Thursday, January 26, 2012

Online Menghasilkan Uang

Di era kemajuan teknologi dan informasi saat ini, jaringan internet bisa diakses oleh siapa saja dan dimana saja. Pengguna internet terus bertambah setiap saat. Koneksi ke internet juga bisa dilakukan dari berbagai macam gadget dan banyak provider yang dapat memberikan layanan internet. Kemudahan komunikasi sudah banyak dimanfaatkan untuk membangun bisnis online yang menggunakan berbagai macam media. Seperti facebook, twitter, blog atau website sendiri. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari bisnis online. Kalau kamu buka facebook saja, banyak sekali account yang menawarkan berbagai macam barang. Mulai dari baju, handphone, pernak-pernik dan produk kecantikan. Kelebihan bisnis online diantaranya adalah:

Friday, January 6, 2012

Apa Itu "Galau"?


Minggu ini adalah minggu galau buat aku. Aku bukan orang yang suka membuang waktu berkutat dengan kegalauan dan sebenarnya galau itu salah satu kata yang kurang aku suka, selain malas. Tapi tetap saja sampai sekarang dua kata itu terus silih berganti bermunculan dalam kehidupanku. Banyak sekali ide yang bermunculan di kepalaku. Tapi malah aku sendiri binggung harus memulai merealisasikan dari bagian mana. Alhasil,, kadang aku melewatkan sesuatau dan ideku batal terealisasi. I hate it! Begitu banyak pilihan membuatku malah jadi bingung mau bagaimana.

Akhir tahun 2011, kata galau sempat populer dan mungkin sampai sekarang masih populer.

METABOLISME SEKUNDER


A. PENGERTIAN
Metabolit sekunder adalah senyawa metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda-beda antara spesies yang satu dan lainnya. Setiap organisme biasanya menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda, bahkan mungkin satu jenis senyawa metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan saja atau pada fase-fase tertentu. Fungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Singkatnya, metabolit sekunder digunakan organisme untuk berinteraksi dengan lingkungannya.

Saturday, December 24, 2011

A Promise for My Lovely Mother

Hari ini aku lihat seorang ibu-ibu pengemis. Dari pada disebut ibu-ibu, sebenarnya lebih cocok jika disebut dengan nenek. Karena dilihat secara fisik dia sudah tua. Pakai kerudung dan bawa sebuah tas dan karung yang lusuh sama seperti bajunya. Juga sebuah tongkat untuk membantu berjalan atau mengorek sampah. Entahlah aku tidak tahu pasti. Aku mengambil uang seribu dan aku berikan pada ibu itu dari balik pintu kos. Dia berjalan tertatih mendekatiku.

Friday, December 23, 2011

LIFE (What Do You Think About Life?)

Hidup. Kata sederhana namun kadang orang bingung bagaimana memaknai dan menjalankannya. Seseorang mengatakan kepadaku bahwa hidup itu mahal. Kalimat itu terus melekat di otakku. Menurutku hidup itu buka cuma mahal, hidup itu mahal, sulit tapi indah. Sulit kerena tidak mudah menjalaninya dengan terus memaksimalkan kebaikan dan manfaat. Selalu ada godaan dan dosa. Namun hidup itu juga indah.

Tuesday, November 29, 2011

Perlunya Pengenalan dan Pelestarian Plasma Nutfah Tanaman Obat Indonesia

B. Pendahuluan

Sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia mengenal dan memanfaatkan tanaman berkhasiat obat sebagai salah satu upaya dalam penanggulangan masalah kesehatan yang dihadapinya (Wijayakusuma, 2000). Berbagai macam penyakit dan keluhan ringan maupun berat dapat diobati dengan memanfaatkan ramuan dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang mudah diperoleh di sekitar pekarangan rumah dan hasilnya pun cukup memuaskan.

Sunday, November 27, 2011

Pheretima sp.

BAB I
PENDAHULUAN

Annelida (dalam bahasa latin, annulus = cincin) atau cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan Platyhelminthes dan Nemathelminthes, Annelida merupakan hewan tripo-blastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati (hewan selomata). Namun Annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya paling sederhana (Bawa, 1993).

Ciri tubuh
Ukuran dan bentuk tubuh Annelida memiliki panjang tubuh sekitar 1 mm hingga 3 m.Contoh annelida yang panjangnya 3 m adalah cacing tanah Australia.Bentuk tubuhnya simetris bilateral dan bersegmen menyerupai cincin. Annelida memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya.Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa (Bawa, 1993).
Rongga tubuh Annelida berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).Sistem pencernaan annelida sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), usus, dan anus.Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran darah tertutup.Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.Pembuluh darah yang melingkari esofagus berfungsi memompa darah ke seluruh tubuh (Budiarti, 1992).

Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali.Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior.Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor.Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran.Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh.Nefrotor merupa-kanpori permukaan tubuh tempat kotoran keluar.Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya. Sebagian besar annelida hidup dengan bebas dan ada sebagian yang parasit dengan menempel pada vertebrata, termasuk manusia.Habitat annelida umumnya berada di dasar laut dan perairan tawar, dan juga ada yang segaian hidup di tanah atau tempat-tempat lembab. Annelida hidup diberbagai tempat dengan membuat liang sendiri (Khoeruddin, 2000).

Annelida umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet. Namun ada juga yang bereproduksi secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi.Organ seksual annelida ada yang menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu lain (gonokoris) (Budiarti, 1992).

Klasifikasi
Annelida dibagi menjadi tiga kelas, yaitu Polychaeta (cacing berambut banyak), Oligochaeta (cacing berambut sedikit), dan Hirudinea.

1. Polychaeta
Polychaeta (dalam bahasa yunani, poly = banyak, chaetae = rambut kaku) merupakan annelida berambut banyak.Tubuh Polychaeta dibedakan menjadi daerah kepala (prostomium) dengan mata, antena, dan sensor palpus. Polychaeta memiliki sepasang struktur seperti dayung yang disebut parapodia (tunggal = parapodium) pada setiap segmen tubuhnya.Fungsi parapodia adalah sebagai alat gerak dan mengandung pembuluh darah halus sehingga dapat berfungsi juga seperti insang untuk bernapas.Setiap parapodium memiliki rambut kaku yang disebut seta yang tersusun dari kitin. Contoh Polychaeta yang sesil adalah cacing kipas (Sabellastarte indica) yang berwarna cerah.Sedangkan yang bergerak bebas adalah Nereis virens, Marphysa sanguinea, Eunice viridis(cacing palolo), dan Lysidice oele(cacing wawo) (Khoeruddin, 2000).

2. Oligochaeta
Oligochaeta (dalam bahasa yunani, oligo = sedikit, chaetae = rambut kaku) yang merupakan annelida berambut sedikit.Oligochaeta tidak memiliki parapodia, namun memiliki seta pada tubuhnya yang bersegmen.Contoh Oligochaeta yang paling terkenal adalah cacing tanah.Jenis cacing tanah antara lain adalah cacing tanah Amerika (Lumbricus terrestris), cacing tanah Asia (Pheretima), cacing merah (Tubifex), dan cacing tanah raksasa Australia (Digaster longmani).Cacing ini memakan oarganisme hidup yang ada di dalam tanah dengan cara menggali tanah.Kemampuannya yang dapat menggali bermanfaat dalam menggemburkan tanah.Manfaat lain dari cacing ini adalah digunakan untuk bahan kosmetik, obat, dan campuran makan berprotein tinggi bagi hewan ternak (Khoeruddin, 2000).

3. Hirudinea
Hirudinea merupakan kelas annelida yang jenisnya sedikit. Hewan ini tidak memiliki arapodium maupun seta pada segmen tubuhnya.Panjang Hirudinea bervariasi dari 1 – 30 cm.Tubuhnya pipih dengan ujung anterior dan posterior yang meruncing. Pada anterior dan posterior terdapat alat pengisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak.Sebagian besar Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya.Inangnya adalah vertebrata dan ptermasuk manusia (Budiarti, 1992).
Hirudinea parasit hidup denga mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa invertebrata kecil seperti siput.Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa (pacet) dan hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan menyadari adanya gigitan.Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah sebanyak mungkin (Bawa, 1993).

Pheretima sp. adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum Annelida. Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung (Khoeruddin, 2000).

Cacing tanah merupakan makhluk yang telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi, oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di lingkungan mereka.Penelitian yang telah berlangsung selama 50 tahun menunjukkan bahwa cacing tanah memiliki kekebalan humoral dan selular mekanisme. Telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein (Khoeruddin, 2000).

BAB II
ISI

A. Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Phylum : Annelida
Class : Oligochaeta
Order : Ophistopora
Family : Megascolecidae
Genus : Pheretima
Species : Pheretima sp. (Budiarti, 1992).

B. Habitat Cacing Tanah
Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, subur dan suhunya tidak terlalu dingin. Untuk pertumbuhannya yang baik, cacing ini memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau pH 6-7,2. Kulit cacing tanah memerlukan kelembabancukup tinggi agar dapat berfungsi normal dan tidak rusakyaitu berkisar 15% - 30%. Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan antara 15oC-25oC (Putra, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan cacing tanah:

 Pengaruh pH
Cacing tanah memiliki sistem pencernaan yang kurang sempurna, karena sedikitnya enzim pencernaan. Oleh karena itu cacing tanah memerlukan bantuan bakteri untuk merubah/memecahkan bahan makanan. Aktivitas bakteri yang kurang dalam makanannya menyebabkan cacing tanah kekurangan makanan dan akhirnya mati karena tidak ada yang membantu pencernaan senyawa karbohidrat dan protein. Namun bila makanan terlalu asam sehingga aktivitas bakteri berlebihan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya pembengkakan tembolok cacing tanah dan berakhir dengan kematian pula. Keadaan makanan atau lingkungan yang terlalu basah, mengakibatkan cacing tanah kelihatan pucat dan kemudian mati. Untuk pertumbuhan yang baik dan optimal diperlukan pH antara 6,0 sampai 7,2 (Putra, 1999).

 Pengaruh kelembaban
Sebanyak 85 % dari berat tubuh cacing tanah berupa air, sehingga sangatlah penting untuk menjaga media pemeliharaan tetap lembab (kelembaban optimum berkisar antara 15 - 30 %). Tubuh cacing mempunyai mekanisme untuk menjaga keseimbangan air dengan mempertahankan kelembaban di permukan tubuh dan mencegah kehilangan air yang berlebihan. Cacing yang terdehidrasi akan kehilangan sebagian besar berat tubuhnya dan tetap hidup walaupun kehilangan 70 - 75 % kandungan air tubuh. Kekeringan yang berkepanjangan memaksa cacing tanah untuk bermigrasi ke lingkungan yang lebih cocok (Putra, 1999).
Kelembaban sangat diperlukan untuk menjaga agar kulit cacing tanah berfungsi normal. Bila udara terlalu kering, akan merusak keadaan kulit. Untuk menghindarinya cacing tanah segera masuk kedalam lubang dalam tanah, berhenti mencari makan dan akhirnya akan mati. Bila kelembaban terlalu tinggi atau terlalu banyak air, cacing tanah segera lari untuk mencari tempat yang pertukaran udaranya (aerasinya) baik. Hal ini terjadi karena cacing tanah mengambil oksigen dari udara bebas untuk pernafasannya melalui kulit. Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15% sampai 30% (Putra, 1999).

 Pengaruh Suhu
Suhu yang terlalu rendah maupun terlalu tinggi akan mempengaruhi proses-proses fisiologis seperti pernafasan, pertumbuhan, perkembangbiakan dan metabolisme. Suhu rendah menyebabkan kokon sulit menetas. Suhu yang hangat (sedang) menyebabkan cepat menetas dan pertumbuhan cacing tanah setra perkembangbiakannya akan berjalan sempurna. Suhu yang baik antara 15oC-25oC. Suhu yang lebih tinggi dari 25oC masih baik asalkan ada naungan yang cukup dan kelembaban yang optimal (Putra, 1999).

C. Ciri Morfologi
Cacing tanah jenis Pheretima sp. segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Tubuhnya berbentuk gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima sp. antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung (Kimball, 1998).

Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot.
Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal) (Kimball, 1998).

D. Struktur anatomi dan fisiologis

 Sistem pencernaan
Sistem pencernaan cacing tanah sudah lengkap, terdiri dari mulut, faring, esofagus (kerongkongan), kelenjar kalsiferous usus, dan anus. Proses pencernaan dibantu oleh enzim - enzim yang dikeluarkan oleh getah pencernaan secara ekstrasel. Makanan cacing tanah berupa daun-daunan serta sampah organik yang sudah lapuk. Cacing tanah dapat mencerna senyawa organik tersebut menjadi molekul yang sederhana yang dapat diserap oleh tubuhnya. Sisa pencernaan makanan dikeluarkan melalui anus (Kimball, 1998).

 Sistem peredaran darah
Cacing tanah mempunyai alat peredaran darah yang terdiri atas pembuluh darah punggung, pembuluh darah perut dan lima pasang lengkung aorta. Lengkung aorta berfungsi sebagai jantung. Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah. Pembuluh darah yang melingkari esopagus berfungsi memompa darah keseluruh tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak terletak di depan faring pada anterior (Wiryono, 2006).

 Sistem ekskresi
Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor. Nefridia ( tunggal – nefridium ) merupaka organ ekskresi yang terdiri dari saluran. Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh. Nefrotor merupaka pori permukaan tubuh tempat kotoran keluar. Terdapat sepasang organ ekskresi tiap segmen tubuhnya (Wiryono, 2006).

 Sistem gerak
Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ-organ sederhana, yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi dengan lingkungan hidupnya. Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan, otot badannya yang memanjang (longitudinal) dan otot badannya yang melingkar tebal (sirkuler) ternyata sangat berguna untuk pergerakan (Wiryono, 2006).
Kontraksi otot longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa memanjang dan memendek. Sedangkan kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing tanah mengembang dan mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini menimbulkan gaya gerak kedepan. Kalau diperhatikan kelihatan lemah, tetapi sebetulnya tidak demikian, cacing tanah termasuk relatif kuat karena dengan susunan otot yang melingkar dan memanjang cacing tanah dapat menembus tanah. Cacing tanah dapat mendorong suatu benda atau batu kecil yang 60x lebih berat dari tubuhnya sendiri, tetapi bila tidak dapat didorong, tanah itu akan dimakannya dan setelah itu bersama-sama kotoran dikeluarkan atau disembulkan melalui anus (Sayuti, 1999).
Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu pergerakan yang disebut seta, fungsinya adalah sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya. Bila seekor cacing tanah ditarik dari lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini disebabkan karen daya lekat seta. Alat bantu lainnya adalah lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir pada epidermisnya. Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa bergerak didalam lubang (Sayuti, 1999).














BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Tubuh cacing tanah bersegmen-segmen dan dalam tubuhnya dapat dijumpai adanya sistem pencernaan, sirkulasi, reproduksi, ekskresi, saraf, pernafasan yang cukup kompleks.
2) Cacing ini hidup didalam liang tanah yang lembab, dan banyak senyawa organiknya dengan pH 6-7,2, kelembabab 15% - 30% serta suhu 15oC-25oC.
3) Prilaku yang umum dijumpai pada cacing tanah adalah prilaku makan, prilaku kawin, pergerakan, prilaku membuang kotoran serta prilaku melindungi diri dari pemangsa/predator.
B. Saran
Dala penelitian ini penulis menganalisis data secara sederhana berdasarkan referensi atau mengacu pada sumber pustaka. Sehingga untuk menerangkan morfologi, anatomi, dan fisiologi cacing tanah secara lebih mendalam perlu diteliti tentang beberapa aspek terkait hal tersebut.













BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Bawa, Wayan. 1993. Dasar-Dasar Ekologi Hewan. Singaraja : STKIP Singaraja.
Bawa, Wayan. 1998. Ilmu Tingkah Laku Hewan (Etologi). Singaraja : IKIP Negeri Singaraja.
Budiarti, Asiani. 1992. Cacing Tanah. Jakarta : Penebar Swadaya.
Khoeruddin, I. 1999. Banyak Yang Tergiur Menjadi Jutawan Cacing. Jakarta : Penebar Swadaya
Kimball, John W. 1998. Biologi Jilid 2. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Putra. F.A. 1999. Hidup Bersama Cacing. Jakarta : Penebar Swadaya.
Sayuti, Fahri. 1999. Pedoman Praktis Budidaya Cacing Tanah. Bandung : Pusat Latihan Dan Pengembangan Cacing Tanah.
Wiryono. 2006. Pengaruh Pemberian Serasah Dan Cacing Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman Lamtoro Dan Turi Pada Media Tanam Tanah Bekas Penambangan Batu Bara. Bengkulu : Universitas Bengkulu.

Sunday, October 16, 2011

MEDIA MIKROBA 5

Media Campuran

1. BBL™ Trypticase™ Soy Agar with Lecithin and
Polysorbate 80
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Papaic Digest of Soybean Meal
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 0.7 g/L Lecithin
e) 5.0 g/L Polysorbate 80
f) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Deteksi dan enumerasi mikroorganisme untuk kepentingan kebersihan

2. BBL™ XL Agar Base
a) 3.5 g/L Xylose
b) 5.0 g/L L-Lysine
c) 7.5 g/L Lactose
d) 7.5 g/L Sucrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 3.0 g/L Yeast Extract
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 13.5 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi pathogen dalam perut

3. BBL™ XLD Agar
a) 3.5 g/L Xylose
b) 5.0 g/L L-Lysine
c) 7.5 g/L Lactose
d) 7.5 g/L Sucrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 3.0 g/L Yeast Extract
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 2.5 g/L Sodium Desoxycholate
i) 6.8 g/L Sodium Thiosulfate
j) 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
k) 13.5 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi pathogen dalam perut

4. BD TM Tellurite Agar (Hoyle)
a) 10.0 g/L Meat Extract
b) 10.0/L Peptone
c) 5.0/L Sodium Chloride
d) 0.35/L Potassium Tellurite
e) Horse Blood, defibrinated, lysed 7%
f) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi Corynebacterium diphtheriae dari spesimen klinis

5. BEA (Bile Esculin Agar)
a) Bile salt
b) Esculin
Media selektif dan diferensial
Membedakan Enterococcus dari Streptococcus

6. Bordet Gengou Agar Base
a) Gliserol
b) Darah segar
Media selektif dan diferensial
Prosedur kualitatif untuk pendeteksian dan isolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis

7. Bordet Gengou Blood Agar
Media selektif dan diferensial
Prosedur kualitatif untuk pendeteksian dan isolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis

8. Brilliant Green Bile Agar
a) 8.25 g/L Peptone
b) 1.9 g/L Lactose
c) 2.95mg/L Oxgall
d) 205.0 mg/L Sodium Sulfite
e) 29.5 mg/L Ferric Chloride
f) 15.3 mg/L Monopotassium Phosphate
g) 10.15 g/L Agar
h) 64.9 mg/L Erioglaucine
i) 77.6 mg/L Basic Fuchsin
j) 29.5 μg/L Brilliant Green
Media selektif dan diferensiasi
Isolasi, enumerasi, dan diferensiasi bakteri coliform

9. Difco™ Bordet Gengou Agar Base
a) 4.5 g/L Potato, Infusion from 125 g
b) 5.5 g/L Sodium Chloride
c) 20.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Prosedur kualitatif untuk deteksi dan isolasi Bordetella pertussis dari spesimen klinis

10. Difco™ Modified Oxford Antimicrobic Supplement
a) Colistin Sulfate 10.0 mg/10 mL Vial
b) 20.0 mg/10 mL Vial Moxalactam
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi Listeria monocytogenes

11. Difco™ Oxford Antimicrobic Supplement
a) 5.0 mg/10 mL Vial Acriflavine
b) 2.0 mg/10 mL Vial Cefotetan
c) 20.0 mg/10 mL Vial Colistin Sulfate
d) 400.0 mg/10 mL Vial Cycloheximide
e) 10.0 mg/10 mL Vial Fosfomycin
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi Listeria monocytogenes

12. Difco™ Oxford Medium Base
a) 8.9 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 4.4 g/L Proteose Peptone No. 3
c) 4.4 g/L Yeast Extract
d) 2.7 g/L Tryptic Digest of Beef Heart
e) 0.9 g/L Starch
f) 4.4 g/L Sodium Chloride
g) 1.0 g/L Esculin
h) 0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate
i) 15.0 g/L Lithium Chloride
j) 15.3 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi Listeria monocytogenes

13. Difco™ Tetrathionate Broth Base
a) 2.5 g/L Proteose Peptone
b) 2.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 1.0 g/L Oxgall
d) 30.0 g/L Sodium Thiosulfate
e) 10 g/L Calcium Carbonate
Media selektif dan diperkaya
Isolasi Salmonella dari feses, urine, dan makanan

14. Difco™ Tryptic Soy Agar with Lecithin and Polysorbate
80 (Microbial Content Test Agar)
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Soy Peptone
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 0.7 g/L Lecithin
e) 5.0 g/L Polysorbate 80
f) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Deteksi dan enumerasi mikroorganisme untuk kepentingan kebersihan

15. Difco™ XLD Agar
a) 3.75 g/L Xylose
b) 5.0 g/L L-Lysine
c) 7.5 g/L Lactose
d) 7.5 g/L Saccharose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 3.0 g/L Yeast Extract
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 2.5 g/L Sodium Desoxycholate
i) 6.8 g/L Sodium Thiosulfate
j) 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
k) 15.0 g/L Agar
Media selektif dan diferensial
Isolasi dan diferensiasi pathogen dalam perut

16. EMBA (Eosin Methylene Blue Agar)
a) Eosin
b) Metilen Blue
c) Karbohidrat Laktosa
Media selektif dan diferensial
Menentukan jenis bakteri coli dengan memberikan hasil positif dalam tabung

17. Lactose Broth
a) 0.5% Pepton
b) 0.3% Ekstrak Beef
c) 0.5% Laktosa
Media diperkaya dan selektif
Mendeteksi kehadiran koliform dalam air, makanan, dan produk susu, sebagai kaldu pemerkaya (pre-enrichment broth) untuk Salmonellae dan dalam mempelajari fermentasi laktosa oleh bakteri pada umumnya

18. MacConkey agar
a) 17.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 1.5/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.5/L Pancreatic Digest of Casein
d) 10.0/L Lactose
e) 1.5/L Bile Salts Mixture
f) 5.0/L Sodium Chloride
g) 13.5/L Agar
h) 30.0 mg/L Neutral Red
i) 1.0/L Crystal Violet
Media selektif dan diferensial
Isolasi mikroorganisme enterik dari campuran bakteri

19. MacConkey Agar No. 2
a) 20.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 10.0/L Lactose
c) 1.5/L Bile Salts No. 2
d) 5.0/L Sodium Chloride
e) 15.0/L Agar
f) 50.0 mg/L Neutral Red
g) 1.0/L Crystal Violet
Media selektif dan diferensial
Pengenalan enterococci diantara coliform dan organisme fermentasi nonlaktosa

20. MacConkey Agar without Crystal Violet
a) 20.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 10.0/L Lactose
c) 5.0/L Bile Salts Mixture
d) 12.0/L Agar
e) 75.0 mg/L Neutral Red
Media selektif dan diferensial
Pencirian Mycobacterium fortuitum-chelonei yang kompleks dari kecepatan pertumbuhan mycobacteria

21. MacConkey Broth
a) Pancreatic Digest of Gelatin 20.0 g/L
b) Lactose 10.0/L
c) Ox bile 5.0/L
d) Bromcresol Purple 10.0 mg/L
Media selektif dan diferensial
Isolasi mikroorganisme enterik dari campuran bakteri

22. MacConkey-Sorbitol Agar
a) 17.0 g/L Pancreatic Digest of Gelatin
b) 1.5/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.5/L Pancreatic Digest of Casein
d) 10.0/L Sorbitol
e) 1.5/L Bile Salts Mixture
f) 5.0/L Sodium Chloride
g) 13.5/L Agar
h) 30.0 mg/L Neutral Red
i) 1.0/L Crystal Violet
Media selektif dan diferensial
Isolasi mikroorganisme enterik dari campuran bakteri

23. Media BSA (Bismuth Sulfida Agar)
a) 5 g/L Beef Extract
b) 6 g/L Peptone
c) 5 g/L Glucose
d) 4 g/L Na2HPO4.12H2O
e) 0.3 g/L FeSO4.7H2O
f) 8 g /L Bismuth Sulfite Indicator
g) 0.025 g/L Brilliant Green
h) 20 g/L Agar
Media kompleks dan selektif
Isolasi Salmonella typhii dan spesies lain

24. MRSA (deMann Rogosa Sharpe Agar)
a) 10 g/L Protein dari kasein
b) 8 g/L Ekstrak daging
c) 4 g/L Ekstrak ragi
d) 20 g/L D (+) Glukosa
e) 0.2 g/L Magnesium sulfat
f) 14 g/L Agar-agar
g) 2 g/L Dipotassium Hidrogen Phosphate
h) 1g/L Tween 80
i) 2 g/L Diamonium Hidrogen Sitrat
j) 5 g/L Natrium Asetat
k) 0.04 g/L Mangan Sulfat
Media diperkaya dan selektif
Memperkaya, menumbuhkan, dan mengisolasi jenis Lactobacillus dari seluruh jenis bahan

25. PCA (Plate Count Agar)
a) Casein Enzymic Hydrolisate
b) Yeast Extract
c) Dextrose
d) Agar
Media minimalis dan selektif
Pertumbuhan mikroba aerobik dengan inokulasi di atas permukaan. PCA juga baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba)

26. PDA (Potato Dextrose Agar)
a) 20% Ekstrak kentang
b) 2% Glukosa
c) Agar
d) 1 L air yang telah didestilasi
Media komplek dan diferensial
Menumbuhkan atau mengidentifikasi yeast dan kapang serta untuk enumerasi yeast dan kapang dalam suatu sampel atau produk makanan

27. PGYA
a) Dekstrosa
b) CaCO3
c) Akuades
Media minimalis dan selektif
Isolasi, enumerasi, dan menumbuhkan sel khamir

8. Serum Tellurite Agar
a) Casein
b) Meat peptones
c) Nitrogen
d) Carbon
e) Sulfur
f) Dextrose
g) Sodium chloride
Media selektif dan diferensial
Isolasi anggota dari genus Corynebacterium, terutama diagnosis dari diphtheria di laboratorium

29. TSB (Trypticase Soy Broth)
a) 17 g Peptone Casein
b) 3 g Peptone Soymeal
c) 2.5 g D (+) Glucose
d) 5 g Sodium Chloride
e) 2.5 g diPottasium Hydrogenophosphate
f) Dikalium Fosfat
Media diperkaya dan selektif
Media broth diperkaya untuk tujuan umum, isolasi, dan penumbuhan bermacam mikroorganisme. Serta banyak digunakan untuk isolasi bakteri dari spesimen laboratorium dan akan mendukung pertumbuhan mayoritas bakteri patogen
3
0. XLD (Xylose Lysine Desoxycholate)
a) Yeast Extract
b) Xylose
c) Lysine
d) Lactose
e) Sucrose
f) Sodium Chloride
g) Phenol Red
h) Sodium Desoxycholate
i) SodiumT
j) Ferric Ammonium Sulphate
k) Agar
Media selektif dan diferensial
Menyembuhkan Salmonella and Shigella species


Media Lain

1. Ekstrak daging buah durian
a) Daging buah durian : akuades steril 1: 5 (w/v)
b) Larutan HCl atau NaOH 0,1 N

2. Kaldu nutrisi agar
a) Ekstrak daging (daging 0.5 kg direbus dalam air 1000 mL hingga volume air menjadi setengahnya)
b) Akuades hingga volume menjadi 1000 mL
c) 10 g Pepton
d) 5 g NaCl
e) 15 g Agar-agar

3. Media LB (Luria Bertani)
a) 5 g/L Ekstrak Khamir
b) 10 g/L Tripton
c) 10 g/L NaCl

4. Tauge Agar
a) Ekstrak tauge (100 g tauge (diambil airnya))
b) Akuades hingga volume menjadi 1000 mL
c) 60 g Sukrosa
d) 15 g Agar-agar

Thursday, October 13, 2011

MEDIA MIKROBA 4

Media Diferensial



1. APDA
a) Asam tartarat
b) Glukosa
c) Kentang
d) Agar
Menumbuhkan dan menghitung jumLah khamir dan yeast yang terdapat dalam suatu sampel

2. Arginine Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Arginine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain


3. Arginine Dihydrolase Broth
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Arginine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

4. BBL™ Kligler Iron Agar
a) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 10.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 10.0 g/L Lactose
d) 1.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 0.5 g/L Ferric Ammonium Citrate
g) 0.5 g/L Sodium Thiosulfate
h) 15.0 g/L Agar
i) 25.0 mg/L Phenol Red

Diferensiasi anggota pada Enterobacteriaceae berdasarkan kemampuannya dalam fermentasi dekstrosa dan laktosa serta dalam pembebasan sulfida

5. BBL™ MR-VP Broth
a) 3.5 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 3.5 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 5.0 g/L Potassium Phosphate
d) 5.0 g /L Dextrose
Membedakan bakteri dengan cara pemberian metil merah dan reaksi Voges-Proskauer

6. BBL™ Simmons Citrate Agar
a) 1.0 g/L Ammonium Dihydrogen Phosphate
b) 1.0 g/L Dipotassium Phosphate
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 2.0 g/L Sodium Citrate
e) 0.2 g/L Magnesium Sulfate
f) 15.0 g/L Agar
g) 0.08 g/L Bromthymol Blue
Diferensiasi bakteri gram negatif berdasarkan pemakaian sitrat

7. BBL™ Trypticase™ Soy Agar
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Papaic Digest of Soybean Meal
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis

8. BBL™ TSI Agar
a) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 10.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.0 g/L Dextrose
d) 10.0 g/L Lactose
e) 10.0 g/L Sucrose
f) 0.2 g/L Ferrous Ammonium Sulfate
g) 5.0 g/L Sodium Chloride
h) 0.2 g/L Sodium Thiosulfate
i) 13.0 g/L Agar
j) 25.0 mg/L Phenol Red
Membedakan bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida

9. BCP Glucose Agar
a) 10.00 g/L Tryptone
b) 1.50 g/L Yeast Extract
c) 10.00 g/L D-glucose
d) 0.015 g/L Bromocresol Purple
e) 5.00 g/L Sodium Chloride
f) 15.00 g/L Bacteriological Agar
Membedakan Enterobacteriaceae di dalam air seni, air, dan makanan. Perbedaan ini berdasarkan jenis fermentasi dextrosa

10. Blood agar
Membedakan bakteri berdasarkan kemampuan mereka untuk melisiskan sel-sel darah merah (beta hemolisis, alfa hemolisis, dan gamma hemolisis)

11. Decarboxylase Agar (Control)
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 3.0 g/L Agar
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

12. Decarboxylase Media
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

13. Difco™ MR-VP Medium
a) 7.0 g/L Buffered Peptone
b) 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
c) 5.0 g/L Dextrose
Membedakan bakteri dengan cara pemberian metil merah dan reaksi Voges-Proskauer

14. Difco™ Triple Sugar Iron Agar
a) 3.0 g/L Beef Extract
b) 3.0 g/L Yeast Extract
c) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 5.0 g/L Proteose Peptone No. 3
e) 1.0 g/L Dextrose
f) 10.0 g/L Lactose
g) 10.0 g/L Sucrose
h) 0.2 g/L Ferrous Sulfate
i) 5.0 g/L Sodium Chloride
j) 0.3 g/L Sodium Thiosulfate
k) 12.0 g/L Agar
l) 24.0 mg/L Phenol Red
Membedakan bakteri gram negatif berdasarkan fermentasi karbohidrat dan produksi hidrogen sulfida

15. Difco™ Tryptic Soy Agar
a) 15.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Enzymatic Digest of Soybean Meal
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi mikroorganisme yang kritis dan nonkritis

16. Koser Citrate Broth
a) 3.00 g/L Sodium Citrate
b) 1.00 g/L Monopotassium Phosphate
c) 1.50 g/L Sodium Ammonium Phosphate
d) 0.20 g/L Magnesium Sulfate
Membedakan Escherichia coli dari Enterobacter atas dasar penggunaan dan pemanfaatan sitrat

17. Lysine Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L of L-Lysine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

18. Lysine Decarboxylase Broth
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Lysine HCl Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

19. Ornithine Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Ornithine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

20. Ornithine Decarboxylase Broth
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 10.0 g/L L-Ornithine HCl
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

21. Ornithine with Agar
a) 5.00 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.00/L Beef Extract
c) 0.01/L Bromcresol Purple
d) 0.50/L Dextrose
e) 5.00 mg/L Cresol Red
f) 5.00/L Pyridoxal
g) 3.0 g/L Agar
Membantu identifikasi organisme dalam famili Enterobacteriaceae, tetapi boleh juga digunakan untuk membedakan bakteri gram negatif lain

22. Potassium Tellurite Cystine Agar
a) 11.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 2.0/L Beef Heart Infusion Solids
d) 2.0/L Yeast Extract
e) 5.0/L Sodium Chloride
f) 15.0/L Agar
g) 44.0 mg/L L-Cystein
h) 50.0 mg/L Potassium Tellurite
i) 50.0/L Sheep blood
Untuk menyembuhkan Corynebacterium diptheriae dari spesimen klinis dan membantu membedakan C. diptheriae dari bakteri diptheriae lain

23. Simmons Citrate Agar
a) 0.2 g/L Magnesium sulphate
b) 0.2 g/L Ammonium dihydrogen Phosphate
c) 2.5 g/L Tri-sodium citrate
d) 0.080 g/L Bromo-thymol blue
e) 0.8 g/L Sodium ammonium phosphate
f) 5.0 g/L Sodium chloride
g) 14.0 g/L Agar A (RM10)
Membedakan Enterobacteriaceae berdasarkan utilsasi sitrat

Saturday, October 8, 2011

MEDIA MIKROBA 3

Media Selektif

1. Bactotm Peptone (Difco-Becton Dickinson)
a) 10 g NaCl
b) 1 L air distilasi

Protein pencernaan enzimatis

2. BBE (Bacteroides Bile Esculin) Agar
a) Gentamicin
b) Oxgall
c) Esculetin
d) Dextrose
e) Iron salt (ferric ammonium citrate)

Media isolasi primer untuk menyeleksi dan memperkirakan identifikasi dari kelompok B. fragilis

3. BBL™ Brain Heart CC Agar
a) 16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 8.0 g/L Brain Heart, Infusion from (solids)
c) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 2.0 g/L Dextrose
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 0.5 g/L Cycloheximide
h) 0.05 g/L Chloramphenicol
i) 13.5 g/L Agar
Isolasi fungi patogen dari spesimen yang mencemarinya dengan bakteri dan jamur saprophytic

4. BBL™ Brain Heart Infusion Agar
a) Brain Heart, Infusion from (solids) 8.0 g/L
b) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 16.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 13.5 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi tentang suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan nonklinis5.

5.BBL™ Brain Heart Infusion Agar, Modified
a) Brain Heart, Infusion from (solids) 3.5 g/L
b) 15.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 6.5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi tentang suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan nonklinis

6. BBL™ Mannitol Salt Agar
a) 5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
b) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 1.0 g/L Beef Extract
d) 10.0 g/L D-Mannitol
e) 75.0 g/L Sodium Chloride
f) 15.0 g/L Agar
g) 25.0 mg/L Phenol Red
Isolasi selektif dan enumerasi staphylococci dari material klinis dan nonklinis

7. BBL™ M-PA-C Agar
a) 2.0 g/L Yeast Extract
b) 5.0 g/L L-Lysine HCl
c) 5.0 g/L Sodium Chloride
d) 1.25 g/L Xylose
e) 1.25 g/L Sucrose
f) 1.25 g/L Lactose
g) 0.08 g/L Phenol Red
h) 0.8 g/L Ferric Ammonium Citrate
i) 5.0 g/L Sodum Thiosulfate
j) 1.5 g/L Magnesium Sulfate
k) 8.0 mg/L Kanamycin
l) 37.0 mg/L Nalidixic Acid
m) 12.0 g/L Agar
Penyembuhan dan enumerasi Pseudomonas aeruginosa dari air

8. BBL™ Seven H11 Agar Base
a) 1.0 g/900 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 0.5 g/900 mL Monosodium Glutamate
c) 0.4 g/900 mL Sodium Citrate
d) 1.0 mg/900 mL Pyridoxine
e) 0.5 mg/900 mL Biotin
f) 0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate
g) 0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate
h) 1.5 g/900 mL Disodium Phosphate
i) 1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate
j) 0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate
k) 13.5 g/900 mL Agar
l) 0.25 mg/900 mL Malachite Green
m) 1.0 mg/900 mL Zinc Sulfate
n) 1.0 mg/900 mL Copper Sulfate
o) 0.5 mg/900 mL Calcium Chloride
Prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klinis dan nonklinis

9. Blood Agar Base (Infusion Agar)
a) Heart Muscle, Infusion from (solids) 2.0 g/L
b) 13.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 5.0 g/L Yeast Extract
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 15.0 g/L Agar
Isolasi, kultivasi, dan deteksi aktivitas hemolitik dari streptococci dan mikroorganisme lain

10. Blood Agar Base No. 2
a) 15.0 g/L Proteose Peptone
b) 2.5 g/L Liver Digest
c) 5.0 g/L Yeast Extract
d) 5.0 g/L Sodium Chloride
e) 12.0 g/L Agar
Isolasi, kultivasi, dan deteksi aktivitas hemolitik dari streptococci dan mikroorganisme lain


11. Brilliant Green Agar Media
a) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 10.0 g/L Proteose Peptone No. 3
d) 3.0 g/L Yeast Extract
e) 10.0 g/L Lactose
f) 10.0 g/L Sucrose
g) 5.0 g/L Sodium Chloride
h) 20.0 g/L Agar
i) 12.5 mg/L Brilliant Green
j) 0.08 g/L Phenol Red
Isolasi jenis Salmonella (kecuali S. typhi dan S. paratyphi) dari infeksi seperti fecal spesimen, produk susu, dan makanan. Brilliant Green dengan Novobiocin direkomendasikan untuk menguji makanan dari Salmonella

12. Brilliant Green Agar Modified
a) 5.0 g/L Beef Extract
b) 10.0 g/L Peptone
c) 3.0 g/L Yeast Extract
d) 1.0 g/L Disodium Phosphate
e) 0.6 g/L Monosodium Phosphate
10.0 g/L Lactose
f) 10.0 g/L Sucrose
g) 0.09 g/L Phenol Red
h) 4.7 mg/L Brilliant Green
i) 12.0 g/L Agar
Isolasi Salmonella dari air, limbah, dan bahan makanan

13. Brilliant Green Sulfa Agar
a) 5.0 g/L Peptic Digest of Animal Tissue
b) 5.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 10.0 g/L Proteose Peptone No. 3
d) 3.0 g/L Yeast Extract
e) 10.0 g/L Lactose
f) 10.0 g/L Sucrose
g) 5.0 g/L Sodium Chloride
h) 20.0 g/L Agar
i) 12.5 mg/L Brilliant Green
j) 0.08 g/L Phenol Red
k) 0.08 g/L Sulfadiazine
Untuk isolasi jenis Salmonella (kecuali S. typhi dan S. paratyphi) dari infeksi seperti fecal spesimen, produk susu, dan makanan. Brilliant Green dengan Novobiocin direkomendasikan untuk menguji makanan dari Salmonella

14. Cetrimide Agar
a) 20 g/L Enzymatic Digest of Gelatin
b) 1.4 g/L Magnesium Chloride
c) 10 g/L Potassium Chloride
d) 0.3 g/L Cetrimide (Cetyltrimethylammonium Bromide)
e) 13.6 g/L Agar
f) Supplement /Liter : Glycerol 10 mL
Isolasi dan identifikasi Pseudomonas aeruginosa

15. Chapman Stone Medium
a) 2.5 g/L Yeast Extract
b) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
c) 30.0 g/L Gelatin
d) 10.0 g/L D-Mannitol
e) 55.0 g/L Sodium Chloride
f) 75.0 g/L Sulfate Ammonium
g) 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
h) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan identifikasi staphylococci berdasarkan pada fermentasi mannitol dan aktivitas gelatin

16. CMC (Carboxymethyl Cellulose)
a) 1 g KH2PO4
b) 0.5 g K2SO4
c) 0.5 g NaCl
d) FeSO4
e) 1g NH4NO3
f) 0.01 g MNSO4
g) 200 mL CMC ( 10 g dalam 200 mL)
h) 20 g Agar Bacto
i) Akuades (hingga tepat 1 L)
j) Merah kongo 1 % ( 1 g Merah kongo dalam 100 mL aquades)
k) NaOH 1%
Mengisolasi mikroba pendegradasi bahan organik, bakteri, dan fungi selulolitik

17. Difco™ Brain Heart Infusion Agar
a) 7.7 g/L Calf Brains, Infusion from 200 g
b) 9.8 g/L Beef Heart, Infusion from 250 g
c) 10.0 g/L Proteose Peptone
d) 2.0 g/L Dextrose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 2.5 g/L Disodium Phosphate
g) 15.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi tentang suatu spesies fungi, termasuk sistem fungi dari sumber klinis dan nonklinis

18. Difco™ Brilliant Green Bile Broth 2%
a) 10.0 g/L Peptone
b) 20.0 g/L Oxgall
c) 10.0 g/L Lactose
d) 13.3 mg/L Brilliant Green
Mendeteksi organisme coliform di dalam makanan, produk susu, air, dan wastewater

19. Difco™ Mannitol Salt Agar
a) 10.0 g/L Proteose Peptone No. 3
b) 1.0 g/L Beef Extract
c) 10.0 g/L D-Mannitol
d) 75.0 g/L Sodium Chloride
e) 15.0 g/L Agar
f) 25.0 mg/L Phenol Red
Isolasi selektif dan enumerasi staphylococci dari material klinis dan nonklinis

20. Difco™ MIO Medium
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 10.0 g/L Peptone
c) 10.0 g/L Tryptone
d) 5.0 g/L L-Ornithine HCl
e) 1.0 g/L Dextrose
f) 2.0 g/L Agar
g) 0.02 g/L Bromcresol Purple
Menunjukkan pergerakan dan kegiatan dekarboksilasi ornithine untuk membedakan dari Enterobacteriaceae

21. Difco™ Mycobacteria 7H11 Agar
a) g/900 mL Pancreatic Digest of Casein
b) 0.5 g/900 mL L-Glutamic Acid
c) 0.4 g/900 mL Sodium Citrate
d) 1.0 mg/900 mL Pyridoxine
e) 0.5 mg/900 mL Biotin
f) 0.04 g/900 mL Ferric Ammonium Citrate
g) 0.5 g/900 mL Ammonium Sulfate
h) 1.5 g/900 mL Disodium Phosphate
i) 1.5 g/900 mL Monopotassium Phosphate
j) 0.05 g/900 mL Magnesium Sulfate
k) 15.0 g/900 mL Agar
l) 1.0 mg/900 mL Malachite Green
Prosedur isolasi dan kultivasi mikrobakteri, khususnya Mycobacterium tuberculosis dari spesimen klinis dan nonklinis

22. Difco™ Tellurite Glycine Agar
a) 6.5 g/L Yeast Extract
b) 3.5 g/L Soytone
c) 10.0 g/L Tryptone
d) 10.0 g/L Glycine
e) 5.0 g/L D-Mannitol
f) 5.0 g/L Dipotassium Phosphate
g) 5.0 g/L Lithium Chloride
h) 17.5 g/L Agar
Isolasi koagulsi positif dari staphylococci

23. Difco™ Thermoacidurans Agar
a) 5.0 g/L Yeast Extract
b) 5.0 g/L Proteose Peptone
c) 5.0 g/L Dextrose
d) 4.0 g/L Dipotassium Phosphate
e) 20.0 g/L Agar
Isolasi dan kultivasi Bacillus coagulans (Bacillus thermoacidurans) dari makanan

24. Difco™ Tomato Juice Agar
a) 20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL)
b) 10.0 g/L Peptone
c) 10.0 g/L Peptonized Milk
d) 20.0 g/L Agar
Kultivasi dan enumerasi Lactobacillus


26. Difco™ Tomato Juice Broth
a) 20.0 g/L Tomato Juice (from 400 mL)
b) 10.0 g/L Yeast Extract
c) 10.0 g/L Dextrose
d) 0.5 g/L Dipotassium Phosphate
e) 0.5 g/L Monopotassium Phosphate
f) 0.1 g/L Magnesium Sulfate
g) 0.01 g/L Sodium Chloride
h) 0.01 g/L Ferrous Sulfate
i) 0.01 g/L Manganese Sulfate
Kultivasi dan enumerasi mikroorganisme asidofilik lain dari air ludah dan spesimen lain

27. Inositol Brilliant Green Bile Agar (Plesiomonas Differential Agar)
a) 10.000 Gms/Litre Proteose peptone
b) 5.000 Gms/Litre Meat extract
c) 10.000 Gms/Litre Meso-Inositol
d) 8.500 Gms/Litre Bile salts mixture
e) 5.000 Gms/Litre Sodium chloride
f) 0.00033 Gms/Litre Brilliant green
g) 0.025 Gms/Litre Neutral red
h) 13.500 Gms/Litre Agar
Isolasi selektif pada Plesiomonas shigelloides dan Aeromonas species dari feses dan bahan makanan

28. Lactose Agar with Bromthymol Blue and Crystal Violet
a) 15.00 g/L Lactose
b) 1.00 g/L Sodium Thiosulfate
c) 7.50 g/L Casein Peptone
d) 1.00 g/L Sodium Desoxycholate
e) 7.50 g/L Meat Peptone
f) 0.08 g/L Bromothymol Blue
g) 3.00 g/L Beef Extract
h) 0.005 g/L Crystal Violet
i) 3.00 g/L Yeast Extract
j) 12.00 g/L Bacteriological Agar
Isolasi bakteri gram negatif dari urine, feses, dan spesimen klinis lainnya.

29. Lignin-benomyl-guaiacol
a) 0.5 g KH2PO4
b) 0.2 g MgSO4.7H2O
c) 0.1 g NH4NO3
d) 0.1 g KCl
e) 0.02 g FeSO4.7H2O
f) 0.05 g Ca(NO3)2.4H2O
g) 2 g Malt ekstrak
h) 15 g Agar bacto
i) 5 mL Larutan KOH 1 M
j) 0.4 mL Guaiacol
k) 1 g Indulin AT (alkali liginin)
l) 60 mg Antibiotik Clortetrasycline-HCl
m) 30 mg Streptomycin sulfate
n) 30 mg Penisilin G
o) 4 mg Benomyl (seperti benlate 50 WP)
Mengisolasi fungi ligninolitik

30. Media cair alami Air tebu, air kelapa, nira aren, susu sapi segar, susu skim, susu kedelai di samping berbagai medium cair yang berkomposisikan gula-gula sederhana seperti gula pasir, glukosa, fruktosa, dan laktosa Pertumbuhan bakteri-bakteri asam laktat dalam penyimpanan bakteri-bakteri asam laktat pada suatu bank mikroba

31 NA (Nutrient Agar)
a) 10 g Ekstrak Beef
b) 10 g Pepton
c) 5 g NaCl
d) 1000 mL Air desitilat
e) 15 g/L Agar
Uji air dan produk dairy. Nutrient Agar juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof serta digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni

32. Nitrate Broth
a) 5.0 g/L Peptone
b) 3.0 g/L Meat Extract/Beef Extract
c) 1.0 g/L Potassium Nitrate
d) 1.0 g/L Proteose Peptone No. 3
Mendeteksi reduksi nitrat

33. Nutrient Broth
a) 5 g Pepton
b) 850 mL air distilasi/akuades
c) 3 g Ekstrak daging
Merupakan media untuk mikroorganisme yang berbentuk cair

34. Ogye Agar Base
a) 5 g/L Yeast Extract
b) 20 g/L Dextrose
c) 12 g/L Agar
d) Supplement
100 mg oxytetracycline
10 mL sterile solution
Mendeteksi dan mengisolasi ragi dan cetakan dari makanan

35. Orange Serum Agar
a) 10.0 g/L Orange Serum
b) 3.0 g/L Yeast Extract
c) 10.0 g/L Pancreatic Digest of Casein
d) 4.0 g/L Dextrose
e) 2.5 g/L Dipotassium Phosphate
f) 15.5 g/L Agar
Isolasi dan enumerasi terhadap mikroorganisme berhubungan dengan cacat produk buah jeruk

36. SSW (Synthetic Sea Water)
a) 5 g MgSO4.7H2O
b) 30 g NaCl
c) 1.4 g MgCl2.H2O
d) 0.7 g CaCl2.2H2O
e) 0.5 g Ekstrak Khamir
f) 0.5 g Pepton
g) 3 mL Gliserol
h) 1 L akuades
i) 10 g Bacto
Media spesifik untuk bakteri halofilik

37. Thayer-Martin Selective Agar
a) Chocolate II Agar dengan vancomycin, colistin, dan nystatin
b) Trimethoprim
c) 20 g/L agar
d) 1.5 g/L dextrose
Isolasi patogen Neisseria dari spesimen campuran yang berasal dari tumbuhan, bakteri, dan fungi

38. Vancomycin Screen Agar
a) 8.00 /L Brain Heart Infusion
b) 5.00/L Peptic Digest of Animal Tissue
c) 16.00/L Peptic Digest of Casein
d) 5.00/L Sodium Chloride
e) 2.00/L Dextrose
f) 2.50/L Disodium Phosphate
g) 13.50/L Bacteriological Agar
h) 0.56/L FD & Yellow #5 Dye
Menyaring enterococci yang bersifat menentang atau menghambat vancomycin

39. Violet Red Bile Glucose Agar
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 7.0 g/L Peptone
c) 1.5 g/L Bile Salts No. 3
d) 10.0 g/L Glucose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 0.03 g/L Neutral Red
g) 2.0 mg/L Crystal Violet
h) 15.0 g/L Agar
Deteksi dan enumerasi Enterobacteriaceae pada makanan dan produk susu

40. VJ Agar (Vogel and Johnson Agar)
a) 10.0 g/L Tryptone
b) 5.0 g/L Yeast Extract
c) 10.0 g/L Mannitol
d) 5.0 g/L Dipostassium Phosphate
e) 5.0 g/L Lithium Chloride
f) 10.0 g/L Glycine
g) 15.0 g/L Agar
h) 25.0 mg/L Phenol Red
Digunakan untuk awal pendeteksian koagulasi positif dan fermentasi mannitol staphylococci

41. VRBL (Violet Red Bile Agar)
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 7.0 g/L Peptone
c) 1.5 g/L Bile Salts No. 3
d) 10.0 g/L Lactose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 15.0 g/L Agar
g) 0.03 g/L Neutral Red
h) 2.0 mg/L Crystal Violet
Enumerasi bakteri coliforms di dalam produk susu

42. VRBL (Violet Red Bile Agar) with Lactose a) 10.00 g/L Lactose
b) 7.00 g/L Gelatin Peptone

c) 5.00 g/L Sodium Chloride
d) 3.00 g/L Yeast Extract
e) 1.50 g/L Bile Salts Nº 3
f) 0.03 g/L Neutral Red
g) 0.002 g/L Crystal Violet
h) 15.00 g/L Bacteriological Agar
Pendeteksian dan enumerasi Coliforms di dalam produk susu, air, dan makanan

43. VRBL (Violet Red Bile Agar) with MUG
a) 3.0 g/L Yeast Extract
b) 7.0 g/L Peptone
c) 1.5 g/L Bile Salts No. 3
d) 10.0 g/L Lactose
e) 5.0 g/L Sodium Chloride
f) 15.0 g/L Agar
g) 0.03 g/L Neutral Red
h) 2.0 mg/L Crystal Violet
i) 0.1 g/L MUG (4-methylumbelliferyl-ß- D-glucuronide)
Enumerasi Escherichia coli dan total bakteri coliform pada makanan dan produk susu