I. Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Fungi adalah organisme eukariotik
(mempunyai inti sel) tidak mempunyai klorofil, mempunyai spora, struktur
somatic atau talus berupa sel tunggal (uniseluler) dan umumnya berupa filament
atau benang-benang bercabang (multiseluler), berkembangbiak secara seksual dan
aseksual, dinding sel umumnya terdiri dari kitin dan selulosa atau keduanya. Fungi
merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga ia tidak mampu untuk
memproduksi makan sendiri karena fungi tidak bisa memanfaatkan karbondioksida
sebagai sumber karbonnya. Karbon berasal dari sumber anorganik misalnya
glukosa. Oleh karena itu fungi memerlukan senyawa organic baik dari bahan
organic mati maupun dari organisme hidup sehingga fungi dikatakan heterotroph. Fungi
ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup dan ada pula
yang memperoleh makanan dari bahan organic mati seperti sisa-sisa hewan atau
tumbuhan. Fungi hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati dinamakan
saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup
dinamakan parasite. Beberapa spesies dapat menggunakan nitrogen, itulah
sebabnya mengapa medium biakan untuk fungi biasanya berupa pepton, suatu produk
protein yang terhidrolisis (Kusnadi, 2003).
Fungi adalah sel mikroskopis yang
tumbuh memanjang seperti benang yang dikenal dengan hifa. Diameter hifa hanya
beberapa micrometer, tetapi dapat tumbuh memnjang hingga mencapai beberapa
meter. Hifa yang tumbuh membentuk masa disebut misellium atau tebal menyerupai
kawat dan disebut sebagai rhizomorphs yang tampak seperti akar. Fungi yang
tumbuh dengan cara memperpanjang hifa pada ujungnya dikenal sebagai pertumbuhan
apical atau pada bagian tengah hifa yang disebut pertumbuhan iterkalar. Hifa
pada beberapa kapang mempunyai penyekat melintang atau septa dan adanya septa
ini dipergunakan untuk identifikasi. Hifa tersebut memanjang diatas atau tembus
melalui medium dimana kapang itu tumbuh (Soekarto, 2008).
Saprofit merupakan fungi pelapuk dan
pengubah susunan zat organic yang mati. Fungi saprofit menyerap makanannya dari
organisme yang telah mati seperti kayu tumbang dan buah jatuh. Sebagian besaar fungi
saprofit mengeluarkan enzim hydrolase pada substrat makanan untuk
mendekomposisi molekul kompleks menjadi molekul sederhana sehingga mudah
diserap oleh hifa. Selain itu juga hifa dapat langsung menyerap bahan makanan
organic dalam bentuk sederhana yang dikeluarkan inangnya. Saprofit
menghancurkan sisa-sisa tumbuhan dan hewan yang kompleks menguraikannya menjadi
zat-zat kimia yang lebih sederhanameningkatkan kesuburannya. Sebaliknya mereka
juga dapat merugikan kita bilamana mereka mebusukkan kayu, tekstil, makanan dan
bahan-bahan lain.
Sifat kulturan dari fungi dapat
dilihat dengan kenampakan pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan
makanan tampak kering, membentuk masa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak
atau kelihatan basah dan berair. Warna miselia hijau biru, biru ke hijauan,
kuning, orange, merah muda, coklat, abu, dan hitam (Kusnadi, 2003). Banyak fungi
yang sudah dikenal peranannya, yaitu fungi yang tumbuh diroti, buah, keju,
ragi, dalam pembuatan bir, dan yang merusak tekstil yang lembab, serta beberapa
jenis cendawan yang dibudidayakan. Beberapa jenis memproduksi antibiotic yang
digunakan dalam terapi melawan berbagai infeksi bakteri (Hadioetomo, 1993).
Faktor lingkungan seperti pH tanahm
pupuk anorganik, kandungan bahan organic dan kelembaban tanah merupakan faktor
yang berpengaruh terhadap pertumbuhan fungi. Fungi terdapat pada semua jenis
tanah yang bereaksi masam. Meski demikian ada juga fungi yang berada pada
tanah, contohnya: pemupukan dengan garam ammonium. Dalam hal ini ammonium
teroksidasi membentuk nitrat dan ion nitrogen yang mengakibatkan penurunan pH
tanah. Pada umumnya fungi yang hidup sebagai saprofit menguntungkan bagi
kehidupan manusia misalnya sebagai decomposer yang dapat menghancurkan
sisa-sisa tumbuhan ataupun hewan yang berupa senyawa yang kompleks menjadi
senyawa sederhana, dan kemudian dikembalikan ke dalam tanah sehingga dapat
meningkatkan kesuburan tanah.
Fungi saprofit juga penting dalam
industri fermentasi misalnya dalam pembuatan bir, roti, tempe, dan juga
digunakan dalam memproduksi asam-asam organic, obat-obatan, vitamin dan
antibiotika seperti penisilin, amisilin. Selain itu fungi saprofit juga banyak
yang dikonsumsi oleh manusia misalnya fungi merang, fungi kuping, fungi tiram,
sedangkan fungi yang hidup sebagai parasite umumnya merugikan karena dapat
menyebabkan berbagai penyakit pada tubuh manusia, hewan dan tumbuhan. Tapi
tidak semua fungi yang berasosiasi dengan tumbuhan merugikan, tetapi ada yang
menguntungkan bagi fungi dan tumbuhan. Hifa fungi membentuk organ khusus dengan
akar tanaman yang dikenal dengan mikoriza. Belakangan ini fungi tidak hanya
menjadi pemikiran para ahli sitology, ahli genetika dan biokimia yang menemukan
bahwa fungi dapat menjadi alat penelitian penting dalam mempelajari biologi
dasar. Hal ini disebabkan oleh fungi lebih cepat berkembang disbanding dengan
tumbuhan dan hewan.
B. Tujuan
Mahasiswa
dapat melakukan isolasi fungi dari berbagai macam bahan.
II. Metode
A. Alat
dan Bahan
Pengaduk, pinset, gunting, tissue, gelas
pengukur, kertas saring, Laminar Air Flow, bunsen, media PDA dalam petridish,
sampel tanah, sampel kotoran hewan, larutan klorin 0,5 %, aquades steril.
B. Cara
Kerja
Isolasi dari Tanah
1. 1
gram tanah diencerkan 10-1 dengan perbandingan tanah 1 gr dan air 9
ml.
2. Dilakukan
lagi pengenceran 10-2 dengan cara menambahkan 1 ml tanah pada
pengenceran pertama dan air sebanyak 9 ml.
3. Hasil
pengenceran dituang ke dalam petridish secara merata dan aseptis menggunakan
pipet.
4. Peridish
ditutup menggunakan parafilm atau kertas sampul, diberi label, dan dinkubasi
selama 7 hari tanpa dibalik.
Isolasi
dari Daun Terinfeksi
1. Daun
yang menunjukkan gejala penyakit digunting. Potong daun dengan ukuran 0.5 x 0.5
cm2.
2. Daun
di desinfektasi permukaannya dengan perendaman pada larutan klorin (0.5%)
selama 2 menit.
3. Setelah
perendaman selesai, larutan klorin dibuang dan sampel dicuci menggunakan
aquades selama 5 menit sebanyak 3 kali.
4. Sampel
dipindahkan ke dalam media uji menggunakan pinset. Sampel sedikit ditekan agar
sampel melekat pada media. Jumlah sampel disesuaikan dengan media.
5. Petridish
ditutup rapat dengan parafilm dan dibungkus kertas sampul coklat kemudian
diinkubasi dalam suhu kamar selama 7 hari tanpa dibalik.
Isolasi dari Kotoran Hewan
1. Letakkan
dua filter paper pada petridish kemudian lembabkan dengan air steril.
2. Letakkan
1-2 cm3 kotoran hewan (sapi/kambing) pada filter paper.
3. Tutup
petridish dengan parafilm.
4. Letakkan
dibagian tepi jendela tanpa dibalik.
5. Amati
suksesi yang terjadi.
III. Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil
|
Pada
praktikum pertama tidak ada fungi yang tumbuh
|
|
Fungi
yang tumbuh setelah pengulangan praktikum.
|
Fungi atau fungi banyak kita tmukan
di lingkungan sekitar kita, fungi tumbuh subur terutama di musim hujan karena fungi
menyukai habitat yang lembab. Akan tetapi fungi juga dapat ditemukan hamper
disemua tempat dimana ada materi organic. Jika lingkungan di sekitarnya
mongering, fungi akan mengalami tahapan istirahat atau menghasilkan spora.
Cabang ilmu biologi yang mempelajari tentang fungi disebut mikologi. Kebanyakan
fungi termasuk dalam kelompok kapang. Tubuh vegetative kapang berfilamen
panjang bercabang yang seperti benang, yang disebut hifa. Hifa akan memanjang
dan menyerap makanan dari permukaan substrat (tempat hidup fungi). Hifa-hifa
membentuk jarring-jaring benang kusut, disebut mesellium (Hadioetomo, 1993).
Secara morfologis fungi dapat
ditentukan dengan melihat bentuk strukturnya menggunakan mikroskop, dengan
demikian identifikasi dan klarifikasi dapat ditentukan secar visual fungi
dilihat seperti kapas atau benang berwarna atau tidak berwarna yang disebut
misellia dan spora. Miselia terbentuk oleh adanya hifa, baik yang bersepta atau
yang tidak bersepta. Sifat kultural dari fungi dapat dilihat dengan kenampakan
pertumbuhannya pada makanan. Pada permukaan bahan makanan tampak kering,
membentuk massa serbuk, kadang-kadang halus dan lunak atau kelihatan basah dan
berair. Warna miselia hijau biru, biru kehijauan, kuning, orange, merah muda,
coklat, abu-abu, dan hitam (Kusnadi, 2003). Klasifikasi fungi terutama
didasarkan pada ciri-ciri spora seksual dan tubuh buah yang ada selama
tahap-tahap seksual. Fungi mampu memanfaatkan berbagai macam bahan untuk
gizinya, sekalipun demikian mereka itu heterotroph. Berbeda dengan bakteri,
mereka tidak dapat menggunakan senyawa karbon anorganik, seperti
karbondioksida. Karbon berasal dari sumber organic, misalnya glukosa. Beberapa
spesies dapat menggunakan nitogen, itulah sebabnya mengapa medium biakan untuk
cendawan biasanya berisikan pepton, suatu produk protein yang terhidrolisis
(Kusnadi, 2003).
Prinsip dari isolasi fungi adalah
PDA yang telah diberi antibiotic. Prinsip dari isolasi fungi adalah memisahkan
atau menumbuhkan suatu jenis fungi dengan fungi lain yang berasal dari campuran
bermacam-macam fungi. Hal ini dapat dilakukan dengan menumbuhkannya dalam media
padat, karena dalam media padat fungi akan membentuk suatu koloni yang tetap
pada tempatnya. Media yang digunakan dalam isolasi ini harus sesuai dengan
mikroorganisme yang akan kita ketahui populasinya. Karena kalau tidak sesuai
agarnya maka mikroorganisme tidak akan tumbuh.
Pada
praktikum isolasi ini digunakan isolat yang berasal dari tanah, daun yang
terinfeksi, kacang, dan kotoran hewan. Isolat dari tanah diencerkan menjadi dua
variasi yang berbeda yaitu pengenceran 10-1 dan 10-2.
Tanah diencerkan menggunakan aquades steril. Setelah diencerkan kemudian dituang
ke dalam media yang sudah disiapkan. Selanjutnya adalah menggunakan daun yang
terinfeksi. Daun yang digunakan adalah daun dari beberapa tanaman yang berbeda.
Daun yang terinfeksi tersebut dipotong dengan ukuran kurang lebih 0.5 cm
kemudian dibersihkan dengan klorin untuk menghindari kontaminasi oleh bakteri.
Sisa klorin dibersihkan menggunakan akuades. Daun yang sudah dibersihkan
diletakkan dengan hati-hati ke dalam media yang telah disiapkan. Selain daun
juga digunakan kacang tanah. Kacang dibersihkan dengan klorin dan dibilas
menggunakan akuades kemudian diletakkan di dalam media PDA. Terakhir adalah
menggunakan kotoran hewan. Kotoran hewan diletakkan ke dalam petri yang sudah
diberi alas dengan kertas saring lembab tanpa menggunakan media PDA. Kotoran hewan
disimpan pada suhu ruang di dekat sumber cahaya.
Pada
praktikum pertama tidak ada fungi yang berhasil tumbuh pada semua isolat. Hal
ini bisa disebabkan karena media yang digunakan sudah kadaluarsa, sehingga
tidak ada mikroorganisme yang tumbuh. Untuk isolat kotoran juga tidak tumbuh
setelah minggu ke tiga. Hal ini dapat disebabkan karena penyimpanan di ruang
ber AC yang dingin sehingga menghambat pertumbuhan fungi. Praktikum diulangi
lagi menggunakan media yang baru dan fungi dapat tumbuh selama satu minggu masa
inkubasi. Fungi yang tumbuh terlihat memiliki warna hifa yang berbeda pada
sumber isolat yang berbeda. Cawan petri yang sudah ditumbuhi dengan fungi
disimpan pada suhu ruang untuk digunakan sebagai bahan identifikasi setelah
tumbuh spora.
IV. Kesimpulan
Fungi dapat
tumbuh dari berbagai bahan yang diperoleh dari alam. Faktor penentu berhasilnya
isolasi adalah metode yang digunakan serta media yang digunakan.
Daftar
Pustaka
Dwijoseputro, 1990, Dasar-dasar
mikrobiologi, Djambatan: Jakarta.
Dwijoseputro, 1992, Mikrobiologi
Pangan, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
Hadioetomo, R.S., 1993, Mikrobiologi
Dasar dalam Praktek, Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium, Gramedia Pustaka
Utama: Jakarta.
Kusnadi, dkk., 2003, Mikrobiologi,
UMY Pres: Yogyakarta.
Pelczar, Michael, 1986, Dasar-dasar
Mikrobiologi, UI Pres: Jakarta.
0 comments:
Post a Comment