I. Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Fungi adalah makhluk hidup yang akrab dengan kehidupan
kita sehari-hari. Fungi atau fungi bervariasi dalam ukuran, dari ragi yang
uniseluler sampai fungi multiseluler, seperti fungi payung dan fungi kuping
yang tumbuh di kayu. Pada umumnya, fungi memiliki 3 karakteristik utama, yaitu
(1) eukariotik, (2) menggunakan spora sebagai alat perkembangbiakannya, dan (3)
heterotrof. Sebagai tambahan, fungi membutuhkan tempat yang lembab dan hangat
agar dapat tumbuh. Oleh karena itu, fungi banyak ditemukan di makanan yang
lembab, di dasar kulit batang pohon, di dasar lantai hutan, serta di lantai
kamar mandi yang lembab. Oleh karena bersifat heterotrof, secara ekologi fungi
sangat penting karena berperan sebagai pengurai dan ikut andil dalam daur
nutrisi yang ada di tanah (Subahari, 2008).
Sebagian besar tubuh fungsi terdiri atas benang-benang
yang disebut hifa, yang saling berhubungan menjalin semacam jala yang disebut
miselium. Miselium dapat dibedakan atas miselium vegetatif yang berfungsi
menyerap nutrien dari lingkungan dan miselium fertile yang berfungsi dalam
reproduksi. Fungsi tingkat tingi maupun tingkat rendah mempunyai ciri khas
yaitu berupa benang tunggal atau bercabang-cabang yang disebut hifa. Fungi
dibedakan menjadi dua golongan yaitu kapang dan khamir (Syamsuri, 2004).
Semua fungi adalah eukariota, mereka memiliki sel
membran yang menutupi inti dan mitokondria dan organel bermembran lainnnya.
Meskipun mereka berbeda mencolok dalam ukuran dan bentuk, tetapi fungi memiliki
karakter tertentu, termasuk car mereka mendapatkan makanan. Fungi yang paling
sederhana adalah ragi, uniseluler, dengan bentuk bulat atau oval. Ragi tersebar
luas di tanah, daun, buah, dan juga pada tubuh kita. Ragi berperan penting
dalam kedokteran, penelitian biologi, dan industri makanan (Solomon, 2011).
Struktur tubuh fungi yang paling umum adalah filamen
multiseluler dan sel tunggal (ragi). Banyak spesies yang dapat tumbuh baik
sebagai filamen dan ragi, tetapi kebanyakan tumbuh sebagai filamen, hanya
sedikit spesies yang tumbuh sebagai ragi. Ragi biasanya berada di tempat yang
lembab, termasuk getah tumbuhan dan jaringan hewan, dimana terdapat nutrisi
seperti gula dan asam amino (Campbell et al., 2009).
B. Tujuan
Mahasiswa
mampu melakukan identifikasi fungi mikroskopis.
II. Metode
A. Alat
dan Bahan
Mikroskop,
preparat semi permanent, buku referensi.
B. Cara
Kerja
1. Dicatat
hasil pengamatan terhadap warna dan pola pertumbuhan koloni fungi pada
petridish.
2. Dilakukan
pengamatan terhadap hifa (sekat dan percabangan) dan spora atau konidia (bentuk
dan ornamentasi) dan struktur morfologi lain misalnya rizhoid, stolon, sel
kaki, dsb.
3. Dilakukan
dokumentasi dengan foto dan gambar.
4. Dilakukan
identifikasi dengan mencocokkan pada gambar atau buku.
III. Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil
Fusarium
sp perbesaran 100x
|
|
Fusarium
sp perbesaran 400x
|
B. Pembahasan
Tahap selanjutnya setelah pewarnaan
adalah identifikasi fungi yang telah diisolasi. Identifikasi ini dilakukan
dengan mikroskop dan buku panduan identifikasi. Caranya adalah dengan
mencocokkan preparat yang terlihat di bawah mikroskop dengan buku panduan.
Hasil yang diperoleh adalah Fusarium
sp. Fungi Fusarium sp. secara
makroskopis memiliki koloni melingkar dan menyebar ke segala arah.
Genus Fusarium sp adalah patogen tular tanah yang termasuk Hyphomycetes
(sub divisio Deuteromycotina). Fungi ini menghasilkan makrokonidia,
mikrokonidia, dan klamidiospora (Akhsan, 1996). Sebagian besar dari genus ini
merupakan fungi saprofit yang umumnya terdapat di dalam tanah, tetapi ada juga
yang bersifat parasit. Fusarium sp
yang menyebabkan penyakit pembuluh dikelompokkan ke dalam spesies F. oxysporum.
Jenis ini dibagi lagi menjadi forma-forma spesialis (f.s.p) yang menyesuaikan
diri pada tumbuhan inang tertentu yang diinfeksi sehingga 40 fungi F. oxysporum yang menyerang tanaman
cabai disebut F. oxysporum f. sp.
capsici (Semangun, 2001). Menurut Alexopoulus dan Mims (1979) dalam Kristiana
(2004), bahwa fungi penyebab layu fusarium
ini termasuk dalam forma-ordo Moniliales forma-famili Tuberculariaceae.
Klasifikasinya sebagai berikut:
Kingdom : Mycetaceae
Divisi : Amastigomycota
Subdivisi : Deuteromycotina
Forma-kelas : Deuteromycetes
Forma-subkelas : Hypomycetidae
Forma-famili : Moniales
Forma-subfamili : Tuberculariaceae
Genus : Fusarium
Spesies : Fusarium
sp.
Morfologi Fusarium sp Cendawan Fusarium sp mempunyai 3 alat reproduksi,
yaitu mikrokonidia (terdiri dari 1-2 sel), makrokonidia (3-5 septa), dan
klamidospora (pembengkakan pada hifa). Makrokonidia berbentuk melengkung,
panjang dengan ujung yang mengecil dan mempunyai satu atau tiga buah sekat.
Mikrokonidia merupakan konidia bersel 1 atau 2, dan paling banyak dihasilkan di
setiap lingkungan bahkan pada saat patogen berada dalam pembuluh inangnya.
Makrokonidia mempunyai bentuk yang khas, melengkung seperti bulan sabit,
terdiri dari 3-5 septa, dan biasanya dihasilkan pada permukaan tanaman yang
terserang lanjut. Klamidospora memiliki dinding tebal, dihasilkan pada ujung
miselium yang sudah tua atau didalam makrokonidia, terdiri dari 1-2 septa dan merupakan
fase atau spora bertahan pada lingkungan yang kurang baik.
Menurut
Agrios (1997) dalam Susetyo (2010), miselium yang dihasilkan oleh cendawan
patogen penyebab penyakit layu ini mulanya berwarna putih keruh, kemudian
menjadi kuning pucat, merah muda pucat sampai keunguan. 41 Cendawan ini tumbuh
dari spora dengan struktur yang menyerupai benang, ada yang mempunyai dinding
pemisah dan ada yang tidak. Benang secara individu disebut hifa, dan massa
benang yang luas disebut miselium. Miselium adalah struktur yang berpengaruh
dalam absorbsi nutrisi secara terus-menerus sehingga cendawan dapat tumbuh dan
pada akhirnya menghasilkan hifa yang khusus menghasilkan spora reproduktif
(Foth, 1991). Miselium terutama terdapat di dalam sel khususnya di dalam pembuluh,
juga membentuk miselium yang terdapat di antara sel-sel, yaitu di dalam kulit
dan di jaringan parenkim di dekat terjadinya infeksi. Fusarium hidup sebagai parasit dan saprofit pada berbagai tanaman
terutama pada bagian pembuluhnya, sehingga tanaman menjadi mati karena toksin
(Sastrahidayat, 1989). Stadium terakhir merupakan stadium yang tahan pada
segala cuaca. Cendawan menginfeksi akar terutama melalui luka, menetap dan
berkembang di berkas pembuluh. Setelah jaringan pembuluh mati dan keadaan udara
lembab, cendawan membentuk spora yang berwarna putih keunguan pada akar yang
terinfeksi. Penyebaran spora dapat terjadi melalui angin, air pengairan dan
alat pertanian.
Cendawan
Fusarium sp dapat tumbuh dengan baik
pada bermacammacam media agar yang mengandung ekstrak sayuran. Mula-mula
miselium tidak berwarna, semakin tua warnanya semakin krem, akhirnya koloni
tampak mempunyai benang. Pada miselium yang lebih tua terbentuk klamidospora
yang berdinding tebal. Fungi membentuk banyak mikrokonidium bersel satu, tidak
berwarna, lonjong atau bulat telur, 6-15 x 2,5-4 µm, makrokonidium lebih
jarang, berbentuk kumparan, tidak berwarna, kebanyakan bersekat dua atau tiga,
berukuran 25-33 x 3,5-5,5 µm.
IV. Kesimpulan
Pada praktikum ini ditemukan Fusarium sp yang memang banyak ditemukan
di alam dan memiliki kemampuan untuk menginfeksi berbagai macam tanaman.
Daftar
Pustaka
Saragih, Saud Daniel. 2009. Jenis-jenis Fungi pada
Beberapa Tingkat Kematangan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas
Sumatra Utara. Sastrahidayat, I. R. 1986. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Usaha
Nasional. Surabaya
Semangun (1971) dalam Djajati, Mulyadi, Wahyudi. 1998.
Pengaruh Pemberian Dolomit terhadap Serangan Cendawan Fusarium oxysporum pada Tanaman Pisang Varietas Ambon Kuning di
Rumah Kaca. Prosiding Seminar Nasional. Seminar IV Perhimpunan Fitopatologi
Indonesia (PFI) Komisariat Daerah Jateng dan DIY: 157. Fakultas Pertanian.
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Semangun H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan.
UGM Press. Yogyakarta.
Solomon, E.P., L.R Berg., and D.W Martin. 2011.
Biology Ninth Edition. Brooks/Cole Cengage Learning. USA.
Subahar, T.S.S. 2008. Biologi. Penerbit Quadra.
Surabaya.
Sudjadi, Bagod., dan S. Laila. 2006. Biologi : Sains
Dalam Kehidupan. Penerbit Yudhistira. Jakarta.
Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi. Penerbit Erlangga.
Jakarta.
0 comments:
Post a Comment