Wednesday, May 2, 2018

Isolasi Fungi Mikroskopis



I.     Pendahuluan
A.  Latar Belakang
Fungi adalah organisme eukariotik (mempunyai inti sel) tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur somatic atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filament atau benang-benang bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara seksual dan aseksual, dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya. Fungi merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga ia tidak mampu untuk memproduksi makan sendiri karena fungi tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber karbonnya. Karbon berasal dari sumber anorganik misalnya glukosa. Oleh karena itu fungi memerlukan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari organisme hidup sehingga fungi dikatakan heterotroph. Fungi ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup dan ada pula yang memperoleh makanan dari bahan organic mati seperti sisa-sisa hewan atau tumbuhan. Fungi hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup dinamakan parasite. Beberapa spesies dapat menggunakan nitrogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk fungi biasanya berupa pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis (Kusnadi, 2003).
Fungi adalah sel mikroskopis yang tumbuh memanjang seperti benang yang dikenal dengan hifa. Diameter hifa hanya beberapa micrometer, tetapi dapat tumbuh memnjang hingga mencapai beberapa meter. Hifa yang tumbuh membentuk masa disebut misellium atau tebal menyerupai kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar. Fungi yang tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya dikenal sebagai pertumbuhan apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut pertumbuhan iterkalar. Hifa pada beberapa kapang mempunyai penyekat melintang atau septa dan adanya septa ini dipergunakan untuk identifikasi. Hifa tersebut memanjang diatas atau tembus melalui medium dimana kapang itu tumbuh (Soekarto, 2008).
Saprofit merupakan fungi pelapuk dan pengubah susunan zat organic yang mati. Fungi saprofit menyerap makanannya dari organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besaar fungi saprofit mengeluarkan enzim hydrolase pada substrat makanan untuk mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah diserap oleh hifa. Selain itu juga hifa dapat langsung menyerap bahan makanan organic dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan inangnya. Saprofit menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks menguraikannya menjadi zat-zat kimia yang lebih sederhanameningkatkan kesuburannya. Sebaliknya mereka juga dapat merugikan kita bilamana mereka mebusukkan kayu, tekstil, makanan dan bahan-bahan lain.
Sifat kulturan dari fungi dapat dilihat dengan kenampakan pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak kering, membentuk masa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan basah dan berair. Warna miselia hijau biru, biru ke hijauan, kuning, orange, merah muda, coklat, abu, dan hitam (Kusnadi, 2003). Banyak fungi yang sudah dikenal peranannya, yaitu fungi yang tumbuh diroti, buah, keju, ragi, dalam pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab, serta beberapa jenis cendawan yang dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi antibiotic yang digunakan dalam terapi melawan berbagai infeksi bakteri (Hadioetomo, 1993).
Faktor lingkungan seperti pH tanahm pupuk anorganik, kandungan bahan organic dan kelembaban tanah merupakan faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi. Fungi terdapat pada semua jenis tanah yang bereaksi masam. Meski demikian ada juga fungi yang berada pada tanah, contohnya: pemupukan dengan garam ammonium. Dalam hal ini ammonium teroksidasi membentuk nitrat dan ion nitrogen yang mengakibatkan penurunan pH tanah. Pada umumnya fungi yang hidup sebagai saprofit menguntungkan bagi kehidupan manusia misalnya sebagai decomposer yang dapat menghancurkan sisa-sisa tumbuhan ataupun hewan yang berupa senyawa yang kompleks menjadi senyawa sederhana, dan kemudian dikembalikan ke dalam tanah sehingga dapat meningkatkan kesuburan tanah.
Fungi saprofit juga penting dalam industri fermentasi misalnya dalam pembuatan bir, roti, tempe, dan juga digunakan dalam memproduksi asam-asam organic, obat-obatan, vitamin dan antibiotika seperti penisilin, amisilin. Selain itu fungi saprofit juga banyak yang dikonsumsi oleh manusia misalnya fungi merang, fungi kuping, fungi tiram, sedangkan fungi yang hidup sebagai parasite umumnya merugikan karena dapat menyebabkan berbagai penyakit pada tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Tapi tidak semua fungi yang berasosiasi dengan tumbuhan merugikan, tetapi ada yang menguntungkan bagi fungi dan tumbuhan. Hifa fungi membentuk organ khusus dengan akar tanaman yang dikenal dengan mikoriza. Belakangan ini fungi tidak hanya menjadi pemikiran para ahli sitology, ahli genetika dan biokimia yang menemukan bahwa fungi dapat menjadi alat penelitian penting dalam mempelajari biologi dasar. Hal ini disebabkan oleh fungi lebih cepat berkembang disbanding dengan tumbuhan dan hewan.

B.       Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan isolasi fungi dari berbagai macam bahan.



II.  Metode
A.  Alat dan Bahan
Pengaduk, pinset, gunting, tissue, gelas pengukur, kertas saring, Laminar Air Flow, bunsen, media PDA dalam petridish, sampel tanah, sampel kotoran hewan, larutan klorin 0,5 %, aquades steril.
B.  Cara Kerja
Isolasi dari Tanah
1.    1 gram tanah diencerkan 10-1 dengan perbandingan tanah 1 gr dan air 9 ml.
2.    Dilakukan lagi pengenceran 10-2 dengan cara menambahkan 1 ml tanah pada pengenceran pertama dan air sebanyak 9 ml.
3.    Hasil pengenceran dituang ke dalam petridish secara merata dan aseptis menggunakan pipet.
4.    Peridish ditutup menggunakan parafilm atau kertas sampul, diberi label, dan dinkubasi selama 7 hari tanpa dibalik.
Isolasi dari Daun Terinfeksi
1.    Daun yang menunjukkan gejala penyakit digunting. Potong daun dengan ukuran 0.5 x 0.5 cm2.
2.    Daun di desinfektasi permukaannya dengan perendaman pada larutan klorin (0.5%) selama 2 menit.
3.    Setelah perendaman selesai, larutan klorin dibuang dan sampel dicuci menggunakan aquades selama 5 menit sebanyak 3 kali.
4.    Sampel dipindahkan ke dalam media uji menggunakan pinset. Sampel sedikit ditekan agar sampel melekat pada media. Jumlah sampel disesuaikan dengan media.
5.    Petridish ditutup rapat dengan parafilm dan dibungkus kertas sampul coklat kemudian diinkubasi dalam suhu kamar selama 7 hari tanpa dibalik.
Isolasi dari Kotoran Hewan
1.    Letakkan dua filter paper pada petridish kemudian lembabkan dengan air steril.
2.    Letakkan 1-2 cm3 kotoran hewan (sapi/kambing) pada filter paper.
3.    Tutup petridish dengan parafilm.
4.    Letakkan dibagian tepi jendela tanpa dibalik.
5.    Amati suksesi yang terjadi.

III.   Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil
Pada praktikum pertama tidak ada fungi yang tumbuh
Fungi yang tumbuh setelah pengulangan praktikum.

Fungi atau fungi banyak kita tmukan di lingkungan sekitar kita, fungi tumbuh subur terutama di musim hujan karena fungi menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi fungi juga dapat ditemukan hamper disemua tempat dimana ada materi organic. Jika lingkungan di sekitarnya mongering, fungi akan mengalami tahapan istirahat atau menghasilkan spora. Cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang fungi disebut mikologi. Kebanyakan fungi termasuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetative kapang berfilamen panjang bercabang yang seperti benang, yang disebut hifa. Hifa akan memanjang dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup fungi). Hifa-hifa membentuk jarring-jaring benang kusut, disebut mesellium (Hadioetomo, 1993).
Secara morfologis fungi dapat ditentukan dengan melihat bentuk strukturnya menggunakan mikroskop, dengan demikian identifikasi dan klarifikasi dapat ditentukan secar visual fungi dilihat seperti kapas atau benang berwarna atau tidak berwarna yang disebut misellia dan spora. Miselia terbentuk oleh adanya hifa, baik yang bersepta atau yang tidak bersepta. Sifat kultural dari fungi dapat dilihat dengan kenampakan pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak kering, membentuk massa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan basah dan berair. Warna miselia hijau biru, biru kehijauan, kuning, orange, merah muda, coklat, abu-abu, dan hitam (Kusnadi, 2003). Klasifikasi fungi terutama didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah yang ada selama tahap-tahap seksual. Fungi mampu memanfaatkan berbagai macam bahan untuk gizinya, sekalipun demikian mereka itu heterotroph. Berbeda dengan bakteri, mereka tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti karbondioksida. Karbon berasal dari sumber organic, misalnya glukosa. Beberapa spesies dapat menggunakan nitogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk cendawan biasanya berisikan pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis (Kusnadi, 2003).
Prinsip dari isolasi fungi adalah PDA yang telah diberi antibiotic. Prinsip dari isolasi fungi adalah memisahkan atau menumbuhkan suatu jenis fungi dengan fungi lain yang berasal dari campuran bermacam-macam fungi. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media padat, karena dalam media padat fungi akan membentuk suatu koloni yang tetap pada tempatnya. Media yang digunakan dalam isolasi ini harus sesuai dengan mikroorganisme yang akan kita ketahui populasinya. Karena kalau tidak sesuai agarnya maka mikroorganisme tidak akan tumbuh.
Pada praktikum isolasi ini digunakan isolat yang berasal dari tanah, daun yang terinfeksi, kacang, dan kotoran hewan. Isolat dari tanah diencerkan menjadi dua variasi yang berbeda yaitu pengenceran 10-1 dan 10-2. Tanah diencerkan menggunakan aquades steril. Setelah diencerkan kemudian dituang ke dalam media yang sudah disiapkan. Selanjutnya adalah menggunakan daun yang terinfeksi. Daun yang digunakan adalah daun dari beberapa tanaman yang berbeda. Daun yang terinfeksi tersebut dipotong dengan ukuran kurang lebih 0.5 cm kemudian dibersihkan dengan klorin untuk menghindari kontaminasi oleh bakteri. Sisa klorin dibersihkan menggunakan akuades. Daun yang sudah dibersihkan diletakkan dengan hati-hati ke dalam media yang telah disiapkan. Selain daun juga digunakan kacang tanah. Kacang dibersihkan dengan klorin dan dibilas menggunakan akuades kemudian diletakkan di dalam media PDA. Terakhir adalah menggunakan kotoran hewan. Kotoran hewan diletakkan ke dalam petri yang sudah diberi alas dengan kertas saring lembab tanpa menggunakan media PDA. Kotoran hewan disimpan pada suhu ruang di dekat sumber cahaya.
Pada praktikum pertama tidak ada fungi yang berhasil tumbuh pada semua isolat. Hal ini bisa disebabkan karena media yang digunakan sudah kadaluarsa, sehingga tidak ada mikroorganisme yang tumbuh. Untuk isolat kotoran juga tidak tumbuh setelah minggu ke tiga. Hal ini dapat disebabkan karena penyimpanan di ruang ber AC yang dingin sehingga menghambat pertumbuhan fungi. Praktikum diulangi lagi menggunakan media yang baru dan fungi dapat tumbuh selama satu minggu masa inkubasi. Fungi yang tumbuh terlihat memiliki warna hifa yang berbeda pada sumber isolat yang berbeda. Cawan petri yang sudah ditumbuhi dengan fungi disimpan pada suhu ruang untuk digunakan sebagai bahan identifikasi setelah tumbuh spora.

IV.   Kesimpulan
Fungi dapat tumbuh dari berbagai bahan yang diperoleh dari alam. Faktor penentu berhasilnya isolasi adalah metode yang digunakan serta media yang digunakan.


Daftar Pustaka
Dwijoseputro, 1990, Dasar-dasar mikrobiologi, Djambatan: Jakarta.
Dwijoseputro, 1992, Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Hadioetomo, R.S., 1993, Mikrobiologi Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Kusnadi, dkk., 2003, Mikrobiologi, UMY Pres: Yogyakarta.
Pelczar, Michael, 1986, Dasar-dasar Mikrobiologi, UI Pres: Jakarta.


0 comments:

Post a Comment