Portugis berlayar
melewati Tanjung Harapan di Afrika hingga sampai di India pada tahun 1498. Selanjutnya, cabai asal Amerika
Selatan dibawa ke Asia melalui berbagai pelabuhan di Afrika atau langsung
menyeberangi Samudra Pasifik. Pada tahun 1540, pedagang Portugis sudah berdagang
di Indonesia
dan cabai dibawa ke Tiongkok beberapa lama kemudian. Pedagang Portugis baru
sampai di Jepang dan Korea pada tahun 1549. Filipina
mendapat giliran mengenal cabai pada tahun 1564 sewaktu dilewati jalur
perdagangan kapal Spanyol yang membawa cabai ke kepulauan Melanesia
dan kawasan Mikronesia. Resep asinan sayuran dan labu sudah dimuat dalam
buku resep terbitan tahun 1670, tapi tidak menggunakan cabai. Di dalam catatan
sejarah abad ke-17 ditulis tentang 11 jenis kimchi, sedangkan cabai sebagai
bahan kimchi mungkin baru populer bertahun-tahun kemudian (menurut perkiraan
200 tahun kemudian). Sebelum abad ke-19, kimchi hanya dibuat dari sayuran asli
Korea karena sawi putih kemungkinan besar tidak dikenal di Korea sampai abad
ke-19.
2.
Jenis-jenis
Kimchi
Klasifikasi
kimchi berdasarkan bahan baku utama:
3.
Bahan
Utama Pembuatan Kimchi
4.
Pembuatan
Kimchi
Resep
standar pembuatan kimchi:
Bagan proses pembuatan
kimchi:
Perlakuan
utama yang digunakan dalam pembuatan
kimchi
a. Seleksi dan formulasi bahan baku: Kualitas dan jenis bahan utama (baechu
kubis Brassica campestris atau lobak
oriental, Raphabus satirus) secara signifikan dapat mempengaruhi karakteristik produk
kimchi.
b.
Penggaraman, membilas, dan
mengeringkan: penggaraman dilakukan selama rentang waktu 1 - 15 jam, tergantung pada konsentrasi garam (5 - 18 %) dan
temperatur (8 - 25°C). Kemudian kimchi
dibilas dan dikeringkan
sebelum pencampuran dengan bahan campuran lain
c.
Pretreatment dari subingredients
dan proses pencampuran
d.
Penempatan tempayan: Secara tradisional,
kimchi disimpan dalam keramik tanah untuk
musim dingin. Kimchi yang baru disiapkan, yakni
kimchi yang belum matang ditumpukerat ke dalam tempayan gerabah
besar dan ditutupi dengan daun sisa kubis yang
sudah diberi garam. Untuk menjaga kubis dalam kondisi anaerob
fakultatif, batu-batu besar yang digunakan untuk menekan kubis dalam tempayan tembikar.
e.
Fermentasi
5.
Fermentasi
dalam Proses Pembuatan Kimchi
Mikroba
yang terlibat dalam proses fermentasi kimchi antara lain :
1.
LAB (Lactid Acid Bacteria): Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc kimchi, Leuconostoc gelidum, Leuconostoc
inbae, Leuconostoc citreum, Lactabacillus plantarum, Lactobacillus brevis, Lactococcus
lactis, Lactobacillus sakei, Pediococcus pentosaceus, dan beberapa
ragi (yeast asam-asam organik) yang berperan dalam fermentasi kimchi.
2.
Mikroba dominan: genus Leuconostoc, Lactobacillus
- Leuconostoc citreum, Leuconostoc mesenteroides,
Leuconostoc gelidum
- Lactobacillus plantarum, Lactobacillus sake,
Lactobacillus brevis
- Streptococus faecalis
- Pediococus pentosaceus
Proses fermentasi kimchi terdiri atas 3 tahap. Pada tahap awal, Leuconostoc mesenteroides, Leuconostoc
citreum dan Streptococus
faecalis aktif tumbuh pada tahap awal fermentasi. Leuconostoc mesenteroides dan Leuconostoc
citreum memproduksi metabolit berupa asam laktat, asam asetat, ethanol, mannitol,
karbon dioksida, dan asam-asam organik yang memberi rasa asam yang khas pada
kimchi serta menciptakan suasana anaerob (menginhibisi propagasi bakteri
aerob).
Kemudian memasuki tahap kedua, jumlah Leuconostoc mesenteroides berkurang. Lactobacillus plantarum, bakteri asam laktat homofermentatif, aktif
berpolimerasi dan memproduksi asam laktat pada pH 3. Bakteri ini menciptakan
rasa asam pada kimchi. Leuconostoc
citreum dan Pediococus juga
berperan aktif.
Lactobacillus plantarum dan Lactobacillus brevis aktif pada tahap
akhir fermentasi mempengaruhi pematangan kimchi. Pada tahap ini, pertumbuhan Leuconostoc mesenteroides sedikit
terhambat karena Lactobacilus plantarum,
sehingga mengakibatkan rasa khas kimchi berkurang.
Laju fermentasi kimchi dapat dipengaruhi oleh konsentrasi garam dan
suhu. Kimchi optimum dikonsumsi jika mengandung 0,6-0,8% titrasi asam (pH 4,2),
3% NaCl, dan kandungan asam organiknya yang cukup tinggi. Peranan LAB dalam
proses fermentasi kimchi adalah memberikan rasa yang khas pada kimchi. Beberapa
LAB memliki aktivitas antimikroba tertentu yang berguna dalam pengawetan kimchi
(natural bio-preservatives).
Produk utama hasil fermentasi kimchi berupa asam laktat, namun
terdapat produk metabolit lain seperti fruktosa, manitol, polisakarida dan
lain-lain. Sehingga menyebabkan rasa yang lebih kaya. Selain itu, penambahan
bumbu-bumbu sebelumnya menyebabkan rasa dan tekstur yang lebih kompleks.
Perubahan biokimia yang terjadi
selama fermentasi kimchi, antara lain:
1.
Senyawa Flavor: Asam organik (asam laktat, asam
suksinat, asam asetat)
2.
Komponen Flavor Volatile
(etanol, metil alil
sulfida, disulfida dimetil, Camphene, 1-phellandrene, disulfida dialil, metil alil
trisulfide, e,-zingibirene,
dll)
3.
Vitamin: Vitamin B1, B2, B12, dan niasin,
dan Vitamin C
4.
Pengasaman
5.
Kandungan
Nutrisi
Kimchi telah memainkan peran sebagai sumber penting dari
nutrisi dalam sayuran difermentasi selama bulan-bulan musim dingin yang
panjang. Kimchi memiliki berbagai jenis nutrisi berdasarkan materi dan tingkat
fermentasi. Biasanya, bahan yang digunakan dalam pembuatan kimchi memiliki
sedikit kalori dan kadar gula rendah, tetapi mengandung jumlah tinggi serat,
vitamin (terutama vitamin A dan C), dan mineral (seperti kalsium dan besi).
Nutrisi yang dihasilkan selama fermentasi (bakteri asam
laktat dan asam asetat) membantu melindungi terhadap kanker dan bakteri. Serat
dalam kubis bukan nutrisi, tetapi dapat membantu pencernaan, memungkinkan
gerakan halus makanan melalui usus, dan membantu mencegah sembelit dan kanker
usus. Cabai merah dan bawang putih membantu untuk menurunkan kolesterol darah
dan membantu dalam pembekuan darah. Nutrisi dan aktivitas berbagai mikroorganisme
yang diproduksi selama fermentasi juga sangat bermanfaat bagi tubuh manusia
-
Kandungan
nutrisi utama:
-
Asam organik
dalam kimchi
-
Asam amino
kimchi
-
Vitamin kimchi
6.
Manfaat
Kimchi
memiliki berbagai manfaat bagi tubuh manusia, antara lain:
a. Meningkatkan nafsu makan
b. Menjaga berat badan
c. Mencegah konstipasi dan kanker colon (usus besar)
d. Sumber probiotik (Bakteri asam laktat)
e. Menurunkan kadar kolesterol, dan meningkatkan
aktivitas fibrinoliytic
f. Efek antioksidan (anti penuaan, mencegah penuaan
kulit)
g. Anti kanker (anti mutagenik dan anti tumor)
h. Meningkatkan fungsi imunitas.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pada
proses fermentasi kimchi terdapat 3 tahap, pertama terjadi produksi metabolit
berupa asam laktat, asam asetat, ethanol, mannitol, karbon dioksida, dan
asam-asam organik yang memberi rasa asam yang khas pada kimchi serta
menciptakan suasana anaerob. Kemudian, tercipta rasa asam pada kimchi. Dan
terakhir terjadi pematangan kimchi.
2. Pada
proses fermentasi kimchi terlibat beberapa mikroba/bakteri asam laktat dimana
mikroba yang dominan berasal dari genus Leuconostoc
dan Lactobacillus. Dengan produk
utama hasil fermentasi berupa asam laktat, namun terdapat produk metabolit
seperti fruktosa, manitol, polisakarida dan lain-lain, sehingga menyebabkan
rasa yang lebih kaya.
3. Manfaat
kimchi antara lain, meningkatkan
nafsu makan, menjaga berat badan, mencegah konstipasi dan kanker colon (usus
besar), sumber probiotik (Bakteri asam laktat), menurunkan kadar kolesterol,
dan meningkatkan aktivitas fibrinoliytic, efek antioksidan (anti penuaan,
mencegah penuaan kulit), anti kanker (anti mutagenik dan anti tumor),
meningkatkan fungsi imunitas.
DAFTAR PUSTAKA
Betty,
Sri Laksmi. 1978. Mikrobiologi Hasil Pertanian. Jakarta: Depdikbud
Menengah Kejuruan.
Bhratara. 1986.
Mengawetkan sayuran. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Izin share ya... trmksh
ReplyDeleteIzin share ya... trmksh
ReplyDelete