I. Pendahuluan
A. Latar
Belakang
Fungi dibagi dalam 4 divisi yaitu, Zygomycetes yang memiliki ciri-ciri hifa
bersifat koenositik. Spora seksualnya adalah zygospora dan spora 25 aseksualnya
adalah sporangiospora. Contohnya Rhizopus
sp dan Mucor sp.. Ascomycetes yang
memiliki ciri-ciri hifa bersifat koenositik. Pembiakan seksual pada yang bersel
satu, konjugasi antara 2 gametangia menghasilkan zigot, kemudian membesar
menjadi askus. Pembiakan aseksual pada yang bersel banyak dengan konidia
(konidiospora), pada yang bersel satu dengan membentuk tunas. Contohnya Penicillium sp., Basidiomycetes yang memiliki ciri-ciri hifanya bersekat, pembiakan
seksual dengan konidia. Pembiakan aseksual dengan basidiospora. Contohnya Volvariela sp. Serta Deuteromycetes yang memiliki ciri-ciri
bentuk seperti khamir atau filamen. Hifa seperti Ascomycetes. Tidak mempunyai
stadia seksual. Spora aseksual adalah berbagai bentuk konidia. Contohnya
Tricosporon sp, Aspergillus sp (Lay, 1994). Nama yang diberikan untuk cendawan
(fungi) berasal dari wakilnya yang mencolok, yaitu cendawan topi (Yunani : mykes,
Latin : fungus). Fungi termasuk eukariot, dan memiliki sifat-sifat tertentu
sama dengan tumbuh-tumbuhan, seperti memiliki dinding sel, vakuola berisi getah
sel dan dengan mikroskop dapat diamati aliran plasma yang baik dan juga sifat
nyata ketidakmampuannya untuk tidak bergerak.
Fungi tidak mengandung pigmen
fotosintesis dan bersifat Cheterotrof (khemoorganoheterotrof). Fungi tumbuh
pada kondisi aerob dan memperoleh energi dengan mengoksidasi bahan organik.
Kalau dibandingkan dengan tumbuh-tumbuhan terbagi-bagi dalam daun, batang, dan
akar, fungi menunjukkan diferensiasi yang sederhana dan juga hampir tidak ada
pembagian kerja. Benda fegetasi fungi adalah talus. Talus terdiri dari
benang-benang dengan garis tengah 5 mikron, yang bercabang-cabang beberapa dan
juga melanjutkan diri 26 di atas atau ke dalam substrat nutrient. Benang atau
hifa ini terdiri dari dinding sel dan sitoplasma dengan benda-benda inklusi.
Keseluruhan massa hifa talus fungi disebut miselium. Pada fungi derajat tinggi
miselium membentuk utas-utas tali tebal, rizomorf yang berfungsi sebagai
pengangkut zat (Schlegel, 1994).
Untuk dapat mengamati bagian-bagian fungi
dengan jelas perlu adanya perwarnaan. Dengan pewarnaan dapat diamati
bagian-bagian pada fungi seperti hifa, spora, dan konidia. Pewarna yang
digunakan dapat bermacam-macam, misalnya adalah tryphan blue yang berwarna biru
atau metylen blue.
B. Tujuan
Mahasiswa dapat melakukan pengamatan
morfologi fungi dengan membuat preparat semi permanen.
II. Metode
A. Alat
dan Bahan
Gelas
benda, gelas penutup, pipet tetes, ose jarum, tissue, mikroskop, pewarna
tryphan blue, gliserol, fungi hasil isolasi, kutek bening.
B. Cara
Kerja
1. Disiapkan
gelas benda.
2. Pada
gelas benda diteteskan satu tetes gliserol.
3. Hifa
dan spora diambil dari petridish dengan menggunakan ose jarum dan diletakkan
pada tetesan gliserol, hifa yang menggumpal dipisahkan dengan ose jarum.
4. Teteskan
satu tetes pewarna truphan blue dicampur secara merata dengan gliserol,
didiamkan selama beberapa menit, kemudian ditutup dengan gelas penutup.
5. Pewarna
yang keluar dari gelas penutup dihisap dengan kertas tissue. Untuk menambah
keawetan peparat dapat dilapisi dengan kutek pada bagian tepi penutupnya.
6. Pengamatan
preparat di bawah mikroskop dengan perbesaran 100x dan 400x.
III. Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil
|
Fusarium
sp
perbesaran 400x
|
|
Fusarium
sp.
perbesaran 100x
|
|
Aspergillus
sp perbesaran 400x
|
B. Pembahasan
Fungi atau cendawan adalah tumbuhan
yang tidak mempunyai klorofil sehingga bersifat heterotrof. Fungi ada yang
uniseluler dan multiseluler. Tubuhnya terdiri dari benang-benang yang disebut
hifa. Reproduksi fungi, ada yang dengan cara vegetatif ada juga dengan cara
generatif. (Buchanan, 2003). Fungi pada umumnya adalah jasad yang
berbentuk benang, multiseluler, tidak berkhlorofil dan belum mempunyai
diferensiasi dalam jaringan. Ada pula yang hanya terdiri dari satu sel.
Struktur fungi. Walaupun fungi dapat dilihat, namun masing-masing sel
adalah mikroskopik. Fungi tersusun atas benang-benang sel yang disebut hifa.
Jika fungi tumbuh, hifa saling membelit untuk membentuk massa benang yang
disebut miselium yang cukup besar untuk dilihat dengan mata (Lim, 2006).
Pada pembuatan preparat semi permanen ini digunakan fungi
yang telah ditumbuhkan dari isolat tanah dan daun pada praktikum sebelumnya.
Isolat berumur sekitar dua minggu. Tahap pembuatan preparat adalah pertama
disiapkan gelas benda serta gelas penutup. Pada gelas benda diteteskan satu
tetes gliserol menggunakan pipet tetes. Hifa dan spora diambil dari petridish
dengan menggunakan ose jarum dengan hati-hati dan diletakkan pada tetesan
gliserol, hifa yang menggumpal dipisahkan dengan ose jarum. Selanjutnya
diteteskan satu tetes pewarna triphan blue dicampur secara merata dengan
gliserol, didiamkan selama beberapa menit, kemudian ditutup dengan gelas
penutup. Pewarna yang keluar dari gelas penutup dihisap dengan kertas tissue.
Untuk menambah keawetan peparat dapat dilapisi dengan kutek pada bagian tepi
penutupnya. Preparat yang sudah ditutup dengan kutek diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran 100x dan 400x. Kebanyakan isolat yang digunakan belum
membentuk spora namun sudah membentuk konidia. Satu fungi yang ditemukan adalah
Fusarium sp.
IV. Kesimpulan
Pewarnaan
diperlukan untuk dapat mempermudah pengamatan dan melakukan identifikasi
terhadap isolat yang telah dikulturkan.
Daftar
Pustaka
Buchanan,RE. & Gibbons,NE.2003. Bergey’s Manual of Determinative Bacteriology. The
William & Wilkins Company Baltimore.USA.
Lim, D. 2006. Microbiology.
McGraw-Hill. New York.
Lay,
B. W. 2008. Analisis Mikroba di Laboratorium. Raja Grafindo Persada. Jakarta.