I. Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Pertumbuhan umumnya
didefinisikan sebagai pertambahan massa suatu organisme yang terjadi setelah
periode waktu tertentu. Pertumbuhan merupakan hasil bersih pelipatgandaan
molekular dan selular serta perubahan morfologis. Sebelum mempelajari
pertumbuhan fungi, ada baiknya kita mempelajari lebih dulu metode pengukuran
pertumbuhan dan cara-cara analisa pertumbuhan fungi. Hal ini menjadi dasar
untuk membahas mekanisme pertumbuhan fungi, baik yang berfilamen maupun yang
tak berfilamen, serta beberapa faktor yang mempengaruhi proses yang kompleks
terrsebut.
Pertumbuhan merupakan salah satu
karakteristik penting sel hidup. Pertumbuhan mikroorganisme dapat didefinisikan
sebagai peristiwa peningkatan volum suatu organisme yang disertai peningkatan
biomassa. Pada fungi pertumbuhan ditandai dengan pemanjangan hifa dan pada fungi
uniseluler, seperti ragi, ditandai dengan peningkatan volum sel individu dan
jumlah sel yang secara keseluruhan menghasilkan peningkatan biomassa.
Pertumbuhan fungi pelapuk putih sebagaimana mikroorganisme lainnya mengikuti
suatu pola tertentu dan laju pertumbuhan spesifik (µ) merupakan salah satu
parameter penting untuk mengevaluasi kinerja suatu mikroorganisme dalam kultur.
Parameter lain yang juga penting adalah laju pertumbuhan koloni secara radial
(Kr) (Reeslev dan Kjøller, 1995). Pengaluran diameter koloni terhadap waktu
akan membentuk kurva pertumbuhan sehingga dapat ditentukan nilai laju
pertumbuhan koloni arah radial (Kr). Pada fase log, pertumbuhan koloni dapat
dianggap lurus sehingga kurvanya membentuk garis lurus. Kemiringan (slope)
garis tersebut merupakan laju pertumbuhan koloni arah radial (Kr).
B. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengukuran
laju pertumbuhan radial koloni fungi mikroskopis.
II. Metode
A. Alat
dan Bahan
Skalpel,
Petridish, penggaris, spidol, PDA, kultur murni fungi mikroskopis.
B. Cara
Kerja
1. Buatlah
kultur murni fungi dengan cara memotong koloni fungi terpilih berukuran 0.5 x
0.5 cm2 yang diambil dari bagian tepi kultur fungi dan meletakkannya pada media
PDA baru dibagian tengah.
2. Ukurlah
diameter koloni pada 1, 3, 5, dan 7 hari setelah inokulasi.
3. bandingkan
diameter koloni terukur untuk masing-masing fungi mikroskopis yang diamati.
III. Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil
Tabel
Pengukuran Laju Pertumbuhan dalam Cm
Hari ke/Isolat
|
I
|
III
|
V
|
A
|
D1 1,2
D2 1,5
Total : 1,4
|
D1 4
D2 4,2
Total : 4,1
|
D1 8,6
D2 8,5
Total : 8,5
|
I
|
D1 3
D2 3,4
Total : 3,2
|
Full
|
Full
|
B. Pembahasan
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Pertumbuhan Fungi Setiap mikroorganisme mempunyai kurva pertumbuhan, begitu
pula fungi. Kurva tersebut diperoleh dari menghitung massa sel pada kapang atau
kekeruhan media pada khamir dalam waktu tertentu. Kurva pertumbuhan mempunyai
beberapa fase (Gandjar, 2006) antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Fase
lag, yaitu fase penyesuaian sel-sel dengan lingkungan, pembentukan enzim-enzim
untuk mengurai substrat; 2. fase akselerasi, yaitu fase mulainya sel-sel
membelah dan fase lag menjadi fase aktif; 3. fase eksponensial, merupakan fase
perbanyakan jumlah sel yang sangat banyak, aktivitas sel sangat meningkat, dan
fase ini merupakan fase yang penting dalam kehidupan fungi. Pada awal dari fase
ini kita dapat memanen enzim-enzim dan pada akhir dari fase ini atau; 4. fase
deselerasi (Moore-Landecker, 1996 dalam Gandjar, 2006), yaitu waktu sel-sel
mulai kurang aktif membelah, kita dapat memanen biomassa sel atau
senyawa-senyawa yang tidak lagi diperlukan oleh sel-sel; 5. fase stasioner,
yaitu fase jumlah sel yang bertambah dan jumlah sel yang mati relatif seimbang.
Kurva pada fase ini merupakan garis lurus yang horizontal. Banyak senyawa
metabolit sekunder dapat dipanen pada fase stasioner; 6. fase kematian
dipercepat, jumlah sel-sel yang mati atau tidak aktif sama sekali lebih banyak
daripada sel-sel yang masih hidup.
Pada praktikum ini digunakan dua jenis
isolat yaitu fungi A dan I yang diamati pada hari ke 1, 3 dan 5. Fungi A
pertumbuhannya lebih lambat daripada fungi I namun selalu mengalami pertambahan
diameter hifa. Pada hari ke 5 fungi A memiliki diameter 8,5 cm. Fungi I
pertumbuhannya sangat cepat hingga hari ke 2 sudah memenuhi cawan petri.
Pada
umumnya pertumbuhan fungi dipengaruhi oleh (Gandjar, 2006):
a. Substrat
Substrat merupakan sumber nutrien utama bagi fungi. Nutrien-nutrien baru dapat
dimanfaatkan sesudah fungi mengekskresi enzim-enzim ekstraselular yang dapat
mengurai senyawa-senyawa kompleks dari substrat tersebut menjadi
senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Misalnya, apabila substratnya nasi, atau
singkong, atau kentang, maka fungi tersebut harus mampu mengekskresikan enzim
α-amilase untuk mengubah amilum menjadi glukosa. Senyawa glukosa tersebut yang
kemudian diserap oleh fungi. Apabila substratnya daging, maka fungi tersebut
harus mengeluarkan enzim yang proteolitik untuk dapat menyerap senyawa
asam-asam amino hasil uraian protein. Contoh yang lain lagi, misalnya
substratnya berkadar lemak tinggi, maka fungi tersebut harus mampu menghasilkan
lipase agar senyawa asam lemak hasil uraian dapat diserap ke dalam tubuhnya.
Fungi yang tidak dapat menghasilkan enzim sesuai komposisi substrat dengan
sendirinya tidak dapat memanfaatkan nutrien-nutrien dalam substrat tersebut.
b. Kelembapan
Faktor ini sangat penting untuk pertumbuhan fungi. Pada umumnya fungi tingkat
rendah seperti Rhizopus atau Mucor memerlukan lingkungan dengan kelembapan
nisbi 90%, sedangkan kapang Aspergillus, Penicillium, Fusarium, dan banyak hyphomycetes lainnya dapat hidup pada
kelembapan nisbi yang lebih rendah, yaitu 80%. Fungi yang tergolong xerofilik
tahan hidup pada kelembapan 70%, misalnya Wallemia sebi, Aspergillus glaucus,
banyak strain Aspergillus tamarii dan A. Flavus (Santoso et al., 1998 dalam
Gandjar, 2006). Dengan mengetahui sifat-sifat fungi ini penyimpanan bahan
pangan dan materi lainnya dapat dicegah kerusakannya.
c. Suhu
Berdasarkan kisaran suhu lingkungan yang baik untuk pertumbuhan, fungi dapat
dikelompokkan sebagai fungi psikrofil, mesofil, dan termofil. Fungi psikofril
adalah fungi yang dengan kemampuan untuk tumbuh pada atau Universitas Sumatera
Utara dibawah 00C dan suhu maksimum 200C. Hanya sebagian kecil spesies fungi
yang psikofril. Fungi mesofil adalah fungi yang tumbuh pada suhu 10-350C, suhu
optimal 20-350C. Fungi dapat tumbuh baik pada suhu ruangan (22-250C). Sebagian
besar fungi adalah mesofilik. Fungi termofil adalah fungi yang hidup pada suhu
minimum 200C, suhu optimum 400C dan suhu maksimum 50-600C. Contohnya
Aspergillus fumigatus yang hidup pada suhu 12-550C. Mengetahui kisaran suhu
pertumbuhan suatu fungi adalah sangat penting, terutama bila isolat-isolat
tertentu akan digunakan di industri. Misalnya, fungi yang termofil atau
termotoleran (Candida tropicalis, Paecilomyces variotii, dan Mucor miehei),
dapat memberikan produk yang optimal meskipun terjadi peningkatan suhu, karena
metabolisme funginya, sehingga industri tidak memerlukan penambahan alat
pendingin.
d. Derajat
keasaman lingkungan pH substrat sangat penting untuk pertumbuhan fungi, karena
enzim-enzim tertentu hanya akan mengurai suatu substrat sesuai dengan
aktivitasnya pada pH tertentu. Umumnya fungi menyenangi pH di bawah 7.0.
Jenis-jenis khamir tertentu bahkan tumbuh pada pH yang cukup rendah, yaitu pH
4.5-5.5. Mengetahui sifat tersebut adalah sangat penting untuk industri agar
fungi yang ditumbuhkan menghasilkan produk yang optimal, misalnya pada produksi
asam sitrat, produksi kefir, produksi enzim protease-asam, produksi antibiotik,
dan juga untuk mencegah pembusukan bahan pangan.
e. Bahan
kimia Bahan kimia sering digunakan untuk mencegah pertumbuhan fungi. Senyawa formalin
disemprotkan pada tekstil yang akan disimpan untuk waktu tertentu sebelum
dijual. Hal ini terutama untuk mencegah pertumbuhan kapang yang bersifat
selulolitik, seperti Chaetomium globosum, Aspergillus niger, dan Cladosporium
cladosporoides yang dapat merapuhkan tekstil, atau meninggalkan noda-noda hitam
akibat sporulasi yang terjadi, sehingga menurunkan kualitas bahan tersebut.
Selama pertumbuhannya fungi menghasilkan senyawa-senyawa yang tidak
diperlukannya lagi dan dikeluarkan ke lingkungan. Senyawa-senyawa tersebut
merupakan suatu pengaman pada dirinya terhadap serangan oleh mikroorganisme
lain termasuk terhadap sesama mikroorganisme. Manusia memanfaatkan
senyawa-senyawa tersebut, yang kita kenal sebagai antibiotik, untuk mencegah
berbagai penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme.
IV. Kesimpulan
Dari
raktikum yang dilakukan pertumbuhan fungi megalami petambahan setelah tiga kali
pengamatan pada hari ke 1, 3 dan 5. Fungi I pertumbuhannya lebih cepat dari
fungi A dengan hifa yang sudah memenuhi cawan petri pada hari ke dua
pengamatan.
Daftar
Pustaka
Reeslev,
M. dan Kjøller, A. (1995), “Comparison of Biomass Dry Weight and Radial Growth
Rates of Fungal Colonies on Media Solidified with Different Gelling Compounds”,
APPLIED AND ENVIRONMENTAL MICROBIOLOGY, 61, hal. 4236 – 4239.
Dwijoseputro, 1990, Dasar-dasar
mikrobiologi, Djambatan: Jakarta.
Dwijoseputro, 1992, Mikrobiologi
Pangan, Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
0 comments:
Post a Comment