Wednesday, December 11, 2013

Praktikum Mandiri LC50 Limbah Tahu (1)

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Hidup manusia sangat bergantung pada sumber daya alam yang ada disekitar untuk memenuhi kebutuhannya. Selama hidupnya manusia membuang kotoran yang tidak diperlukannya kembali ke lingkungan. Pada saat limbah yang dihasilkan masih sedikit, alam masih mampu membersihkan dirinya dari segala macam buangan atau kotoran dengan mekanisme yang berada di ekosistem, yang dikenal sebagai self purification process. Pada akhirnya, buangan yang bertambah banyak dan seringkali tidak bersifat alami, membuat lingkungan tidak mampu membersihkan diri. Peningkatan keanekaragaman buangan baik buangan industri dan domestik dalam bentuk padat maupun cair akan membuat konsentasi buangan akan semakin tinggi sehingga akan meningkatkan potensi terjadinya keracunan dan wabah penyakit.
Industri tahu saat ini telah berkembang pesat dan menjadi salah satu industri rumah tangga yang tersebar luas baik di kota-kota besar maupun kecil. Industri tahu dalam proses produksinya menghasilkan limbah cair dan padat. Limbah padat dari hasil proses produksi tahu berupa ampas tahu. Sedangkan limbah cair tahu dihasilkan dari proses pencucian, perebusan, pengepresan dan pencetakan tahu sehingga kuantitas limbah cair yang dihasilkan sangat tinggi. Limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi serta padatan tersuspensi maupun terlarut yang akan mengalami perubahan fisika, kimia, dan biologi. Menurut Soedarmo dan Sediaoetama dalam Dhahiyat (1990), di dalam 100 gram tahu terdapat 7,8 gram protein, 4,6 gram lemak dan 1,6 gram karbohidrat. Polutan organik yang cukup tinggi tersebut apabila terbuang ke badan air penerima dapat mengakibatkan terganggunya kualitas air dan menurunkan daya dukung lingkungan perairan di sekitar industri tahu.
Penurunan daya dukung lingkungan tersebut menyebabkan kematian organisme air, terjadinya alga blooming sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air lainnya dan menimbulkan bau (Rossiana, 2006). Industri tahu di daerah Mojosongo, Kota Surakarta menggunakan lebih kurang 15 kuintal kedelai per hari dan menghasilkan limbah cair sebesar 10-20 m3 per hari. Limbah cair ini berasal dari sisa air tahu yang menggumpal dan air yang terbuang selama proses pembuatan tahu.
Limbah cair tahu dibuang secara langsung ke badan air penerima tanpa dilakukan pengolahan terlebih dahulu. Dampak pembuangan limbah tahu ini membuat masyarakat di sekitar industri pengolahan tahu merasakan bau busuk sebagai akibat dari adanya kondisi anaerobik yang menghasilkan karbondioksida dan hidrogen sulfida. Limbah cair industri tahu yang dibuang ke badan air penerima tanpa pengolahan merupakan salah satu sumber pencemar terhadap perairan yang menyebabkan kematian biota aquatik sehingga perlu dilakukan penelitian uji toksisitas akut. Uji toksisitas akut merupakan salah satu bentuk penelitian toksikologi perairan. Uji tersebut berfungsi untuk mengetahui apakah effluent yang masuk ke badan air yang merupakan penerima dari limbah yang mengandung senyawa toksik dalam konsentrasi tertentu menyebabkan kematian hewan uji yang dinyatakan dalam nilai LC50.
Hewan uji yang digunakan adalah ikan karena dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun terhadap senyawa pencemar terlarut dalam batas konsentrasi tertentu. Ikan yang digunakan yaitu ikan nila (Oreochromis niloticus) karena sangat banyak terdapat di sungai, danau alami maupun buatan. Ikan nila juga peka terhadap perubahan lingkungan sehingga dapat ditentukan kadar limbah yang menyebabkan efek toksik terhadap ikan nila.

B.       Rumusan Masalah
1.                  Berapa nilai LC50 limbah cair industri tahu di Mojosongo, Kota Surakarta?
2.        Bagaimana limbah tahu dapat menjadi bahan toksik terhadap lingkungan?

C.      Tujuan
  1. Mengetahui nilai LC50 limbah cair industri tahu di Mojosongo, Kota Surakarta.
  2. Menjelaskan alasan bagaimana limbah tahu dapat menjadi bahan toksik terhadap lingkungan.


D.       Manfaat
1.    Mengetahui untuk mengetahui tingkat toksisitas limbah tahu terhadap hewan uji.

2.    Mengetahui alasan limbah tahu dapat menjadi bahan toksik bag lingkungan.

0 comments:

Post a Comment