Wednesday, May 2, 2018

Uji Antagonis In Vitro



I.     Pendahuluan
A.  Latar Belakang
In vitro adalah istilah yang dipakai dalambiologi untuk menyebutkan kultur suatu seljaringan, atau bagian organ tertentu di dalamlaboratorium. Istilah ini dipakai karena kebanyakan kultur artifisial ini dilakukan di dalam alat-alat laboratorium yang terbuat dari kaca, seperti cawan petrilabu Erlenmeyertabungkultur, botol, dan sebagainya.Kultur jaringan dan berbagai variasinya biasa disebut sebagai pembiakan in vitro.
Pengendalian terhadap patogen tanaman saat ini masih bertumpu pada penggunaan pestisida sintetik. Namun penggunaan pestisida sintetik secara terus-menerus dapat menim-bulkan berbagai macam dampak negatif. Fungi antagonis seharusnya memiliki kecepatan tumbuh yang tinggi sehingga mampu mengungguli fungi endofit dalam penguasaan ruang, oksigen, dan nutrisi yang pada akhirnya mampu menekan perkembangan patogen. Hal ini dapat dilihat dengan membandingkan pertumbuhan masing-masing agensia hayati dan patogen pada biakan tunggal.
B.  Tujuan
1.      Mahasiswa mampu melakukan uji antagonis in vitro.
2.      Mahasiswa mampu menghitung persentase daya hambat dan mengetahui mekanisme penghambatan yang terjadi pada uji antagonis.
II.  Metode
A.  Alat dan Bahan
Skalpel, petridish, water agar, koloni fungi endofit, koloni fungi patogen.

B.  Cara Kerja
1.    Fungi patogen dan fungi endofit ditumbuhkan pada medium PDA (cawan petri ukuran 9 cm) selama 7 hari.
2.    Pada cawan petri (diameter 9 cm) berisi media PDA, diinokulasikan koloni fungi patogen dan koloni fungi endofit berdiameter 5 mm dengan jarak antar koloni 5 cm.
3.    Fungi diinkubasi dalam gelap pada suhu 25° C. Untuk kontrol pada cawan petri diinokulasikan cetakan koloni fungi patogen diameter 5 mm dan cetakan medium water agar 5 mm, jarak antar kolon fungi patogen dan water agar 5 cm.
4.    Pengukuran jarak pertumbuhan fungi patogen dilakukan pada hari ke 1, 3,5, dan 7, jarak antar koloni patogen dan water agar 5 cm.
5.    Persentase penghambatan pertumbuhan fungi patogen oleh fungi endofit dihitung dengan menggunakan rumus :
Keterangan
P = Persentase penghambatan
R1 = Jarak pertumbuhan koloni
R2 = Jarak pertumbuhan fungi patogen mendekati tepi cawan petri.
1.    Media PDA cair yang sudah disiapkan dituang secara steril dengan pemanasan bagian ujung enlenmeyer dengan api bunsen.
2.    Secara cepat dituang kurang lebih 15-20 ml media ke petridish.
3.    Petridish ditutup sebagian dan dibiarkan kurang lebih 15-20 menit atau sampai media menjadi padat.
4.    Media siap digunakan


III.   Hasil dan Pembahasan
A.    Hasil
A         : Patogen
1,2,3    : Endofit
R2       : 2 cm
R1 (1 vs A)     : 1,5 cm
R1 (2 vs A)     : 1 cm
R1 (3 vs A)     : 0,9 cm

              78, 6%
               85,7%
              87,1%

B.     Pembahasan
Uji antagonis adalah suatu cara untuk mengukur kemampuan bakteri atau fungi antagonis terhadap pathogen pada skala invitro (skala laboratorium). Tujuanya untuk mengetahui kemampuan fungi tersebut dalam menekan petumbuhan dan perkembngan pathogen.  Fungi antagonis mempunyai kemampuan dalam menghambat perkembangan patogen dengan berbagai mekanisme, antara lain melalui kompetisi ruang dan nutrisi, antibiosis dengan menghasilkan antibiotik tertentu berupa senyawa kimia yang mudah menguap (volatile) dan tidak menguap (non volatile) (Ajith & Lakshmidevi, 2010) atau lytic enzyme (kitinase, protease, dan glukanase), parasitisme dengan melilit hifa patogen, dan induksi ketahanan tanaman (Agrios, 2005; Pal & Gardener, 2006).
Pada praktikum kali ini digunakan empat macam fungi yang belum teridentifkasi. Fungi A sebagai patogen dan fungi 1,2, dan 3 sebagai endofit. Hasil yang diperoleh adalah fungi 1 78,6%, fungi 2 85,7% dan fungi 3 87,1%. Jika dilihat dari persentase pertumbuhan maka fungi antagonis yang paling efektif adalah fungi no 3 yang mampu menekan pertumbuhan fungi antagonis. Jika dilihat dari hasil foto pada fungi 1 masih ada jarak antar koloni sedangkan untuk fungi ke 2 dan 3 terlihat membaur satu sama lain.
Mekanisme interaksi yang terjadi antara fungi patogen dengan fungi antagonis didasarkan pada kriteria yang dikemukakan oleh Porter (1942), yaitu:
a.         Kompetisi, apabila koloni fungi antagonis menutupi koloni patogen dan pertumbuhan fungi antagonis lebih cepat untuk memenuhi cawan petri berdiameter 9 cm. Pada daerah kontak, hifa patogen mengalami lisis.
b.         Antibiosis, apabila terbentuk zona kosong di antara fungi patogen dengan fungi antagonis, terdapat perubahan bentuk hifa patogen, dan dihasilkan pigmen di permukaan bawah koloni fungi antagonis.
c.         Parasitisme, apabila hifa fungi antagonis tumbuh di atas hifa patogen, pada daerah kontak ditemukan hifa fungi antagonis melilit hifa patogen, serta mengalami lisis.
IV.   Kesimpulan
Uji antagonis secara in vitro menggunakan satu patogen dan tiga fungi endofit. Dari praktikum yang dilakukan hasilnya berbeda dengan tiga jenis fungi yag berbeda. Fungi yang paling efektif adalah no 3 sebanyak 87,1 %.

Daftar Pustaka
Agrios, G. N. (2005). Plant pathology (p. 922). Fifth Edition. USA: Elsevier Academic Press.
Ajith, P.S., & Lakshmidevi, N. (2010). Effect Of Volatile And Nonvolatile Compounds From Trichoderma Spp. Against Colletotrichum Capsici Incitant Of Anthracnose On Bell Peppers. Nature and Science, 8(9), 265–269.
Porter, C.L. (1942). Concerning The Characters Of Certain Fungi As Exhibited By Their Growth In The Presence Of Other Fungi. AM.J.Bot., 11, 168–188.

0 comments:

Post a Comment