I. Pendahuluan
A. Latar
Belakang
In
vitro adalah istilah yang dipakai dalambiologi untuk menyebutkan kultur suatu sel, jaringan, atau bagian organ tertentu di dalamlaboratorium. Istilah ini dipakai karena kebanyakan kultur artifisial
ini dilakukan di dalam alat-alat laboratorium yang terbuat dari kaca, seperti cawan petri, labu Erlenmeyer, tabungkultur, botol, dan sebagainya.Kultur jaringan dan
berbagai variasinya biasa disebut sebagai pembiakan in vitro.
Pengendalian terhadap patogen
tanaman saat ini masih bertumpu pada penggunaan pestisida sintetik. Namun
penggunaan pestisida sintetik secara terus-menerus dapat menim-bulkan berbagai
macam dampak negatif. Fungi antagonis seharusnya memiliki kecepatan tumbuh yang
tinggi sehingga mampu mengungguli fungi endofit dalam penguasaan ruang,
oksigen, dan nutrisi yang pada akhirnya mampu menekan perkembangan patogen. Hal
ini dapat dilihat dengan membandingkan pertumbuhan masing-masing agensia hayati
dan patogen pada biakan tunggal.
B. Tujuan
1. Mahasiswa
mampu melakukan uji antagonis in vitro.
2. Mahasiswa
mampu menghitung persentase daya hambat dan mengetahui mekanisme penghambatan
yang terjadi pada uji antagonis.
II. Metode
A. Alat
dan Bahan
Skalpel,
petridish, water agar, koloni fungi endofit, koloni fungi patogen.
B. Cara
Kerja
1. Fungi
patogen dan fungi endofit ditumbuhkan pada medium PDA (cawan petri ukuran 9 cm)
selama 7 hari.
2. Pada
cawan petri (diameter 9 cm) berisi media PDA, diinokulasikan koloni fungi
patogen dan koloni fungi endofit berdiameter 5 mm dengan jarak antar koloni 5
cm.
3. Fungi
diinkubasi dalam gelap pada suhu 25° C. Untuk kontrol pada cawan petri
diinokulasikan cetakan koloni fungi patogen diameter 5 mm dan cetakan medium
water agar 5 mm, jarak antar kolon fungi patogen dan water agar 5 cm.
4. Pengukuran
jarak pertumbuhan fungi patogen dilakukan pada hari ke 1, 3,5, dan 7, jarak
antar koloni patogen dan water agar 5 cm.
5. Persentase
penghambatan pertumbuhan fungi patogen oleh fungi endofit dihitung dengan
menggunakan rumus :
Keterangan
P
= Persentase penghambatan
R1
= Jarak pertumbuhan koloni
R2
= Jarak pertumbuhan fungi patogen mendekati tepi cawan petri.
1. Media
PDA cair yang sudah disiapkan dituang secara steril dengan pemanasan bagian
ujung enlenmeyer dengan api bunsen.
2. Secara
cepat dituang kurang lebih 15-20 ml media ke petridish.
3. Petridish
ditutup sebagian dan dibiarkan kurang lebih 15-20 menit atau sampai media
menjadi padat.
4. Media
siap digunakan
III. Hasil
dan Pembahasan
A. Hasil
A
: Patogen
1,2,3 : Endofit
R2 : 2 cm
R1
(1 vs A) : 1,5 cm
R1
(2 vs A) : 1 cm
R1
(3 vs A) : 0,9 cm
|
78, 6%
|
|
85,7%
|
|
87,1%
|
B. Pembahasan
Uji antagonis adalah suatu cara
untuk mengukur kemampuan bakteri atau fungi antagonis terhadap pathogen pada
skala invitro (skala laboratorium). Tujuanya untuk mengetahui kemampuan fungi
tersebut dalam menekan petumbuhan dan perkembngan pathogen. Fungi antagonis
mempunyai kemampuan dalam menghambat perkembangan patogen dengan berbagai
mekanisme, antara lain melalui kompetisi ruang dan nutrisi, antibiosis dengan
menghasilkan antibiotik tertentu berupa senyawa kimia yang mudah menguap (volatile)
dan tidak menguap (non volatile) (Ajith & Lakshmidevi, 2010) atau lytic
enzyme (kitinase, protease, dan glukanase), parasitisme dengan melilit hifa
patogen, dan induksi ketahanan tanaman (Agrios, 2005; Pal & Gardener,
2006).
Pada praktikum kali ini digunakan empat macam fungi
yang belum teridentifkasi. Fungi A sebagai patogen dan fungi 1,2, dan 3 sebagai
endofit. Hasil yang diperoleh adalah fungi 1 78,6%, fungi 2 85,7% dan fungi 3
87,1%. Jika dilihat dari persentase pertumbuhan maka fungi antagonis yang
paling efektif adalah fungi no 3 yang mampu menekan pertumbuhan fungi
antagonis. Jika dilihat dari hasil foto pada fungi 1 masih ada jarak antar
koloni sedangkan untuk fungi ke 2 dan 3 terlihat membaur satu sama lain.
Mekanisme interaksi yang terjadi antara fungi
patogen dengan fungi antagonis didasarkan pada kriteria yang dikemukakan oleh
Porter (1942), yaitu:
a.
Kompetisi, apabila koloni fungi
antagonis menutupi koloni patogen dan pertumbuhan fungi antagonis lebih cepat
untuk memenuhi cawan petri berdiameter 9 cm. Pada daerah kontak, hifa patogen mengalami
lisis.
b.
Antibiosis, apabila terbentuk zona
kosong di antara fungi patogen dengan fungi antagonis, terdapat perubahan
bentuk hifa patogen, dan dihasilkan pigmen di permukaan bawah koloni fungi antagonis.
c.
Parasitisme, apabila hifa fungi
antagonis tumbuh di atas hifa patogen, pada daerah kontak ditemukan hifa fungi
antagonis melilit hifa patogen, serta mengalami lisis.
IV. Kesimpulan
Uji antagonis secara in vitro
menggunakan satu patogen dan tiga fungi endofit. Dari praktikum yang dilakukan
hasilnya berbeda dengan tiga jenis fungi yag berbeda. Fungi yang paling efektif
adalah no 3 sebanyak 87,1 %.
Daftar
Pustaka
Agrios,
G. N. (2005). Plant pathology (p. 922). Fifth Edition. USA: Elsevier
Academic Press.
Ajith,
P.S., & Lakshmidevi, N. (2010). Effect Of Volatile And Nonvolatile Compounds
From Trichoderma Spp. Against Colletotrichum Capsici Incitant Of
Anthracnose On Bell Peppers. Nature and Science, 8(9), 265–269.
Porter,
C.L. (1942). Concerning The Characters Of Certain Fungi As Exhibited By Their
Growth In The Presence Of Other Fungi. AM.J.Bot., 11, 168–188.